I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR LAMPIRAN...xiv

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

DAFTAR ISI. Halaman Abstract... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan profesionalisme. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance),

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. manusialah yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu POAC ( Planning,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha menunjukkan terjadinya persaingan yang

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta harus tetap fokus pada tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. publik kepada masyarakat secara profesional dan akuntabel. Menurut

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang diberikan kepada daerah diatur dalam TAP MPR RI Nomor XV/MPR/1998

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem

BKPPD Kabupaten Bengkulu Utara RENSTRA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. adalah modal, bahan baku dan pegawai. Penelitian ini akan menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

I. PENDAHULUAN. untuk otonomi daerah dan desentralisasi yang luas mendapat angin segar.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi serta rangkaian aktivitas kerjasama antara dua orang atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang.

RENCANA KERJA (RENJA)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perencanaan pembangunan daerah, proses. penyusunan tahapan-tahapan kegiatannya melibatkan berbagai

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB I PENDAHULUAN. PP No.25 tahun 2000 tentang kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orangorang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan pegawai negeri sipil, oleh karena itu kedudukan dan peranan

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menunjang fungsi tersebut di atas BKPP memiliki Visi dan Misi yang melekat, yaitu :

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

KATA PENGANTAR. Raba - Bima, Januari 2013 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BIMA. DRS. MUKHTAR, MH Pembina Tk.I/IVb


PENGANTAR. Soreang, Januari 2015 KEPALA BAGIAN UMUM. DIAN WARDIANA, S.IP, M.Si, MP Pembina NIP

pada masa sekarang ini. Masyarakat masih memandang kinerja dari birokrasi publik pada

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik telah ditinggalkan seiring dengan adanya reformasi birokrasi yang bersifat desentralistik, diatur dalam UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Dimana pada UU No. 32 tahun 2004 berisi tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 berisi tentang perimbangan keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-undang Pemerintahan Daerah yang kemudian lebih dikenal sebagai Undang-undang Otonomi Daerah dibanding dengan Undang-undang Pemerintahan Daerah ini tertuang dalam TAP MPR-RI No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia menganut prinsip negara kesatuan dengan pusat kekuasaan berada pada Pemerintah Pusat. Namun, karena heterogenitas yang dimiliki bangsa Indonesia baik kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun keragaman tingkat pendidikan masyarakat, maka desentralisasi atau distribusi kekuasaan atau wewenang dari Pemerintah Pusat perlu dialirkan kepada daerah yang berotonom. Otonomi berarti daerah memiliki hak dan kekuasaan untuk dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan mengadakan atau membuat Peraturan Daerah yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang lebih tinggi. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

pemerintah daerah untuk mengelola dan memanfaatkan segala potensi daerah dalam upaya mencapai kemandirian. Agar pemanfaatan sumber daya dan sumber dana pembangunan efektif dan efisien, maka pemerintah daerah harus mampu menyusun strategi pembangunan yang tepat. Penerapan otonomi daerah selain memberikan peluang bagi peningkatan kesejahteraan daerah juga memberikan tantangan berupa wewenang dan tanggung jawab yang lebih kepada Pemerintah Daerah agar terjadi peningkatan kinerja Pemerintah Daerah dan kinerja sumber daya manusia aparatur yang lebih profesional, terampil, terbuka dan berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap birokrasi Pemerintah Daerah sebagai penggerak atau pelaksana kebijakan pemerintah di daerah. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan beban pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat menjadi lebih berat dan dituntut untuk mampu merespon dengan cepat setiap perubahan yang terjadi. Masyarakat semakin kritis dan berani menuntut haknya dalam memperoleh pelayanan prima dari aparatur pemerintah. Saat ini performance atau kinerja aparatur pemerintah mendapat sorotan yang tajam dari masyarakat, oleh karenanya aparatur pemerintah harus berupaya meningkatkan kinerjanya. Pemerintah daerah harus didukung oleh sumber daya manusia (aparat) yang berkualitas agar mampu menjalankan peranannya, sehubungan dengan itu sumber daya manusia aparatur pemerintah dituntut untuk memiliki kemampuan teknis dan manajerial, profesionalisme, komitmen serta berdaya saing tinggi sehingga dapat dijadikan salah satu keunggulan daerah yang diharapkan dapat menjamin tercapainya tujuan pelaksanaan otonomi daerah secara efektif yaitu, 2

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan demokratisasi, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan Ibukota Negara yang memiliki peran sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perekonomian, sosial budaya dan tempat kedudukan perwakilan negara-negara asing. Sesuai dengan Visi Jakarta kedepan menurut PJU 2007 adalah Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua. Untuk mewujudkan visi tersebut salah satunya melalui pengelolaan yang memadai atas pencahayaan penerangan jalan dan tempat umum dan penataan sarana jaringan utilitas. Kegiatan masyarakat dimalam hari memerlukan tata pencahayaan yang baik sebagai satu elemen yang mempercantik kota dan memperlancar kegiatan masyarakat. Tata pencahayaan jalan raya dan sarana lainnya seperti taman, pasar, rumah sakit, jembatan, dan pemakaman di Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan tanggung jawab Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas. Kebutuhan masyarakat Jakarta atas sarana penerangan jalan dan tempat umum kian meningkat untuk interaksi kehidupan sosial dan ekonomi dimalam hari. Masyarakat mengharapkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik atas sarana Penerangan Jalan Umum (PJU) dan Sarana Jalan Utilitas (SJU) sebagai konsekuensi dikenakannya Pajak Penerangan Jalan (PPJ) kepada mereka, meskipun ketentuan yang berlaku pajak tidak dapat digunakan langsung untuk pelayanan sebagaimana halnya retribusi. 3

Dalam melaksanakan tugas diperlukan kinerja yang baik dari pegawai maupun organisasi. Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok dalam suatu perusahaan yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan etika. Namun demikian, beberapa faktor dari data hasil pengamatan, bacaan, dan wawancara penulis dengan stakeholders Dinas PJU dan SJU menunjukkan bahwa tugas dan fungsi Dinas PJU dan SJU belum berjalan dengan baik atau masih jauh dari yang diharapkan berdasarkan laporan tahunan tahun 2007, antara lain : a. Terdapat jalan lokal yang belum diterangi lampu jalan sekitar 42,94% b. Banyak jalan lokal yang memiliki tingkat pencahayaan yang rendah sekitar 39,01% c. Banyak pembangunan jembatan penyeberangan orang dan jembatan yang belum dilengkapi dengan lampu penerangan sekitar 22,43% d. Tingginya pegawai yang memiliki tingkat pendidikan non teknik sebesar 40% Berdasarkan data kepegawaian tahun 2007 dan wawancara penulis dengan bagian kepegawaian, kinerja Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta belum mencapai harapan sebagaimana visi dan misi kerja yang tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA) Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Hal ini dilihat dari adanya tindakan indispliner yang dilakukan oleh pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan 4

Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta, tindakan indispliner ini akan berpengaruh terhadap kinerja individu maupun kinerja organisasi. Contoh tindakan indispliner dari data absensi pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Tahunan Daftar Hadir Pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sejak Januari Desember 2007 dan Januari Febuari 2008 Tahun 2007 2008 Bulan Jumlah Pegawai Terlambat datang (%) Pelanggaran Pulang Cepat (%) Tidak Ada di tempat selama jam kerja (%) Januari 65 34 31 35 Febuari 65 40 25 37 Maret 65 25 27 21 April 65 20 32 32 Mei 65 24 22 29 Juni 65 26 27 31 Juli 65 23 28 28 Agustus 65 25 24 30 September 65 20 24 33 Oktober 65 27 29 31 November 65 23 30 29 Desember 65 28 26 32 Januari 65 32 35 36 Febuari 65 38 34 39 Sumber : Laporan Absensi Pegawai Dinas PJU dan SJU Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa setiap bulan terdapat pegawai yang terlambat datang, pulang cepat dan tidak berada di tempat selama jam kerja. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa disiplin pegawai tidak sesuai dengan harapan dari dinas dan dapat mempengaruhi kinerja pegawai maupun organisasi. Untuk itu diperlukan suatu sistem penilaian kinerja di Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penilaian kinerja sangat penting bagi suatu organisasi. Dengan penilaian kinerja suatu organisasi dapat mengetahui sampai sejauh mana faktor manusia 5

dapat menunjang tujuan organisasi. Melalui penilaian kinerja, organisasi dapat memilih dan menempatkan orang yang tepat untuk menduduki suatu jabatan. Penilaian kinerja diharapkan mampu memenuhi fungsi-fungsi kepegawaian lainnya yang berkaitan dengan mutasi, promosi, rotasi, kebutuhan pelatihan serta pemberian umpan balik dan sebagai alat untuk memberikan arahan terhadap perbaikan kinerja yang akan dapat. Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta secara formal telah memiliki pelaksanaan penilaian kinerja bagi Pegawai Negeri Sipil yang disebut dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), dan dalam kurun waktu dua tahun Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta secara intern memiliki penilaian kinerja untuk seluruh pegawai tanpa memperhatikan status kepegawaiannya. Pada penelitian awal terlihat bahwa dalam pelaksanaan penilaian kinerja di Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta adanya permasalahan, meskipun penilaian kinerja telah selesai dilaksanakan tetapi pegawai yang dinilai kurang mengetahui seberapa jauh mereka telah memenuhi atau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan harapan. Disamping itu penilaian juga masing cenderung bersifat subyektif yaitu dengan memperkirakan hasil kinerja pegawai sesuai perasaan penilai. Setiap organisasi memerlukan sistem penilaian kinerja yang baik. Menurut Pettijohn dan Taylor (2000) dengan dilakukannya penilaian kinerja maka akan memberikan manfaat diantaranya yaitu dapat mengetahui role clarity, kinerja pegawai, dan kepuasan kerja serta komitmen organisasi. 6

Jika melihat Tabel 1 yang menunjukkan banyaknya pegawai yang terlambat datang, pulang cepat dan tidak berada di tempat selama jam kerja, menimbulkan suatu pertanyaan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa seorang pegawai memiliki kebutuhan dan kepentingan yang ingin dicapainya ditempat ia bekerja, tetapi ketika kebutuhan dan kepentingan tersebut tidak tercapai maka pegawai akan merasa tidak puas yang mengakibatkan komitmen terhadap organisasi akan luntur. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai gejolak seperti korupsi, tidak hadir tanpa keterangan, mogok kerja, unjuk rasa, pengunduran diri, terlibat dalam tindakan kriminal dan sebagainya. Untuk mengetahui komitmen seorang pegawai terhadap organisasi tempatnya bekerja bukanlah hal yang mudah. Meskipun komitmen pegawai terhadap organisasi merupakan hal yang sangat umum, tetapi masih banyak orang yang tidak mengerti arti komitmen secara sungguh-sungguh. Komitmen pegawai diperlukan oleh suatu organisasi maupun instansi pemerintah dan merupakan faktor penting bagi organisasi dalam rangka mempertahankan kinerja organisasi. Komitmen organisasi meliputi kepercayaan/penerimaan tehadap sasaran organisasi, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di organisasi. Selain komitmen organisasi hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu mengetahui kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya. Menurut Handoko (1994) kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. 7

Sehingga kepuasan kerja merupakan salah satu elemen yang cukup penting dalam organisasi. Hal ini disebabkan karena kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja pegawai seperti malas, rajin, produktif dan lain-lain atau mempunyai korelasi dengan beberapa jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi. Dengan dilakukannya penilaian kinerja di Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta maka diharapkan akan mengetahui komitmen pegawai terhadap instansi dan kepuasan kerja pegawai yang akan menunjang kinerja Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sehingga visi dan misi Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan tercapai sesuai dengan yang tertuang dalam RENSTRA dan RENJA yang telah ditetapkan. 1.2. Rumusan Masalah Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik diperlukan pegawai yang memiliki kinerja yang baik supaya visi dan misi Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta dapat tercapai serta dapat melaksanakan tugas penataan, perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, pengamanan dan pengendalian dibidang Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja terhadap pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8

Pelaksanaan penilaian kinerja terhadap pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta saat ini dilaksanakan belum optimal. Meskipun penilaian kinerja telah selesai dilaksanakan tetapi pegawai yang dinilai kurang mengetahui seberapa jauh mereka telah memenuhi atau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan harapan. Dengan dilakukannya penilaian kinerja di Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta maka diharapkan akan mengetahui komitmen pegawai terhadap organisasi dan kepuasan kerja pegawai. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apa persepsi pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Penilaian Kinerja, Komitmen Organisasi, dan Kepuasan Kerja? 2. Apakah terdapat korelasi Penilaian Kinerja dan Komitmen Organisasi pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta? 3. Apakah terdapat korelasi Penilaian Kinerja dan Kepuasan Kerja pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta? 9

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis persepsi pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Penilaian Kinerja, Komitmen Organisasi, dan Kepuasan Kerja 2. Menganalisis korelasi Penilaian Kinerja dan Komitmen Organisasi pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta 3. Menganalisis korelasi Penilaian Kinerja dan Kepuasan Kerja pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Peneliti sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu yang didapat dan sebagai salah satu syarat kelulusan dari Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor 2. Memberikan informasi bagi Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengenai permasalahan tentang pelaksanaan Penilaian Kinerja pegawai, Komitmen pegawai terhadap Organisasi, dan Kepuasan Kerja pegawai 10

1.5. Ruang Lingkup Mengingat cakupan Penilaian Kinerja, Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja yang luas maka untuk menyederhanakan pembahasan, penelitian ini dibatasi hanya pada persepsi pegawai terhadap pelaksanaan Penilaian Kinerja di Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan persepsi pegawai terhadap Komitmen Organisasi serta persepsi pegawai terhadap Kepuasan Kerja menggunakan analisis deskriptif, analisis Mann Whitney, dan analisis Chi Square berdasarkan faktor demografik umur dan pendidikan serta berdasarkan faktor non demografik jabatan dan golongan. Menganalisis korelasi Penilaian Kinerja dan Komitmen Organisasi pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta menggunakan analisis Rank Spearman, dan menganalisis korelasi Penilaian Kinerja dan Kepuasan Kerja pegawai Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengunakan analisis Rank Spearman. 11

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB