BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia di dunia pada tahun 2012. Stroke menjadi penyebab utama di negara dengan pendapatan me nengah keatas dengan 126 kematian per 100.000 populasi (WHO, 2014). Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (Depkes, 2014). Di Amerika, rata-rata setiap empat puluh detik seseorang terkena stroke dan setiap empat menit seseorang meninggal karena stroke (AHA, 2014). Di Indonesia stroke disebut sebagai pembunuh pertama pada kasus kematian dalam Rumah Sakit, dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0 ), sedangkan berdasarkan diagnosis atau gejala oleh tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1 ). Di Eropa stroke sebagai penyebab kematian tersering kedua hampir 1.1 milyar kematian tiap tahun. Satu dari tujuh wanita (15%), dan satu dari sepuluh pria (10%) meninggal karena stroke. Kematian ini mempengaruhi perekonomian Eropa. Tiap tahunnya dana yang dikeluarkan berkisar tiga puluh delapan milyar euro, seperlima 1
2 dari total biaya keseluruhan pada perawatan penyakit jantung dan pembuluh darah. Stroke juga bertanggung jawab pada delapan belas persen kerugian akibat penurunan produksi yang disebabkan oleh mortalitas dan morbiditas (European Cardiovascular Statistic, 2012). Dalam sebuah penelitian yang diakukan oleh Johnston, et al (2000) dengan menggunakan basis data (n=279) Randomized Trial of Tirilazad Mesylate in Acute Stroke (RANTTAS), dari semua pasien yang terkena stroke, sembilan puluh lima persen mengalami paling sedikit satu komplikasi. Komplikasi medis yang terjadi pada pasien stroke ini akan memperburuk luaran klinis dan mempengaruhi tingkat kematian. Hal ini ditunjukan dari data hasil kematian pasien selama tiga bulan, lima puluh satu persen dari kematian ini terutama disebabkan oleh komplikasi medis (OR, 1.9; 95% CI, 1.2 to 2.9). Penelitian ini juga diperkuat oleh Roth, et al (2001) dengan menggunakan metode kohort pada 1029 pasien, dengan 75% dari pasien tersebut mengalami lebih dari satu komplikasi medis, 19% dari pasien ini dipindahkan ke fasilitas perawatan akut. Data Register Stroke Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta menunjukan komplikasi medis tersering yang terjadi pada periode tahun 2014 adalah pendarahan saluran cerna (59 kasus), pneumonia (41 kasus), infeksi saluran kemih (19 kasus) (Data Register Stroke RS Bethesda Yogyakarta, 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Guo, et al (2015) dengan menggunakan metode kohort prospektif pada 2168 pasien dengan stroke iskemik di Cina Timur (OR, 7.81; 95% CI, 2.76-22.09), komplikasi yang sering terjadi adalah pneumonia (17.7%), infeksi saluran
3 kemih (3.9%), pendarahan saluran cerna (2.9%), dan epilepsi (0.7%). Pendarahan saluran cerna merupakan komplikasi yang cukup sering ditemukan pada stroke iskemik akut dan kronik, dan hal ini berhubungan dengan lama menginap, perkembangan terhadap komplikasi lebih lanjut, dan bahkan meningkatkan kematian. Dari delapan ratus tiga puluh tujuh (38,6 %) pasien mengalami kematian dan menderita karena ketergantungan. Pendarahan saluran cerna menjadi salah satu penyebab signifikan dan independen (OR, 7,81; 95% CI, 2,76-22,09) berhubungan pada kematian dan kecacatan (semua P value <0,5). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan di Kanada oleh O Donnell, et al (2008), dari 6,853 pasien, 100 orang (1,5%) mengalami pendarahan saluran cerna, hingga 36 orang diantaranya memerlukan transfusi darah (OR 3,3; 95% CI 1,9-5,8). Pendarahan saluran cerna secara independen berhubungan dengan gangguan neurologis (OR 3,9, 95% CI 2,3 6,6, p < 0,001), kematian di dalam RS (OR 6,1, 95% CI 3,1 12,1, p < 0,001), luaran klinis yang buruk pada tiga bulan (OR 6,8, 95% CI 3,7 12,7, p < 0,001). Hubungan ini secara signifikan terpengaruh dari apakah pasien menerima transfusi darah atau tidak (Ogata et al., 2014). Dari beberapa penelitian sebelumnya, didapatkan bahwa komplikasi dari stroke iskemik akut, salah satunya pendarahan saluran cerna, akan memberikan dampak yang buruk bagi luaran klinis. Namun, masih terhitung sedikit penelitian yang dilakukan serta pada penelitian sebelumnya, komplikasi yang diteliti lebih bervariasi, belum ada spesifisitas dari pengaruh pendarahan saluran cerna terhadap luaran klinis yang diukur dengan mrs. Penulis berkeinginan untuk meneliti secara
4 khusus dampak komplikasi pendarahan saluran cerna terhadap luaran klinis dengan menggunakan Modified Rankin Scale (mrs) dari data rekam medis Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Stroke iskemik merupakan penyakit pembunuh pertama pada kematian dalam Rumah Sakit di Indonesia. 2. Pendarahan saluran cerna merupakan kasus komplikasi yang cukup sering terjadi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 3. Pendarahan saluran cerna mengakibatkan meningkatnya kecacatan dan kematian pada pasien stroke iskemik akut. 4. Penelitian dampak komplikasi pendarahan saluran cerna terhadap luaran klinis pasien stroke iskemik masih terbatas. 1.3. PERUMUSAN MASALAH Apakah komplikasi pendarahan saluran cerna memberikan prognosis buruk pada pasien stroke iskemik akut? 1.4. TUJUAN PENELITIAN Mengukur dampak komplikasi pendarahan saluran cerna terhadap prognosis stroke iskemik akut dengan menggunakan Modified Rankin Scale (mrs).
5 1.5. MANFAAT PENELITIAN 1.5.1. Bagi pasien Dengan diketahuinya dampak dari komplikasi pendarahan saluran cerna terhadap prognosis pasien stroke dan hal-hal yang mempengaruhinya, maka pencegahan terhadap luaran klinis yang buruk dapat dilakukan. Hal ini dapat membantu memperbaiki luaran klinis pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 1.5.2. Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan perbedaan hal yang diteliti baik metode, subjek, dan skala pengukuran, penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitian di bidang stroke terutama kasus komplikasi stroke, untuk memperluas penelitian dan mengembangkan lebih lagi topik yang diangkat oleh peneliti. 1.5.3. Bagi Rumah Sakit Bethesda dan tenaga kesehatan (dokter) Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi terjadinya pendarahan saluran cerna sebagai kasus komplikasi stroke terbanyak dan pengaruhnya terhadap luaran klinis pasien dapat membantu Rumah Sakit Bethesda dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pasien, terutama pasien stroke iskemik dengan komplikasi pendarahan saluran cerna.
6 1.6. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama (tahun) Metode Subjek Hasil Davenport, et Kohort al. (1996) prospektif Johnston, et al. (1998) Kohort 597 pasien stroke Pasien usia lanjut dengan stroke yang berat memiliki resiko tinggi mengalami pendarahan saluran cerna dan mempengaruhi luaran klnisnya (odds ratio (OR), 1,9; 95% CI, 1,2 to 2,9). 269 pasien stroke Pasien stroke iskemik akut iskemik yang memiliki komplikasi medis tidak hanya mempengaruhi kematian, namun juga luaran fungsional. Hal ini dinilai dengan Barthel Index (odds ratio [OR], 6,1; 95% confidence interval [CI], 2,5 to 15,1) dan Glasgow Outcome Scale (GCS) (OR, 11,6; 95% CI, 4,3 to 30,9).
7 Nama (tahun) Metode Subjek Hasil O Donnell, et Kohort 6853 pasien Pendarahan saluran cerna al. (2008) stroke iskemik berpengaruh pada Ogata, et al. (2014) Kohort meningkatnya angka kematian atau beratnya kecacatan (OR 3,3; 95% CI 1,9-5,8). Derajat keparahan dinilai menggunakan Canadian Neurological Scale dan tingkat ketergantungan dengan mrs. 6529 pasien Pasien dengan pendarahan stroke iskemik saluran cerna memiliki luaran klinis fungsional yang buruk (OR 6,8, 95% CI 3,7-12,7, p < 0,001). Pengukuran derajat keparahan neurologis menggunakan NIHSS dan penilaian luaran fungsional menggunakan mrs
8 Nama (tahun) Metode Subjek Hasil Guo, et al. Kohort 2168 pasien Pendarahan saluran cerna (2015) prospektif stroke iskemik menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan tingkat kematian dan kecacatan (OR, 7,81; 95% CI, 2,76-22.09). Penilaian luaran dengan menggunakan mrs. Pada beberapa penelitian yang ditunjukan pada tabel diatas menunjukan hasil yang sepakat bahwa dengan adanya komplikasi medis akan memperburuk luaran klinis. Namun, penelitian mengenai bagaimana pendarahan saluran cerna sebagai komplikasi medisnya mempengaruhi luaran klinis, baru dilakukan oleh O Donnell, et al. (2008), Ogata, et al. (2014). Kurangnya penelitian dalam menganalisis luaran klinis yang dipengaruhi oleh komplikasi pendarahan saluran cerna mendorong peneliti untuk melakukan penelitian pendarahan saluran cerna sebagai prognosis pasien stroke iskemik akut ini. Dengan perbedaan metode, subjek, dan tempat, data stroke registri di RS Bethesda menunjukan kasus komplikasi pendarahan saluran cerna lebih sering dibanding dengan komplikasi lain. Hal ini berbeda dengan data yang terdapat pada Fukuoka Registry, Canadian Registry Network, dan Nanjing First Hospital Registry yang digunakan oleh penelitian sebelumnya.
9 Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif, yang juga digunakan oleh Johnston, et al. (1998), O Donnell, et al. (2008), Toshiyasu, et al. (2014), tetapi skala pengukuran yang digunakan berbeda, jika peneliti menggunakan Modified Rankin Scale (mrs) saja, penelitian sebelumnya mengkombinasikan dengan beberapa skala pengukuran lain. Subjek yang diambil dalam penelitian ini diambil dari RS Bethesda Yogyakarta. Belum pernah ada penelitian pendarahan saluran cerna sebagai prognosis pasien stroke iskemik akut dilakukan di RS ini. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu banyak pasien stroke iskemik akut bisa tertangani dengan lebih baik dan membantu memperbaiki luaran klinis pasien ke depannya.