BAB 1 PENDAHULUAN I. UMUM Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu Perkerasan Lentur, Perkerasan Kaku, dan gabungan dari keduanya. Perkerasan lentur mengguanakan bahan pengikat aspal di bagian surface sedangkan perkerasan kaku menggunakan lapisan beton. Selain itu ada pula untuk penggabungan dua perkerasan ini dapat dilihat pada runway bandara dimana setelah diperkuat dengan lapisan beton bertulang, di atasnya kemudian dilapisi lagi dengan perkerasan aspal. Supaya jalan memiliki daya dukung yang tinggi, maka lapisan pondasi jalan diperkuat dengan penambahan material-material yang memiliki kualitas yang baik. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah, batu belah, dan batu kali. Sedangkan untuk bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen dan tanah liat. Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di indonesia sangatlah pesat. Sejalan pula dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka akan mengakibatkan semakin meingkatnya mobilitas penduduk. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan yang merupakan kebutuhan sangat tinggi sehingga sangat diperlukan peningkatan baik dari segi kualitas dan kuantitas jalan yang mampu memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakat. 1
Semakin berkembangnya cara dan upaya sekarang ini dalam mengembangkan sarana dan prasarana untuk pembangunan yang berkelanjutan, maka sudah seharusnya juga para ahli dalam bidang ini untuk terus berusaha dan memperdalam pengetahuan mengenai struktur perkerasan yang jauh lebih baik dari yang sudah ada pada saat ini. Dalam kasus ini penulis mencoba meneliti perkerasan lentur yang akan membahas bagian Base Course nya saja. Mengetahui apa pengaruh penambahan semen portland terhadap nilai CBR pada agregat base dengan pemadatan modified. Lapis pondasi (base course) merupakan salah satu bagian dari struktur perkerasan jalan raya. Konstruksi lapis pondasi umumnya terdiri material aggregat batu pecah atau yang lebih dikenal dengan base A, base B atau base C. Akan tetapi sering terjadi kesulitan mendapatkan material aggregat, terutama pada daerah-daerah tertentu yang jauh atau langka sumber material tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu alternatif yang yang sering dilaksanakan di Indonesia adalah metoda stabilisasi dengan menggunakan semen, kapur, fly ash, bahan kimia atau bitumen. Semen adalah salah satu material yang sering digunakan sebagai bahan additive dalam metoda stabilisasi tanah untuk material lapis pondasi. Akan tetapi, semen merupakan hasil pengolahan industri yang mempunyai harga cukup tinggi dan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan harga pasar. Dengan demikian, sampai saat ini masih diperlukan suatu bahan additive lain yang dapat digunakan untuk stabilisasi tanah sebagai bahan material lapis pondasi. 2
Menurut Sukirman (2007), gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran. Agregat campuran yang terdiri dari agregat berukuran sama akan berongga atau berpori banyak karena tidak terdapat agregat berukuran kecil yang dapat mengisi rongga antar butiran. Sebaliknya, bila gabungan agregat terdistribusi dari agregat yang kecil sampai besar secara merata, maka rongga yang terbentuk oleh susunan agregat akan kecil. I.2 LATAR BELAKANG Dewasa ini jalan merupakan salah satu moda yang berperan penting dalam kemajuan bidang sosial ekonomi, budaya, dan integritas nasional (hankam). Agar perjalanan pada jalan tersebut lancar, mka pengguna jalan dapat menuntut agar jalan yang dilewatinya selalu memberikan kenyamanan dan keselamatan yang menjadi faktor utama keselamatan dalam transportasi. Kinerja perkerasan akan sesuai dengan yang di rencanakan sebelumnya apabila dalam pemilihan bahan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, baik dalam untuk lapis permukaan maupun lapis pondasi jalan. Secara umum lapisan konstruksi perkerasan terdiri dari lapisan permukaan (surface course) lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah (sub base course), dan lapisan tanah dasar (sub grade). Kapasitas daya dukung tanah dasar dapat diperkirakan dengan menggunakan hasil klasifikasi atau dengan hasil pemeriksaan CBR, pembebanan plat uji, dan sebagainya. Semen portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan 3
biasanya juga mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa calsium sulphat yang ditambahkan pada penggilingan akhir. Semen portland adalah semen yang diperoleh dengan menghaluskan terak yang terutama terdiri dari silikat-silikat, calsium yang bersifat hidrolis bersama bahan tambahan biasanya gypsum. Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air,maka terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya. Cement Treated Base (CTB) adalah lapis pondasi (base course) pada perkerasan lentur (flexible pavement) dan merupakan pengembangan dari pondasi soil cement. Walaupun cara pembuatan dan hasil akhirnya berupa beton, namun CTB bukan merupakan pengembangan dari rigid pavement. Dalam mengantisipasi kerusakan jalan akibat pertumbuhan volume lalu lintas kendaraan berat pada daerah industri dan pelabuhan, perkerasan tipe CTB merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan perkerasan tipe Asphalt Treated Base (ATB). Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori agregat dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan di laboratorium dengan cara menumbuk atau memukul. Pemadatan merupakan salah satu proses terpenting dalam konstruksi jalan. Apabila tidak dilakukan dengan benar maka akan terjadi 4
penurunan tanah yang menjadi penyebab tingginya biaya atau terjadinya kerusakan struktur. Percobaan UCS (Unconfined Comoression Strenght) atau UCT (Unconfined Compression Test) merupakan tes untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas tanah ataupun agregat batuan yang bersifat kohesif dalam keadaan asli maupun buatan. Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas adalah beban aksial persatuan luas pada suatu benda uji mengalami keruntuhan pada saat regangan aksialnya mencapai 20%. I.3 PERUMUSAN MASALAH Adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain : Apakah pengaruh penambahan semen pada agregat base b akan meningkatkan nilai karakteristik berdasarkan dari percobaan CBR (California Bearing Ratio) laboratory dan UCS (Unconfined Compression Strenght). I.4 PEMBATASAN MASALAH Dalam penelitian ini percobaan yang dilakukan hanyalah uji CBR laboratory dan UCS. Dan melihat dampak dari penambahan semen portland pada agregat base kelas b. I.5 HIPOTESA 5
Adanya peningkatan nilai karakteristik CBR dan UCS setelah ditambahkan semen portland. I.6 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh penambahan semen terhadap nilai CBR dan UCS pada agregat base kelas b. Sehingga akan di ketahui apakah nilai CBR dan UCS akan meningkat untuk mendapatkan perbandingan hasilnya dan di plot ke dalam grafik. I.7. MANFAAT PENELITIAN Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam perencanaan perkerasan. Dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan agregat. I.8. PERATURAN YANG DIPAKAI Dalam penelitian ini digunakan beberapa peraturan sebagai pedoman antara lain: 1. SNI 1744: 2012: Panduan pengujian CBR laboratorium. 2. AASHTO-99-193-74: Standar pengujian pemadatan modified. 3. SNI 3638: 2012: Metode uji kuat tekan-bebas tanah kohesif. 6
I.9 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini agar mencapai tujuan dari penelitian, maka penulisan tugas akhir ini tahapannya seperti berikut : BAB I PENDAHULUAN Merupakan pemikiran atau rencana awal yang akan dilakukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan pemecahan dari suatu masalah yang ditinjau, yaitu meliputi latar belakang, perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan kajian teori dari literatur atau bahan bacaan yang relevan dengan pembahasan penelitian ini, baik itu dari jurnal, buku, internet, makalah dan sumber bacaan lainnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Merupakan bagian yang menjelaskan keseluruhan proses yang dilakukan selama penelitian berlangsung sampai selesai. Dalam bab ini dijelaskan metode yang yang digunakan dalam penelitian, proses mendapatkan data atau sumber data, proses pengolahan data, analisa data, dan sampai penarikan kesimpulan dan saran. BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini berisi tentang pembahasan atau hasil data-data yang dikumpulkan. Hasil data-data yang terkumpul tersebut kemudian di analisa 7