BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki babak baru pengelolaan negara, pemerintah mulai

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi yang handal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 terjadi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

NO SERI. D PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT. NO SERI. D 6 Nopember 2008

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Martani (011) sejak reformasi pada tahun 1998 berbagai perubahan terjadi di Indonesia. Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan di pusat pemerintahan, tetapi juga di daerah. Setelah terjadinya reformasi, sistem pemerintahan yang awalnya bersifat terpusat mengalami desentralisasi. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 3 tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan keleluasaan bagi daerah untuk mengatur pemerintahannya dan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk dapat dioptimalkan secara maksimal agar mampu memenuhi kebutuhannya masing-masing. Dengan adanya Undang- Undang tersebut, setiap daerah dipacu untuk terus memperbaiki setiap tata kelola pemerintahannya sehingga dapat mencapai good governance. Good governace dapat ditopang dengan dua pilar utama yaitu transparan dan akuntabel. Transparan mempunyai arti memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. Sedangkan akuntabel merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Dalam rangka menciptakan transparansi dan akuntabilitas publik, pemerintah dituntut untuk memberikan informasi dan aktivitas serta kinerja finasialnya kepada stakeholder melalui laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang tepat waktu dan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

3 Ada beberapa peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan dan penyusunan laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah Undang-Undang Nomor 17 tahun 004 tentang Keuangan Negara yang mengatur keharusan setiap kepala daerah untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kepada DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan. Berikut adalah daftar temuan kasus kelemahan Sistem Pengendalian Internal di Provinsi Jawa Barat : Tabel 1.1 Daftar Temuan Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal di Provinsi No. Enititas Jawa Barat Total SPI Kelemahan Sistem Pengendalian Internal Kelemahan Kelemahan Sistem Sistem Pengendalian Pengendalian Pelaksanaan Akuntansi Anggaran dan Pendapatan Pelaporan dan Belanja Kelemahan Struktur Pengendalian Internal Jml Kasus Jml Kasus Jml Kasus Jml Kasus Provinsi Jawa Barat 197 98 77 1. Prov. Jawa Barat 5 1. Kab. Bandung 7 3 4-3. Kab. Bandung Barat 9 6 1 4. Kab. Bekasi 7 3 4-5. Kab. Bogor 6 5-1 6. Kab. Ciamis 10 4 3 3 7. Kab. Cianjur 7 3 4-8. Kab. Cirebon 6 3 3-9. Kab. Garut 5 5 - - 10. Kab. Indramayu 8 5 3-11. Kab. Karawang 8 4 3 1 1. Kab. Kuningan 10 7 1 13. Kab. Majalengka 7 1 4 14. Kab. Purwakarta 7 4 3-15. Kab. Subang 5 3-16. Kab. Sukabumi 4 1 1

17. Kab. Sumedang 8 6-18. Kab. Tasikmalaya 4-19. Kota Bandung 6 3 1 0. Kota Banjar 7 1 5 1 1. Kota Bekasi 1 6 5 1. Kota Bogor 4 1 1 3. Kota Cimahi 15 7 7 1 4. Kota Cirebon 7 5-5. Kota Depok 5 3-6. Kota Sukabumi 10 7 3-7. Kota Tasikmalaya 8 3 5 - Sumber : www.bpk.go.id (IHPS I 01) Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kasus kelemahan Sistem Pengendalian Internal yang paling dominan terjadi karena lemahnya sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan yaitu sebanyak 98 kasus. Kasus lemahnya sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan dilihat dari, pencatatan tidak dilakukan atau tidak akurat, proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan yang diatur, juga sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan yang tidak memadai. Kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja diantaranya terjadi di Kabupaten Purwakarta, dana untuk pekerjaan pembangunan Pasar Plered Citeko dalam tahun jamak senilai Rp 6.659,00 juta TA 011 belum dicadangkan dan belum dibuatkan peraturan daerahnya sehingga berpotensi tidak dapat diselesaikan karena ketidaktersediaan anggaran. Sedangkan kasus kelemahan struktur pengendalian internal diantaranya terjadi di Kabupaten Majalengka, pemerintah daerah belum memiliki kebijakan akuntansi yang mengatur mengenai penilaian, pengakuan, dan pengukuran piutang mengakibatkan saldo piutang lainnya pada neraca per 31 Desember 011 senilai Rp 4.081,41 juta tidak dapat diyakini kewajarannya. Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan daerah dikenal dengan istilah SPIP. Sistem Pengendalian Internal merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai yang bertujuan untuk :

5 1. Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,. Keandalan pelaporan keuangan, 3. Pengamanan aset negara/daerah dan 4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut PP Nomor 71 tahun 010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan adalah ukuran-ukuran yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: 1. Relevan, informasi yang relevan : a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) c. Tepat waktu d. Lengkap. Andal, infromasi yang andal memenuhi karakteristik : a. Penyajian jujur b. Dapat diverivikasi (verifiability) c. Netral 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami Salah satu tujuan dari Sistem Pengendalian Internal (SPI) adalah keandalan laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah harus bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat, tentu saja suatu laporan keuangan harus berkualitas baik, salah satu kriterianya

adalah andal. Infromasi yang disajikan dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, setiap fakta secara jujur, serta dapat diverivikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, penyajian laporan keuangan harus memenuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum dan disajikan secara wajar. Laporan keuangan merupakan sebuah media informasi untuk menyampaikan hasil kinerja pengelolaan keuangan kepada pihak lain. Agar informasi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya maka sebuah informasi harus dapat memenuhi kualitas tertentu. Begitupun informasi yang ada dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi karakterisitik yang disebutkan dalam PP Nomor 71 Tahun 010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dari latar belakang penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai : PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas pengendalian internal pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.. Bagaimana kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Seberapa besar pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

7 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas pengendalian internal pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.. Untuk mengetahui dan menilai kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui dan menilai besarnya pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi : 1. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dimana penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teoriteori yang telah dipelajari di bangku kuliah terutama dalam meningkatkan pemahaman dan wawasan keilmuan di bidang Akuntansi Sektor Publik khusunya tentang faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan dalam pemerintah daerah. Penyusunan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama Bandung.. Bagi Instansi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan efektivitas pengendalian intern dimasa yang akan datang. 3. Bagi Masyarakat ataupun Pihak Lain Sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan lebih spesifik tentang hal-hal yang terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan Skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Inspektorat Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Surapati No. 4 Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada awal Maret 013 sampai dengan bulan April 013. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian.1.1 Pengendalian Internal Pengendalian internal sebagai bagian dari kegiatan manajamen yang merupakan suatu usaha manajemen dalam rangka untuk memajukan organisasi dengan cara dan tindakan serta prosedur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan adanya pengendalian internal diharapkan akan banyak mempengaruhi aktivitas kerja dan fungi lainnya ke arah yang lebih baik sehingga tujuan dari suatu organisasi dapat dicapai..1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (00:180) menyatakan pengertian pengendalian internal adalah sebagai berikut: Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuanga, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa: