27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel 4: Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan Ulangan Bobot Edible P0 P1 P2 P3 ------------------------------------ (gr) ---------------------------------- 1 270 302 291 330 2 299 332 329 312 3 247 243 322 306 4 286 260 301 332 5 277 226 318 341 Total 1379 1403 1561 1621 Rata - rata 275,8 280,6 312,2 324,2 Keterangan : P0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung kulit manggis) P1 = Ransum basal + tepung kulit manggis 2,5 % P2 = Ransum basal + tepung kulit manggis : 5 % P3 = Ransum basal + tepung kulit manggis 7,5 % Berdasarkan Tabel 4. rataan bobot edible ayam sentul hasil penelitian berkisar antara 275,8 gram sampai dengan 324,2 gram. Rataan bobot edible paling tinggi terdapat pada perlakuan P3 ( 324,2 g) diikuti P2 ( 312,2 g ), P1 (280,6 g) dan P0 (275,8 g). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan tepung kulit manggis pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap bobot edible ayam sentul. Guna mengetahui pengaruh pemberian tepung kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap bagian edible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 2 Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 5.
28 Tabel 5. Uji Duncan Bobot Edible Ayam Sentul Berbagai Perlakuan Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) ------------- (gr) ----------- P0 275,8 a P1 280,6 a P2 312,2 b P3 324,2 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P>0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada bobot edible ayam sentul yang diberi tepung kulit manggis sebanyak 5% (p2) dan 7,5% (p3) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot edible yang diberi tepung kulit manggis 2,5% (p1) dan (p0) yang tidak diberi tepung kulit manggis. Ini menunjukkan bahwa dengan pemberian tepung kulit manggis pada ransum sampai 7,5 % memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot edible ayam sentul, Hal ini dikarenakan mekanisme antioksidan dan anti bakteri dari zat aktif yang terkandung dalam tepung kulit manggis diduga mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus, Hal ini sesuai pendapat Syamsiah, dkk., (2005) bahwa antibakteri dalam tanaman herbal akan melisiskan racun yang menempel pada usus sehingga penyerapan zat makanan lebih meningkat. Kellem dan Church (2010) menambahkan, stimulasi aditif pakan digunakan sebagai promotor afisiensi performa dimana aditif pakan membawa perubahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan ternak. Zat aktif xanthone yang berfungsi sebagai antioksidan dapat mengurangi kerusakan sel terutama yang diakibatkan oleh radikal bebas. Sesuai dengaan pendapat (Soedibyo, 2008) yang menyatakan bahwa Kulit buah manggis yang mengandung senyawa xanthone memiliki fungsi antioksidan tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi dan mengurangi kerusakan sel terutama yang diakibatkan oleh radikal bebas. Antioksidan mengkonversikan radikal bebas
29 menjadi senyawa yang relatif stabil dan menghentikan reaksi berantai dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga akan berdampak pada laju pertumbuhan ayam (Zaboli et al., 2013), selain sebagai antioksidan, kandungan zat aktif yang terkandung dalam kulit manggis juga memiliki banyak fungsi farmakologi lain yang diantaranya anti inflamasi, anti jamur, dan anti virus ( Jinsart dkk, 1992 ) Pemberian tepung kulit manggis yang ditambahkan pada ransum yang semakin tinggi dosis pemberiannya mampu menghasilkan edible ayam sentul yang baik. Juga terbukti bahwa kandungan xanthone yang terdapat pada kulit manggis bekerja sesuai fungsinya sebagai antioksidan dan antibakteri, senyawa - senyawa tersebut mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus ayam sentul sehingga membawa perubahan yang baik dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan bobot badan, sehingga didapatkan bobot edible yang optimal. Sesuai dengan pendapat Jull, (1972) yang menyatakan Semakin tinggi peningkatan bobot badan yanng dicapai berpengaruh juga pada peningkatan pertumbuhan bagian edible. Bobot edible biasanya akan terus meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin bertambahnya umur maka ukuran tubuh ayam semakin meningkat. Hal ini terjadi karena penambahan umur dapat meningkatkan pertumbuhan otot yang melekat pada tulang. Urutan pertumbuhan jaringan tubuh adalah jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Selama periode pertumbuhan, tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak (Soeparno, 1998). Pertumbuhan tulang sangat berpengaruh terhadap besarnya edible yang dihasilkan, karena tulang merupakan tempat melekatnya daging sebagai komponen karkas yang utama (North dan Bell, 1990) Kompiang dkk ( 2002 ), menyatakan pertumbuhan yang cepat pada ayam pedaging terjadi pada umur delapan sampai sepuluh minggu, dan kecepatan
30 pertumbuhan akan menurun setelah ayam berumur sepuluh minggu. Ayam yang tumbuh lebih cepat ditandai dengan pertumbuhan bulu yang juga lebih cepat. Kandungan tanin kulit manggis dalam ransum tidak memberikan efek negatif terhadap pertambahan bobot badan. Menurut penelitian Rateh (2014) kandungan tanin dalam ransum basal dengan penambahan tepung kulit manggis 1,5 % sebesar 0,36 g/kg sehingga jika di hitung kandungan tanin kulit manggis dalam ransum tiap perlakuan ternyata masih dibawah batas toleransi yaitu P1 = 0,6 g/kg, P2 = 1,2 g/kg, dan P3 = 1,8 g/kg. Menurut Kumar (2005) batas penggunaan tanin dalam ransum adalah 2,6 g/kg. Data ini menunjukkan bahwa penambahan tepung kulit manggis yang mengandung tanin masih dalam batas toleransi sehingga tidak menimbulkan efek yang negatif terhadap pertambahan bobot badan ayam sentul. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian In-Edible Ayam Sentul Bagian inedible ayam sentul merupakan bagian yang tidak dikonsumsi meliputi darah, bulu, kepala, leher, kaki dan lemak abdominal. Rataan bobot inedible ayam sentul umur 10 minggu yang diberikan perlakuan tepung kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bobot In-Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 -----------------------------(gr)-------------------------- 1 159 168 160 161 2 167 170 176 161 3 153 152 181 154 4 165 145 149 186 5 164 152 179 166 Jumlah 808 787 845 828 Rataan 161,6 157,4 169 165,6 Keterangan : P0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung kulit manggis) P1 = Ransum basal + tepung kulit manggis 2,5 % P2 = Ransum basal + tepung kulit manggis 5 % P3 = Ransum basal + tepung kulit manggis 7,5 %
31 Rataan bobot in-edible ayam sentul hasil penelitian berkisar antara 161,6 gram sampai dengan 169 gram. Rataan bobot in-edible paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 (169 gram), diikuti berturut-turut P3 (165,6 gram), P0 (161,6 gram) dan P1(157,4 gram). Guna mengetahui pengaruh pemberian tepung kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap bagian in-edible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian tepung kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot in-edible ayam sentul. Ayam sentul pada umur 10 minggu bobot organ-organ dalam sudah melampaui batas maksimum pertumbuhannya, sehingga bobot badan yang meningkat tidak diikuti dengan peningkatan bobot organ dalam. Ini selaras dengan pedapat Forest dkk., (1975) yang menyatakan bahwa persentase bagian inedible akan semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Inedible adalah bagian yang tidak dapat dikonsumsi yang terdiri dari darah, bulu, jeroan, kepala, kaki, leher, dan juga lemak abdominal. (SNI, 1995), karena bagian ini mengandung sisa-sisa pembuangan atau pengendapan dari vaksin ataupun vitamin yang masih berada dalam pencernaan ayam tersebut. Bagian inedible pada ayam biasanya digunakan untuk diolah kembali menjadi bahan ransum untuk pakan ternak karena masih mengandung nilai protein yang baik jika dicampurkan dengan bahan ransum lain untuk ternak (Anggorodi, 1995). Agar memperjelas pembacaan hasil rataan bobot in-edible dari masingmasing perlakuan disajikan diagram batang/ilustrasi di bawah ini sebagai berikut :
32 Bobot In-edible (gram) 200 150 100 50 0 Perlakuan 0 Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Ilustrasi 2. Rataan In-edible Ayam Sentul Bobot bagian in-edible menunjukkan hasil pada kisaran sebesar 157,4-169 gram. Forest dkk., (1975) menyatakan bahwa persentase bagian in-edible akan semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. (Dennis, 2016) menambahkna bahwa bagian in-edible ayam sentul, umur 6 minggu masih tumbuh dalam puncak pertumbuhan maksimal pada umur 8 minggu lalu menurun hingga 12 minggu, Apabila bobot in-edible penelitian ini dihitung dalam bentuk persentase maka diperoleh hasil 31,48-33,8 persen. Card (1962) berpendapat persentase in-edible bervariasi yakni berkisar antara 20-35 persen dari bobot badan. Bagian organ dalam kecuali alat reproduksi pada tubuh ternak merupakan bagian tubuh yang masak dini karena penting dalam menyediakan zat-zat hasil metabolisme untuk pertumbuhan, demikian juga bagian kepala dan kaki, karena kepala merupakan tempat organ yang sangat penting dalam mengatur seluruh kehidupan ternak yaitu otak, sedangkan kaki merupakan alat penting dalam mencari makanan dari sejak menetas. Kepala dan kaki merupakan organ eksternal tubuh yang merupakan bagian yang masak dini (Hammond dkk., 1976).