MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN METODE CONTEKSTUAL TEACHING and LEARNING PADA KELAS XI SMAN 1 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS XI SMK PASUNDAN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

M A S I D A H NPM PROGRAM STUDI PBS INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INQUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN

MAKALAH. Oleh DEDE KOMALA

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA SISWA KELAS X SMK SETIA BAKTI GARUT TAHUN PELAJARAN

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

MODEL PEMBELAJARAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEMORITER PADA SISWA DI KELAS VIII SMPN 5 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

Oleh : Wawan Setiawan

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

M A K A L A H. Disusun oleh : NURHAYATI NIM

Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas V SDN Uekambuno 2 melalui Metode Diskusi

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVE LEARNING

Oleh : Eneng Monawarotul Fuadah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

MAKALAH. Oleh NURDIANTI

MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SLANT

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE POINT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS, KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MELANJUTKAN CERITA DI KELAS V SDN SUKASENANG 1 BANYURESMI GARUT MAKALAH.

L I S N I A W A T I NPM

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING SD NEGERI PLOSO 1 PACITAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SAPAAN FORMAL BAHASA JERMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

KEMAMPUAN MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL

RANI HANDAYANI NIM

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA

MODEL PEMBELAJARAN CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU DI KELAS VIII SMPN 2 KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

MODEL PEMBELAJARAN KOSA KATA DASAR DENGAN TEKNIK BERMAIN KATA KELAS VII SMP NEGERI SUKAWENING KABUPATEN GARUT MAKALAH. Oleh: Imas Nurjanah 10.

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

DANI KURNIA NIM

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA DI KELAS IV SD NEGERI SUDALARANG 3 SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

MODEL PEMBELAJARAN KATA ULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII MTS DARUL ASIQIN BANYURESMI GARUT MAKALAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa Standar kompetensi berbicara kelas X semester 2 Sekolah Menengah Atas

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING

PEMBELAJARAN MENULIS SURAT DINAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

Rahmat Kartolo 1 Sutikno 2 Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Abstrak

MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTRUKTIVISME DI SMA WARGA BAKTI

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA SISWA KELAS VIII SMP TAHUN AJARAN

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

PENTINGNYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP

MAKALAH. Oleh Kusyeni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAHIRAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARIMUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

MAKALAH. Oleh DINI NURHAYATI NPM

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI PADA SISWA KELAS IX

Peningkatan Kemampuan Siswa Berbicara Melalui Telepon Dengan Teknik Simulasi di Kelas IV SDN 4 Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

Neneng Kuswati NPM Program Studi PBS Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

MODEL PEMBELAJARAN PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DISCOVERY PADA KELAS VII MTS DARUL HUDA CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

M. MAULUDIN RAHMAT NPM

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

Pengaruh Kemampuan Membaca Terhadap Kemampuan Menganalisis Resensi Buku Oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan berbahasa

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat. Notoatmodjo (2003:16), menjelaskan bahwa : "Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

Oleh Sri Rahayu

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SDN CILALAWI

Transkripsi:

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH Oleh : HJ. HADIJAH 10.21.0436 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh : HJ. HADIJAH 10.21.0436 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Penelitian ini ber judul MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode dramatisasi pada pembelajaran berbicara sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana kemampuan teknik metode dramatisasi dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Secara umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang konkret tentang sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode dramatisasi dalam pembelajaran berbicara. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut, penulis akan mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Hasil pembelajaran berbicara siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012 sesudah menggunakan metode dramatisasi dapat ditafsirkan bahwa kemampuan siswa adalah baik. Hal ini terbukti dari hasil nilai pretes dengan rata-rata 5,8 dan hasil nilai postes dengan rata-rata 7,0 yang berarti ada kenaikan 1,2 2. Berdasarkan data hasil pretes dan postes serta uji signifikan menunjukkan bahwa t hitung (21,09) lebih besar dar t tabel (2,423 ) membuktikan bahwa metode dramatisasi cukup efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara khusunya pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Kata Kunci : Berbicara/dramatisasi PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Manusia berkomunikasi dengan bahasa, sedangkan hewan berkomunikasi dengan gerak isyarat atau bunyi. Dari uraian tersebut dapat diambil simpulan bahasa hanya dimiliki oleh manusia. Oleh karena itulah, bahasa bersifat manusiawi. Kemampuan manusia dalam menguasai bahasa diperoleh melalui belajar, bukan dengan cara instingtif atau naluriah. Oleh karena itu, hal ini sangat berkaitan dengan proses belajar-mengajar, yakni akan adanya pengajar dan pembelajaran atau dengan kata lain (guru dan murid), seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (1999:2), Pengajaran adalah bentuk kegiatan di mana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar mengajar antara tenaga kependidikan (khususnya guru atau pengajar) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Setiap keterampilan itu saling berhubungan dengan keterampilan lainnya, dari keterampilan berbahasa tersebut penulis mencoba membahas satu dari keterampilan berbahasa yaitu berbicara. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Dan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak. Tarigan dan Suhendar (1983:1.23) mengemukakan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan ( visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikaa Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial Dengan demikian maka berbicara itu lebih dari sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya: apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan mengeluarkan isi hati; keterampilan mengeluarkan buah pikiran; keterampilan menyampaikan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa sebagai alat, Penggunaan bahasa bisa secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan bahasa secara langsung adalah penggunaan bahasa secara tatap muka, yaitu dengan bahasa lisan. Oleh karena itu peranan keterampilan berbahasa dalam proses belajar mengajar sangat penting, sebab seorang guru dituntut mampu berbicara untuk mampu berbicara dalam menyampaikan pelajaran. Demikian pula siswa dituntut selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu pembelajaran yang dipelajari oleh siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 ini adalah berbicara. Adapun metode yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah metode dramatisasi yaitu suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan memainkan peran tertentu. Metode dramatisasi merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan memerankan suatu peran tertentu atau tingkahlaku dengan hubungan dengan masalah sosial. Bermain peran diarahkan dapat pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama berkaitan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi ialah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran, dimana siswa dapat mengekspresikan dirinya dan juga tidak hanya sekedar berbicara tetapi siswa diharapkan mampu untuk memahami apa ayng di bicarakan dengan pasangan dialognya. Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode dramatisasi pada pembelajaran berbicara sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan memilih judul Model Pembelajaran Berbicara dengan Menggunakan Metode Dramatisasi Pada Siswa Kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Berbicara Tarigan (1981:15) mengemukakan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan ( visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide. Lebih jauh Linguistik (1981:3) menjelaskan bahwa speaking is language. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari". Suhendar dan Supinah (1992:2) menyatakan bahwa Berbicara merupakan proses bentuk pikiran bermakana. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi, proses perubahaan wujud, perubahan perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa atau makna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan peristiwa menyampaikan maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain.

Pengertian Metode Dramatisasi Dari berbagai jenis model/metode pembelajaran yang dikemukakan diatas penulis memilih metode dramatisasi atau bermain peran (roleplaying) yang digunakan dalam penelitian ini. Metode dramatisasi merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan memerankan suatu peran tertentu atau tingkahlaku dengan hubungan dengan masalah sosial. Bermain peran diarahkan dapat pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama berkaitan dengan kehidupan siswa. Metode dramatisasi Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (KBBI,2003:740). Metode dramatisasi yaitu suatu cara dalam menyampaikan bahan pelajaran yang memainkan suatu peran tertentu dalam berbicara. Bermain peran ( role playing) merupakan proses belajar dalam upaya memecahkan suatu masalah melalui tindakan ( action) (Nurdiana 2004:8). Metode dramatisasi memiliki seperti tercantum di bawah ini (Nurdiana 2004:43) a. Ada masalah/peristiwa/kejadian yang dapat dibawa ke kelas untuk dipelajari para siswa, dan hal ini cukup penting atau bermakna bagi siswa. b. Masalah diidentifikasi, diuraikan, untuk selanjutnya didiskusikan. c. Pemeran didasarkan atas keinginan atau kesediaan siswa sendiri. d. Jalan cerita diskusikan dan dibuat sebelum pemeranan berlangsung dan hanya garis besarnya saja. Selebihnya, para pemeran berdiskusi sendiri dan harus mampu menggali terhadap masalah/peristiwa yang didiskusikannya. e. Selain pemeran diskusi ada pula yang bertugas sebagai pengamat. Dengan seperti ini seluruh siswa terlibat di dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Menurut Gage (1984:13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dan pengalaman. Menurut Nurdiana (2004:6) Pembelajaran adalah proses dimana guru dan siswa menciptakan lingkungan belajar yang baik agar terjadi kegiatan belajar yang berdaya guna. Pada pembelajaran terdapat dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yaitu belajar dan mengajar. Sudjana (2004:28) mengatakan Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran. Sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Kata kunci yang paling penting dari suatu proses pendidikan adalah belajar, karena belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat difahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar yang berkaitan dengan penelitian tentang Penerapan Metode Dramatisasi Dalam Pembelajaran Berbicara pada Siswa Kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk mendapat hasil yang baik, dibutuhkan suatu perencanaan yang matang. Untuk jelasnya lagi penulis akan menjelaskan tahap-tahap atau langkahlangkah yang dilakukan penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Pada penelitian ini penulis membagi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan hasil penelitian. jumlah rata-rata nilai siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Ajaraan 2011/2012 adalah 5,8. hal itu diambil dari rumus: Berdasarkan hasil tes di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh niai 5,2 sebanyak 1 orang (2,4%), nilai 5, 6 sebanyak 17 orang (40,5%), nilai 5,8 sebanyak 8 orang (30,9%), nilai 6,0 sebanyak 7 orang (16,7%), nilai 6,2 sebanyak 2 orang (4,8%), nilai 6,4 sebanyak 1 orang (2,4%), dan nilai 6,6 sebanyak 1 orang (2,4%). Melihat data di atas nialai rata-rata pretes siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi adalah sebagai berikut ini.

Analisis Data Pretes Dari 37 siswa peserta pretes, penulis akan menganalisis nilai siswa sebayak 5 orang dan sebagai contoh, 1. Siswa, Absen No 6 Gerak/mimik mendapat nilai 6 karena cukup serasi 2. Siswa, Absen No 9 Gerak/mimik mendapat nilai 6 karena cukup serasi 3. Siswa, Absen No 14 mendukung terhadap penampilan Pelafalan mendapat nilai 6 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 6 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimic mendapat nilai 5 karena belum serasi dengan penampilan. 4. Siswa, Absen No 15 Gerak/mimik mendapat nilai 6 karena cukup serasi 5. Siswa. Absen No 32 Gerak/mimik mendapat nilai 5 karena belum serasi dengan penampilan. Melihat hasil postes tersebut, maka dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh niai 6,2 sebanyak 1 orang (2,4%), nilai 6,4 sebanyak 7 orang (16,7%), nilai 6,6 sebanyak 5 orang (11,9%), nilai 6,8 sebanyak 6 orang (14,2%), nilai 7,0 sebanyak 7 orang (16,7%), nilai 7,2 sebanyak 5 orang (11,9%), dan nilai 7,4 sebanyak 3 orang (2,4%). Nilai 7,6 sebanyak 2 orang (9,5%). Nilai 8,2 sebanyak 1 orang (2,4%). Berdasarkan data yang tersedia, maka untuk mengetahui nilai rata-rata postes siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi adalah sebagai berikut ini. Analisis Data Postes Dari 37 siswa peserta postes, penulis akan menganalisis nilai siswa sebayak 5 orang dan sebagai contoh. 1. Siswa, Absen No 6 visualisasi mendapat nilai 8 karena kurang mendapat nilai 7 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 7 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena cukup serasi 2. Siswa, Absen No 9 visualisasi mendapat nilai 9 karena kurang mendukung terhadap penampilaa Pelafalan mendapat nilai 8 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena cukup serasi dengan karakter yang dibawakan. 3. Siswa, Absen No 14 visualisasi mendapat nilai 7 karena kurang mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena belum serasi dengan penampilan. 4. Siswa, Absen No 15 visualisasi mendapat nilai 7 karena kurang mendapat nilai 8 karena cukup jelas, Intonasi mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena cukup serasi

5. Siswa. Absen No 32 visualisasi mendapat nilai 8 karena kurang mendapat nilai 8 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena belum serasi dengan penampilan. Berdasarkan tabel di atas distribusi nilai pretes dan postes dapat disimpulkan sebagai berikut ini. 1. hasil nilai pretes siswa yang memperoleh nilai paling kecil adalah nilai 5,2 dan yang memperoleh nilai tertinggi adalah nilai 6,6 sedangkan untuk nilai rata-rata pretes adalah 5,8 2. hasil nilai postes siswa yang memperoleh nilai paling kecil adalah nilai 6,2 dan yang memperoleh nilai tertinggi adalah nilai 8,2 sedangkan untuk nilai rata-rata postes adalah 7,0 3. hasil distribusi nilai pretes dan postes adalah 5,8dan 7,0 dengan demikian ada peningkatan dari nilai pretes ke nilai postes yaitu 1,2. Untuk menguji hipotesis. Penguji menggunakan teknik distribusi pengelolaan data pretes dan postes. Teknik pengolahan data yang penulis gunakan pada bagian ini adalah dengan menggunakan rumus t- tes non independen dalam satu kelas. berdasarkan perhitungan di atas t hitung (21,09) lebih besar dari t tabel (2,423), maka ada perbedaan signifikan antara hasil pretes dengan hasil postes pada pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi. Karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis kerja (Ha) diterima dan Ho ditolak. SIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut, penulis akan mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Hasil pembelajaran berbicara siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 sesudah menggunakan metode dramatisasi dapat ditafsirkan bahwa kemampuan siswa adalah baik. Hal ini terbukti dari hasil nilai pretes dengan rata-rata 5,8 dan hasil nilai postes dengan rata-rata 7,0 yang berarti ada kenaikan 1,2 2. Berdasarkan data hasil pretes dan postes serta uji signifikan menunjukkan bahwa t hitung (21,09) lebih besar dar t tabel (2,423) membuktikan bahwa metode dramatisasi cukup efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara khusunya pada siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. DAFTARPUSTAKA Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Arsyad Maindar, G. (1991) Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarata: Erlangga Chaer, A. dan Agustina L. (2004) Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud (1993) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas (2003) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas (2006) Contoh/Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan STKIP (2009) Buku Panduan Penulisan Skripsi BANDUNG: STKIP SILIWANGI Muslich, M. (2007) Dasar Pemahaman dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara Nurdiana, J (2004) Model-Model Pembelajaran di SMA. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Sudjana, N. (2004) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Suganda, E. (2004) Bahasa dan Sastra Indonesia Suhendar, M.E dan Pien Supinah (1997) Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya Surakhrnar, W. (1982) Pengantar Penelitian Ilmiah Jakarta: Tarsito Suryanto, A. dan Anita Verly (2006) Bahasa Indonesia Untuk Kelas X. Jakarta: Gelora Aksara Pratama Tarigan, H.G. (1981) Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan, H.G. dan M.E. Suhendar (1986) Buku Materi Pokok Berbicara I. Jakarta: Karunia