MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH Oleh : HJ. HADIJAH 10.21.0436 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh : HJ. HADIJAH 10.21.0436 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Penelitian ini ber judul MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode dramatisasi pada pembelajaran berbicara sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana kemampuan teknik metode dramatisasi dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Secara umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang konkret tentang sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode dramatisasi dalam pembelajaran berbicara. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut, penulis akan mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Hasil pembelajaran berbicara siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012 sesudah menggunakan metode dramatisasi dapat ditafsirkan bahwa kemampuan siswa adalah baik. Hal ini terbukti dari hasil nilai pretes dengan rata-rata 5,8 dan hasil nilai postes dengan rata-rata 7,0 yang berarti ada kenaikan 1,2 2. Berdasarkan data hasil pretes dan postes serta uji signifikan menunjukkan bahwa t hitung (21,09) lebih besar dar t tabel (2,423 ) membuktikan bahwa metode dramatisasi cukup efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara khusunya pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Kata Kunci : Berbicara/dramatisasi PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Manusia berkomunikasi dengan bahasa, sedangkan hewan berkomunikasi dengan gerak isyarat atau bunyi. Dari uraian tersebut dapat diambil simpulan bahasa hanya dimiliki oleh manusia. Oleh karena itulah, bahasa bersifat manusiawi. Kemampuan manusia dalam menguasai bahasa diperoleh melalui belajar, bukan dengan cara instingtif atau naluriah. Oleh karena itu, hal ini sangat berkaitan dengan proses belajar-mengajar, yakni akan adanya pengajar dan pembelajaran atau dengan kata lain (guru dan murid), seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (1999:2), Pengajaran adalah bentuk kegiatan di mana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar mengajar antara tenaga kependidikan (khususnya guru atau pengajar) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Setiap keterampilan itu saling berhubungan dengan keterampilan lainnya, dari keterampilan berbahasa tersebut penulis mencoba membahas satu dari keterampilan berbahasa yaitu berbicara. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Dan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak. Tarigan dan Suhendar (1983:1.23) mengemukakan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan ( visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikaa Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial Dengan demikian maka berbicara itu lebih dari sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya: apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan mengeluarkan isi hati; keterampilan mengeluarkan buah pikiran; keterampilan menyampaikan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa sebagai alat, Penggunaan bahasa bisa secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan bahasa secara langsung adalah penggunaan bahasa secara tatap muka, yaitu dengan bahasa lisan. Oleh karena itu peranan keterampilan berbahasa dalam proses belajar mengajar sangat penting, sebab seorang guru dituntut mampu berbicara untuk mampu berbicara dalam menyampaikan pelajaran. Demikian pula siswa dituntut selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu pembelajaran yang dipelajari oleh siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 ini adalah berbicara. Adapun metode yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah metode dramatisasi yaitu suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan memainkan peran tertentu. Metode dramatisasi merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan memerankan suatu peran tertentu atau tingkahlaku dengan hubungan dengan masalah sosial. Bermain peran diarahkan dapat pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama berkaitan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi ialah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran, dimana siswa dapat mengekspresikan dirinya dan juga tidak hanya sekedar berbicara tetapi siswa diharapkan mampu untuk memahami apa ayng di bicarakan dengan pasangan dialognya. Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode dramatisasi pada pembelajaran berbicara sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan memilih judul Model Pembelajaran Berbicara dengan Menggunakan Metode Dramatisasi Pada Siswa Kelas X SMA YPI Sukawening Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Berbicara Tarigan (1981:15) mengemukakan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan ( visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide. Lebih jauh Linguistik (1981:3) menjelaskan bahwa speaking is language. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari". Suhendar dan Supinah (1992:2) menyatakan bahwa Berbicara merupakan proses bentuk pikiran bermakana. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi, proses perubahaan wujud, perubahan perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa atau makna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan peristiwa menyampaikan maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain.
Pengertian Metode Dramatisasi Dari berbagai jenis model/metode pembelajaran yang dikemukakan diatas penulis memilih metode dramatisasi atau bermain peran (roleplaying) yang digunakan dalam penelitian ini. Metode dramatisasi merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan memerankan suatu peran tertentu atau tingkahlaku dengan hubungan dengan masalah sosial. Bermain peran diarahkan dapat pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama berkaitan dengan kehidupan siswa. Metode dramatisasi Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (KBBI,2003:740). Metode dramatisasi yaitu suatu cara dalam menyampaikan bahan pelajaran yang memainkan suatu peran tertentu dalam berbicara. Bermain peran ( role playing) merupakan proses belajar dalam upaya memecahkan suatu masalah melalui tindakan ( action) (Nurdiana 2004:8). Metode dramatisasi memiliki seperti tercantum di bawah ini (Nurdiana 2004:43) a. Ada masalah/peristiwa/kejadian yang dapat dibawa ke kelas untuk dipelajari para siswa, dan hal ini cukup penting atau bermakna bagi siswa. b. Masalah diidentifikasi, diuraikan, untuk selanjutnya didiskusikan. c. Pemeran didasarkan atas keinginan atau kesediaan siswa sendiri. d. Jalan cerita diskusikan dan dibuat sebelum pemeranan berlangsung dan hanya garis besarnya saja. Selebihnya, para pemeran berdiskusi sendiri dan harus mampu menggali terhadap masalah/peristiwa yang didiskusikannya. e. Selain pemeran diskusi ada pula yang bertugas sebagai pengamat. Dengan seperti ini seluruh siswa terlibat di dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Menurut Gage (1984:13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dan pengalaman. Menurut Nurdiana (2004:6) Pembelajaran adalah proses dimana guru dan siswa menciptakan lingkungan belajar yang baik agar terjadi kegiatan belajar yang berdaya guna. Pada pembelajaran terdapat dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yaitu belajar dan mengajar. Sudjana (2004:28) mengatakan Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran. Sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Kata kunci yang paling penting dari suatu proses pendidikan adalah belajar, karena belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat difahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar yang berkaitan dengan penelitian tentang Penerapan Metode Dramatisasi Dalam Pembelajaran Berbicara pada Siswa Kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk mendapat hasil yang baik, dibutuhkan suatu perencanaan yang matang. Untuk jelasnya lagi penulis akan menjelaskan tahap-tahap atau langkahlangkah yang dilakukan penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Pada penelitian ini penulis membagi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan hasil penelitian. jumlah rata-rata nilai siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Ajaraan 2011/2012 adalah 5,8. hal itu diambil dari rumus: Berdasarkan hasil tes di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh niai 5,2 sebanyak 1 orang (2,4%), nilai 5, 6 sebanyak 17 orang (40,5%), nilai 5,8 sebanyak 8 orang (30,9%), nilai 6,0 sebanyak 7 orang (16,7%), nilai 6,2 sebanyak 2 orang (4,8%), nilai 6,4 sebanyak 1 orang (2,4%), dan nilai 6,6 sebanyak 1 orang (2,4%). Melihat data di atas nialai rata-rata pretes siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi adalah sebagai berikut ini.
Analisis Data Pretes Dari 37 siswa peserta pretes, penulis akan menganalisis nilai siswa sebayak 5 orang dan sebagai contoh, 1. Siswa, Absen No 6 Gerak/mimik mendapat nilai 6 karena cukup serasi 2. Siswa, Absen No 9 Gerak/mimik mendapat nilai 6 karena cukup serasi 3. Siswa, Absen No 14 mendukung terhadap penampilan Pelafalan mendapat nilai 6 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 6 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimic mendapat nilai 5 karena belum serasi dengan penampilan. 4. Siswa, Absen No 15 Gerak/mimik mendapat nilai 6 karena cukup serasi 5. Siswa. Absen No 32 Gerak/mimik mendapat nilai 5 karena belum serasi dengan penampilan. Melihat hasil postes tersebut, maka dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh niai 6,2 sebanyak 1 orang (2,4%), nilai 6,4 sebanyak 7 orang (16,7%), nilai 6,6 sebanyak 5 orang (11,9%), nilai 6,8 sebanyak 6 orang (14,2%), nilai 7,0 sebanyak 7 orang (16,7%), nilai 7,2 sebanyak 5 orang (11,9%), dan nilai 7,4 sebanyak 3 orang (2,4%). Nilai 7,6 sebanyak 2 orang (9,5%). Nilai 8,2 sebanyak 1 orang (2,4%). Berdasarkan data yang tersedia, maka untuk mengetahui nilai rata-rata postes siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi adalah sebagai berikut ini. Analisis Data Postes Dari 37 siswa peserta postes, penulis akan menganalisis nilai siswa sebayak 5 orang dan sebagai contoh. 1. Siswa, Absen No 6 visualisasi mendapat nilai 8 karena kurang mendapat nilai 7 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 7 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena cukup serasi 2. Siswa, Absen No 9 visualisasi mendapat nilai 9 karena kurang mendukung terhadap penampilaa Pelafalan mendapat nilai 8 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena cukup serasi dengan karakter yang dibawakan. 3. Siswa, Absen No 14 visualisasi mendapat nilai 7 karena kurang mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena belum serasi dengan penampilan. 4. Siswa, Absen No 15 visualisasi mendapat nilai 7 karena kurang mendapat nilai 8 karena cukup jelas, Intonasi mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena cukup serasi
5. Siswa. Absen No 32 visualisasi mendapat nilai 8 karena kurang mendapat nilai 8 karena cukup jelas. Intonasi mendapat nilai 8 karena intonasi cukup bervariasi. Gerak/mimik mendapat nilai 8 karena belum serasi dengan penampilan. Berdasarkan tabel di atas distribusi nilai pretes dan postes dapat disimpulkan sebagai berikut ini. 1. hasil nilai pretes siswa yang memperoleh nilai paling kecil adalah nilai 5,2 dan yang memperoleh nilai tertinggi adalah nilai 6,6 sedangkan untuk nilai rata-rata pretes adalah 5,8 2. hasil nilai postes siswa yang memperoleh nilai paling kecil adalah nilai 6,2 dan yang memperoleh nilai tertinggi adalah nilai 8,2 sedangkan untuk nilai rata-rata postes adalah 7,0 3. hasil distribusi nilai pretes dan postes adalah 5,8dan 7,0 dengan demikian ada peningkatan dari nilai pretes ke nilai postes yaitu 1,2. Untuk menguji hipotesis. Penguji menggunakan teknik distribusi pengelolaan data pretes dan postes. Teknik pengolahan data yang penulis gunakan pada bagian ini adalah dengan menggunakan rumus t- tes non independen dalam satu kelas. berdasarkan perhitungan di atas t hitung (21,09) lebih besar dari t tabel (2,423), maka ada perbedaan signifikan antara hasil pretes dengan hasil postes pada pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode dramatisasi. Karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis kerja (Ha) diterima dan Ho ditolak. SIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut, penulis akan mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Hasil pembelajaran berbicara siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 sesudah menggunakan metode dramatisasi dapat ditafsirkan bahwa kemampuan siswa adalah baik. Hal ini terbukti dari hasil nilai pretes dengan rata-rata 5,8 dan hasil nilai postes dengan rata-rata 7,0 yang berarti ada kenaikan 1,2 2. Berdasarkan data hasil pretes dan postes serta uji signifikan menunjukkan bahwa t hitung (21,09) lebih besar dar t tabel (2,423) membuktikan bahwa metode dramatisasi cukup efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara khusunya pada siswa kelas X SMA YPI SUKAWENING Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. DAFTARPUSTAKA Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Arsyad Maindar, G. (1991) Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarata: Erlangga Chaer, A. dan Agustina L. (2004) Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud (1993) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas (2003) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas (2006) Contoh/Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan STKIP (2009) Buku Panduan Penulisan Skripsi BANDUNG: STKIP SILIWANGI Muslich, M. (2007) Dasar Pemahaman dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara Nurdiana, J (2004) Model-Model Pembelajaran di SMA. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Sudjana, N. (2004) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Suganda, E. (2004) Bahasa dan Sastra Indonesia Suhendar, M.E dan Pien Supinah (1997) Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya Surakhrnar, W. (1982) Pengantar Penelitian Ilmiah Jakarta: Tarsito Suryanto, A. dan Anita Verly (2006) Bahasa Indonesia Untuk Kelas X. Jakarta: Gelora Aksara Pratama Tarigan, H.G. (1981) Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan, H.G. dan M.E. Suhendar (1986) Buku Materi Pokok Berbicara I. Jakarta: Karunia