BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Martani (011) sejak reformasi pada tahun 1998 berbagai perubahan terjadi di Indonesia. Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan di pusat pemerintahan, tetapi juga di daerah. Setelah terjadinya reformasi, sistem pemerintahan yang awalnya bersifat terpusat mengalami desentralisasi. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 3 tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan keleluasaan bagi daerah untuk mengatur pemerintahannya dan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk dapat dioptimalkan secara maksimal agar mampu memenuhi kebutuhannya masing-masing. Dengan adanya Undang- Undang tersebut, setiap daerah dipacu untuk terus memperbaiki setiap tata kelola pemerintahannya sehingga dapat mencapai good governance. Good governace dapat ditopang dengan dua pilar utama yaitu transparan dan akuntabel. Transparan mempunyai arti memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. Sedangkan akuntabel merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Dalam rangka menciptakan transparansi dan akuntabilitas publik, pemerintah dituntut untuk memberikan informasi dan aktivitas serta kinerja finasialnya kepada stakeholder melalui laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang tepat waktu dan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
3 Ada beberapa peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan dan penyusunan laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah Undang-Undang Nomor 17 tahun 004 tentang Keuangan Negara yang mengatur keharusan setiap kepala daerah untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kepada DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan. Berikut adalah daftar temuan kasus kelemahan Sistem Pengendalian Internal di Provinsi Jawa Barat : Tabel 1.1 Daftar Temuan Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal di Provinsi No. Enititas Jawa Barat Total SPI Kelemahan Sistem Pengendalian Internal Kelemahan Kelemahan Sistem Sistem Pengendalian Pengendalian Pelaksanaan Akuntansi Anggaran dan Pendapatan Pelaporan dan Belanja Kelemahan Struktur Pengendalian Internal Jml Kasus Jml Kasus Jml Kasus Jml Kasus Provinsi Jawa Barat 197 98 77 1. Prov. Jawa Barat 5 1. Kab. Bandung 7 3 4-3. Kab. Bandung Barat 9 6 1 4. Kab. Bekasi 7 3 4-5. Kab. Bogor 6 5-1 6. Kab. Ciamis 10 4 3 3 7. Kab. Cianjur 7 3 4-8. Kab. Cirebon 6 3 3-9. Kab. Garut 5 5 - - 10. Kab. Indramayu 8 5 3-11. Kab. Karawang 8 4 3 1 1. Kab. Kuningan 10 7 1 13. Kab. Majalengka 7 1 4 14. Kab. Purwakarta 7 4 3-15. Kab. Subang 5 3-16. Kab. Sukabumi 4 1 1
17. Kab. Sumedang 8 6-18. Kab. Tasikmalaya 4-19. Kota Bandung 6 3 1 0. Kota Banjar 7 1 5 1 1. Kota Bekasi 1 6 5 1. Kota Bogor 4 1 1 3. Kota Cimahi 15 7 7 1 4. Kota Cirebon 7 5-5. Kota Depok 5 3-6. Kota Sukabumi 10 7 3-7. Kota Tasikmalaya 8 3 5 - Sumber : www.bpk.go.id (IHPS I 01) Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kasus kelemahan Sistem Pengendalian Internal yang paling dominan terjadi karena lemahnya sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan yaitu sebanyak 98 kasus. Kasus lemahnya sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan dilihat dari, pencatatan tidak dilakukan atau tidak akurat, proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan yang diatur, juga sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan yang tidak memadai. Kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja diantaranya terjadi di Kabupaten Purwakarta, dana untuk pekerjaan pembangunan Pasar Plered Citeko dalam tahun jamak senilai Rp 6.659,00 juta TA 011 belum dicadangkan dan belum dibuatkan peraturan daerahnya sehingga berpotensi tidak dapat diselesaikan karena ketidaktersediaan anggaran. Sedangkan kasus kelemahan struktur pengendalian internal diantaranya terjadi di Kabupaten Majalengka, pemerintah daerah belum memiliki kebijakan akuntansi yang mengatur mengenai penilaian, pengakuan, dan pengukuran piutang mengakibatkan saldo piutang lainnya pada neraca per 31 Desember 011 senilai Rp 4.081,41 juta tidak dapat diyakini kewajarannya. Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan daerah dikenal dengan istilah SPIP. Sistem Pengendalian Internal merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai yang bertujuan untuk :
5 1. Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,. Keandalan pelaporan keuangan, 3. Pengamanan aset negara/daerah dan 4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut PP Nomor 71 tahun 010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan adalah ukuran-ukuran yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: 1. Relevan, informasi yang relevan : a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) c. Tepat waktu d. Lengkap. Andal, infromasi yang andal memenuhi karakteristik : a. Penyajian jujur b. Dapat diverivikasi (verifiability) c. Netral 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami Salah satu tujuan dari Sistem Pengendalian Internal (SPI) adalah keandalan laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah harus bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat, tentu saja suatu laporan keuangan harus berkualitas baik, salah satu kriterianya
adalah andal. Infromasi yang disajikan dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, setiap fakta secara jujur, serta dapat diverivikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, penyajian laporan keuangan harus memenuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum dan disajikan secara wajar. Laporan keuangan merupakan sebuah media informasi untuk menyampaikan hasil kinerja pengelolaan keuangan kepada pihak lain. Agar informasi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya maka sebuah informasi harus dapat memenuhi kualitas tertentu. Begitupun informasi yang ada dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi karakterisitik yang disebutkan dalam PP Nomor 71 Tahun 010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dari latar belakang penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai : PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas pengendalian internal pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.. Bagaimana kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Seberapa besar pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
7 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas pengendalian internal pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.. Untuk mengetahui dan menilai kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui dan menilai besarnya pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi : 1. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dimana penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teoriteori yang telah dipelajari di bangku kuliah terutama dalam meningkatkan pemahaman dan wawasan keilmuan di bidang Akuntansi Sektor Publik khusunya tentang faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan dalam pemerintah daerah. Penyusunan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama Bandung.. Bagi Instansi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan efektivitas pengendalian intern dimasa yang akan datang. 3. Bagi Masyarakat ataupun Pihak Lain Sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan lebih spesifik tentang hal-hal yang terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan Skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Inspektorat Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Surapati No. 4 Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada awal Maret 013 sampai dengan bulan April 013. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian.1.1 Pengendalian Internal Pengendalian internal sebagai bagian dari kegiatan manajamen yang merupakan suatu usaha manajemen dalam rangka untuk memajukan organisasi dengan cara dan tindakan serta prosedur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan adanya pengendalian internal diharapkan akan banyak mempengaruhi aktivitas kerja dan fungi lainnya ke arah yang lebih baik sehingga tujuan dari suatu organisasi dapat dicapai..1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (00:180) menyatakan pengertian pengendalian internal adalah sebagai berikut: Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuanga, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa: