BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014). TB saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang (Prayitno et al., 2006). Menurut World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap TB dan 1,5 juta orang meninggal karena TB pada tahun 2014. Selain itu, diperkirakan sekitar 58% kasus TB di dunia terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sampai saat ini sedang berjuang menghadapi permasalahan global TB. WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2014, diperkirakan jumlah kasus TB di Indonesia yaitu mencapai 700.000 sampai 1.400.000 kasus dengan jumlah kematian akibat TB mencapai 100.000 orang. Hal tersebut menyebabkan Indonesia saat ini menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan beban TB tertinggi (high-burden countries) di dunia setelah negara India, yang menyumbang 10% dari kasus TB di dunia dengan angka insiden mencapai 399 per 100.000 penduduk dan angka prevalensi mencapai 647 per 100.000 penduduk (WHO, 2015). Dalam menanggulangi tingginya angka morbitas dan mortalitas akibat TB, maka upaya penemuan kasus TB lebih dini merupakan hal yang perlu dilakukan agar proses pengobatan penderita semakin cepat dan penularan TB yang semakin luas 1

2 dapat dicegah. Namun, saat ini diperkirakan ada 1 dari setiap 3 kasus TB yang belum terdeteksi program (Pusdatin, 2015). Selain itu, hal yang dikhawatirkan yaitu setiap penderita TB Paru aktif dapat menularkan kuman TB kepada 5-10 orang di sekitarnya (Rye et al., 2009). Berlakunya fenomena gunung es pada penyakit TB dan seiring dengan munculnya epidemi HIV-AIDS di dunia, maka diperkirakan jumlah penderita TB Paru akan terus meningkat. Selain trend meningkatnya kasus koinfeksi HIV/TB, masalah baru yang kini menjadi perhatian para praktisi kesehatan saat ini yaitu mulai meningkatknya infeksi TB pada pasien DM. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB (Elloriaga et al., 2014). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa DM dan TB memiliki hubungan yang kuat. DM diduga dapat meningkatkan frekuensi maupun tingkat keparahan suatu infeksi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya abnormalitas dalam sistem imun yang menyebabkan penurunan fungsi fagitosis sehingga lebih mudah terinfeksi TB (Cahyadi et al., 2011). Sedangkan, TB dapat menyebabkan kenaikan gula darah dan memacu terjadinya laten diabetes atau menjadi faktor dekompensasi DM (Reviono et al., 2013). Sampai saat ini, belum ada laporan resmi mengenai jumlah kasus infeksi TB pada pasien DM di dunia. Namun, kasus TB cenderung lebih banyak ditemukan pada negara-negara dengan angka prevalensi DM yang cukup tinggi. Pada 22 negara yang dinyatakan dengan beban TB tertinggi di dunia, prevalensi DM pada populasi umum berkisar 2-9% (Baghaei et al., 2013). Selain itu, 8 dari 10 negara dengan insiden DM tertinggi di dunia juga diklasifikasikan sebagai negara dengan beban TB tertinggi di dunia (Restrepo, 2007). Data hasil skrining TB Paru pada pasien DM di China tahun 2012 menunjukkan bahwa Case Notification Rate (CNR) TB pada pasien DM jauh

3 lebih tinggi yaitu berkisar antara 334 sampai 804/100.000 dibandingkan CNR TB pada populasi umum yang hanya 78/100.000 penduduk (Lin et al., 2012). Di Indonesia, data infeksi TB pada pasien DM belum banyak dilaporkan. Namun, diperkirakan peningkatan kasus TB pada pasien DM juga terjadi seiring dengan peningkatan prevalensi DM di Indonesia (Cahyadi et al., 2011). Hasil penelitian oleh Livia et al. (2015) menunjukkan bahwa dari 738 pasien DM yang diperiksa di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, 28% diantaranya terjangkit TB dan 9,3% memiliki riwayat pernah menderita TB. Berdasarkan hal tersebut, mengingat adanya potensi penemuan kasus TB Paru pada pasien DM, maka diperlukan upaya skrining TB Paru pada pasien DM dalam rangka meningkatkan CNR TB dan pengobatan kombinasi TB-DM yang lebih dini. Salah satu kunci keberhasilan penemuan kasus TB Paru pada pasien DM yaitu tindakan atau keputusan pasien DM untuk melakukan skrining TB Paru. Belum ada penelitian yang mengungkapkan faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru. Namun, penelitian hampir terkait yang sama-sama meneliti tentang keputusan melakukan skrining TB Paru yaitu penelitian Kurniawan (2015) mengenai faktor yang memengaruhi pemeriksaan kontak serumah pada penderita TB. Hasil penelitian tersebut mendapatkan hanya 55,7% anggota keluarga penderita TB yang melakukan skrining TB Paru. Mereka yang tidak melakukan skrining beralasan bahwa skrining TB hanya diperlukan pada orang yang sudah tertular atau telah menunjukkan gejala TB. Hasil penelitian tersebut mendapatkan bahwa perilaku skrining dipengaruhi persepsi pribadi terkait risiko menderita penyakit (p=0,01). Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua atau 100% yang melakukan skrining TB Paru. Tingginya risiko tertular TB pada anggota

4 keluarga penderita tentunya sebanding dengan risiko penularan TB pada pasien DM karena pasien DM mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terinfeksi TB. Maka dari itu, penerapan skrining TB Paru perlu juga dilakukan pada pasien DM. Namun, jika bercermin pada hasil penelitian tersebut yaitu tingkat partisipasi melakukan skrining hanya sebesar 55,7%, maka kemungkinan partisipasi pasien DM melakukan skrining TB Paru juga akan rendah. Skrining TB Paru pada pasien DM merupakan program yang mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di sebelas puskesmas yang ada di Kota Denpasar sebagai hasil konsensus pengendalian kasus TB-DM yang difasilitasi oleh Kementrian Kesehatan RI. Program ini bertujuan untuk meningkatkan notifikasi kasus mengingat rendahnya CNR TB di Provinsi Bali pada tahun 2014 yang hanya sebesar 74/100.000 penduduk dari yang ditargetkan sebesar 78/100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015). Nantinya, dalam program ini akan dilihat pula feasibility penerapan skrining TB Paru pada pasien DM dengan melihat tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan prosedur pemeriksaan TB Paru. Sejalan dengan kemungkinan rendahnya partisipasi pasien DM melakukan skrining TB Paru, maka penting untuk mengetahui faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru. Selain itu, mengingat belum ada penelitian terkait faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru yang pernah dilakukan di Kota Denpasar. Penelitian yang mempelajari hubungan beberapa variabel bebas dengan satu variabel tergantung kategorikal dikotom tidak dapat dianalisis menggunakan uji Chi Square. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka dikembangkan suatu model analisis multivariabel berupa Regresi Poisson (Poisson Regression). Metode regresi

5 poisson dipilih dalam penelitian ini karena dapat mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau simultan terhadap variabel tergantung dengan memakai ukuran asosiasi berupa prevalence ratio (PR). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian berupa Faktor yang Memengaruhi Pasien Diabetes Mellitus (DM) Melakukan Skrining Tuberkulosis (TB) Paru di Kota Denpasar dengan memanfaatkan regresi poisson dalam analisisnya. 1.2 Rumusan Masalah Beberapa penelitian menunjukkan kecendrungan pasien DM terinfeksi TB Paru sehingga perlu dilakukan skrining TB Paru pada pasien DM. Skrining TB Paru pada pasien DM merupakan program yang mulai dilaksanakan di Kota Denpasar dalam upaya meningkatkan notifikasi kasus yang belum mencapai target. Dalam program ini, akan dilihat pula feasibility penerapan skrining TB Paru pada pasien DM dengan melihat tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru. Penelitian terkait tindakan skrining TB Paru menunjukkan bahwa hanya 55,7% anggota keluarga penderita TB yang berpartisipasi melakukan skrining yang seharusnya diikuti oleh 100% anggota keluarga. Hal tersebut cukup menjadi cerminan kemungkinan rendahnya partisipasi saat penerapan program skrining TB Paru pada pasien DM dilakukan di Kota Denpasar. Maka dari itu, penting untuk mengetahui tingkat partisipasi dan faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru di Kota Denpasar. Hal ini mengingat belum ada penelitian sejenis yang pernah dilakukan di Kota Denpasar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru dan faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru di Kota Denpasar.

6 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru? 2. Apakah karakteristik sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status bekerja, dan pendapatan perkapita memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru? 3. Apakah pengalaman mengenai TB seperti riwayat menderita TB dan riwayat anggota keluarga pernah menderita TB memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru? 4. Apakah pengetahuan mengenai TB memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru? 5. Apakah sikap mengenai TB memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru? 6. Apakah akses geografis yaitu jarak dan waktu tempuh ke pelayanan kesehatan memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru? 7. Apakah akses finansial yaitu jenis pembiayaan pelayanan kesehatan memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru? 8. Apakah dukungan petugas kesehatan memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru?

7 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru dan mengidentifikasi faktor yang memengaruhi pasien diabetes mellitus (DM) melakukan skrining TB Paru di Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru. 2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status bekerja, dan pendapatan perkapita terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengenai TB seperti riwayat menderita TB dan riwayat anggota keluarga pernah menderita TB terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru. 4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan mengenai TB terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru. 5. Untuk mengetahui pengaruh sikap mengenai TB terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru. 6. Untuk mengetahui pengaruh akses geografis yaitu jarak dan waktu tempuh ke pelayanan kesehatan terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru.

8 7. Untuk mengetahui pengaruh akses finansial yaitu pembiayaan pelayanan kesehatan terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru. 8. Untuk mengetahui pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmiah yang menyangkut bidang kesehatan masyarakat khususnya mengenai infeksi TB pada pasien DM serta faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 1.5.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas dalam pengembangan program skrining TB Paru pada pasien DM sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate (CNR) TB Paru. Selain itu, dapat diketahui faktor yang menyebabkan pasien DM tidak melakukan skrining TB Paru sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru. 2. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai risiko pasien DM untuk menderita TB Paru sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan penularan ke orang lain.

9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang kesehatan masyarakat untuk mengetahui tingkat partisipasi pasien DM melakukan skrining TB Paru dan menganalisis faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru di Kota Denpasar.