PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK Latar Belakang dalam penelitian ini adalah Menstruasi merupakan gejala biologis yang alami, progresif, dan positif sebagai tanda biologis dari kematangan perempuan. Bila menstruasi menimbulkan kejut (shock) yang sangat hebat disertai dengan iritasi (rangsangan yang mengganggu), biasanya perempuan merasa sakit, mual-mual, dan cepat lelah yang disebut dysmenorrhea.dysmenorrhea adalah nyeri menstruasi yang memaksa perempuan untuk istirahat. Dysmenorrhea terdiri dari dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. Hampir seluruh perempuan pernah merasakan nyeri menstruasi (dysmenorrhea). Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di SMA N 1 Jatinom Klaten dengan metode wawancara sebanyak 14 siswi mengatakan diantaranya tidak mengerti tentang nyeri haid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid pada siwi SMA N 1 Jatinom Klaten. Metode Penelitian ini adalah mengunakan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive, dengan jumlah sampel 76 responden. Teknik pengambilan data dengan angket menggunakan pertanyaan tertutup. Hasil Penelitian di dapat pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid pada siswi SMA N 1 Jatinom Klaten masuk dalam kategori sangat baik sebanyak 1,32%, kategori baik sebanyak 50,00%, kategori tidak baik sebanyak 47,36%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak 1,32%. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian basar remaja putri memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 siswi (50,00%). Kata Kunci: Pengetahuan jamu, pereda nyeri haid, siswi SMA PENDAHULUAN Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) remaja adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines United State Of America, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal 11-14 tahun, remaja menengah 15-17 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun. Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun (Kusmiran, 2014: 4). Salah satu ciri masa remaja adalah mulai terjadinya menstruasi pada perempuan. Menstruasi adalah gejala biologis yang alami, progresif, dan positif sebagai tanda biologis dari kematangan perempuan. Bila menstruasi menimbulkan (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 69
kejut (shock) yang sangat hebat disertai dengan iritasi (rangsangan yang mengganggu), biasanya perempuan merasa sakit, mual mual, cepat lelah dan berbagai emosi depresif yang disebut dysmenorrhea. Dysmenorrhea adalah nyeri menstruasi yang memaksa perempuan untuk istirahat dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Dysmenorrhea terdiri dari dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (Proverawati dan Misaroh, 2009: 79). Dysmenorrh ea primer sering terjadi pada remaja putri dengan keluhan nyeri seperti kram di tengah bawah rahim (Prawirohardjo, 2011: 182). Hampir seluruh perempuan pernah merasakan nyeri menstruasi (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari pegel-pegel di pinggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Nyeri yang biasa terasa dibawah perut terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati dan Misaroh, 2009: 84). Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami nyeri menstruasi, di Amerika angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja, adapula yang tak kuasa beraktifitas saking nyerinya (Proverawati dan Misaroh, 2009: 83). Nyeri haid bisa ditangani dengan jamu. Jamu telah menjadi bagian budaya dan kekayaan alam Indonesia. Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes RI No. 003/MENKES/PER/I/2010). Ada beberapa bentuk sediaan obat tradisional, misalnya kapsul, tablet, maupun bahan mentah. Banyaknya bentuk sediaan ini disebabkan karena selera masyarakat maupun pengaruh kemajuan teknologi (Soeryoko, 2010). Hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan pada dysmenorrhea primer, misalnya menggunakan kompres hangat, olahraga teratur, dan mengkonsumsi produk-produk herbal yang telah dipercaya khasiatnya (Smith, 2003;Marlina, 2012). Salah satu produk herbal yang biasa dikonsumsi di masyarakat untuk mengurangi rasa nyeri adalah minum kunyit. Dalam hal ini sebagian besar masyarakat Indonesia hanya percaya bahwa memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit atau yang dikenal dengan minuman kunyit asam yang dapat mengurangi keluhan dysmenorrhea primer. Namun, masyarakat tidak mengetahui kandungan dari kunyit tersebut (Wieser et a, 2007; Marlina, 2012 ). Begitu juga jahe dapat digunakan bersamaan asam jawa untuk meredakan nyeri haid. Asam jawa mengandung asam sitrat yang membantu meringankan nyeri (Suharmiati, 2006; Elly, 2013). (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 70
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui permasalahan reproduksi yang mereka alami dan ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi yang disebut dysmenorrhea (Widyaningsih, 2007; Sembiring, 2011) Studi pendahuluan yang dilakukan di SMA N 1 Jatinom Klaten pada 20 responden yang terdiri dari kelas 1 dan II, didapatkan gambaran tentang nyeri haid pada remaja putri kelas I dan II sebanyak 14 (70%). Hasil wawancara diperoleh data bahwa beberapa siswi mengatakan diantaranya tidak mengerti tentang dysmenorrhea atau nyeri haid, hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri saat haid meliputi minum jamu, dan ada juga yang hanya mengolesi minyak kayu putih pada perut, mengompres dan menahan rasa sakitnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang Pengetahuan Tentang Jamu sebagai Pereda Nyeri Haid pada Siswi SMA N 1 Jatinom Klaten. METODE Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010: 3). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid. Metode pengambilan data yang digunakan berdasarkan pendekatan waktu yaitu menggunakan metode cross sectional. Metode cross sectional adalah penelitian pada beberapa populasi yang diamati dengan melakukan pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Notoatmodjo, 2012: 37). Bahan dan Alat Bahan penelitian adalah lembar informed consent, leaflet dan kuesioner.sampel penelitian ini adalah siswi kelas I dan II SMA N 1 Jatinom yang sudah menstruasi sebanyak 76 responden, jumlah responden ditentukan dengan cara melihat tabel Krecjie dengan tingkat kesalahan 5 %. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 76 siswi dari 95 dari kelas 1 dan 2 di SMA N 1 Jatinom. Maka sampel diambil secara keseluruhan adalah 76 responden. Tahap Persiapan Tahap ini dimulai dengan survei pendahuluan (melaksanakan tanya jawab dengan siswi kelas 1 dan 2 di SMA N 1 Jatinom Klaten), penyusunan proposal, pembuatan leaflet, pembuatan kuesioner, seminar proposal, melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 71
Tahap Pelaksanaan Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan angket pada responden yang memenuhi kriteria inklusi antara lain: Sudah mengalami menstruasi, termasuk dalam usia remaja siswi kelas 1 dan 2 di SMA N 1 Jatinom Klaten. Kriteria eksklusi antara lain: belum mengalami menstruasi. Setelah itu angket diambil kembali kemudian di cek ulang untuk melihat kelengkapan jawaban responden. Selanjutnya dilakukan tabulasi pengolahan dan analisa data, pembahasan serta penarikan kesimpulan. Analisis Hasil 1. Pengolahan data Teknik pengumpulan data menurut Notoatmodjo (2010) adalah editing, coding, tabulasi dan memasukkan data (data entry) 2. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2010). Instrumen penelitian ini berupa angket. Sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Validitas yang pertama dilakukan pada 30 responden di SMK N 3 Klaten dengan hasil 12 soal valid,karena 12 soal tersebut belum bisa mewakili seluruh indikator pertanyaan maka peneliti melakukan uji validitas kembali. Uji validitas kedua dilakukan pada 30 responden di SMK N 4 Klaten dengan hasil 16 soal valid, karena 16 soal tersebut sudah mewakili seluruh indikator pertanyaan, maka pertanyaan yang lain dapat digugurkan. b. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetapi konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmodjo, 2012: 168). Reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji ulang pada kelompok responden yang menjadi karakteristik yang sama dengan responden. Rumus yang digunakan pada uji reliabilitas adalah rumus Alpha Cronbach. Angket jamu sebagai pereda nyeri haid dinyatakan reliabel karena r hitung >r tabel yaitu 0,613> 0,6. 3. Analisis Univariate Jenis analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dengan hasil distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012 : 182). (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 72
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Data karakteristik responden merupakan data primer karena diperoleh secara langsung dari responden. Data karakteristik responden penelitian pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid pada siswi SMA N 1 Jatinom Klaten adalah sebagai berikut: a. Distribusi frekuensi berdasarkan umur Tabel 1 Distribusi responden frekuensi menurut umur remaja putri SMA N 1 Jatinom No Umur (tahun) Frekuensi Prosentase 1 16 38 50,00% 2 17 38 50,00% Jumlah 76 100% Berdasarkan tabel di atas, dari 76 responden dapat dikategorikan umur remaja putri di SMA N 1 Jatinom adalah 17 tahun sebanyak (50,00%). b. Distribusi frekuensi berdasarkan kelas Tabel 2 Distribusi responden frekuensi menurut kelas di SMA N 1 Jatinom No Kelas Frekuensi Prosentase 1 X 38 50,00 % 2 XI 38 50,00 % Jumlah 76 100 % Berdasarkan tabel di atas responden dikategorikan menjadi 2 yaitu remaja putri kelas X sebanyak 38 (50,00%) dan remaja putri kelas XI sebanyak 38 (50,00 %). c. Distribusi frekuensi berdasarkan usia pertama menstruasi Tabel 3 Distribusi responden frekuensi menurut usia pertama mendapatkan menstruasi di SMA N 1 Jatinom No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Remaja awal (11-14) 75 98,68% 2 Remaja tengah (15-17) 1 1,32% 3 Remaja akhir (18-21) 0 0,00% (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 73
Berdasarkan tabel diatas responden dikategorikan menjadi 3 yaitu remaja awal sebanyak 75 (98,68%), remaja tengah sebanyak 1 (1,32 %). d. Distribusi frekuensi berdasarkan panjang siklus haid Tabel 4 Distribusi responden frekuensi menurut panjang siklus haid di SMA N 1 Jatinom No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 25-27 hari 19 25,00% 2 28-30 hari 52 68,42% 3 >30 hari 5 6,58% Berdasarkan tabel di atas responden dikategorikan menjadi 3 yaitu 25-27 hari sebanyak 19 siswi(25,00%), 28-30 hari sebanyak 52 siswi (68,42%), dan >30 hari sebanyak 5 siswi(6,58 %). e. Distribusi frekuensi berdasarkan lama haid Tabel 5 Distribusi responden frekuensi menurut lama haid berlangsung di SMA N 1 Jatinom No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 3-5 hari 21 27,63% 2 6-8 hari 55 72,37% Berdasarkan tabel 5 di atas responden dikategorikan menjadi 2 yaitu 3-5 hari sebanyak 21 (27, 63%) dan 6-8 hari sebanyak 55 (72, 37 % ). f. Distribusi frekuensi berdasarkan nyeri tidaknya saat menstruasi Tabel 6 Distribusi responden frekuensi menurut nyeri tidaknya saat menstruasi di SMA N 1 Jatinom No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Nyeri 69 90, 79 % 2 Tidak Nyeri 7 9, 21 % Berdasarkan tabel diatas responden dikategorikan menjadi 2 yaitu nyeri sebanyak 69(90, 79 %) dan tidak nyeri sebanyak 7 (9,21% ). (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 74
g. Distribusi frekuensi berdasarkan nyeri dimulai Tabel 7 Distribusi responden frekuensi menurut dimulainya nyeri di SMA N 1 Jatinom No Kriteria frekuensi Prosentase 1 Hari pertama 55 79, 71 % 2 Hari kedua 14 20, 29 % Jumlah 69 100, 00 % Berdasarkan tabel diatas responden dikategorikan menjadi 2 yaitu nyeri hari pertama sebanyak 55(79,71%) dan nyeri hari kedua sebanyak 14 (20, 29 %). h. Pertanyaan pengetahuan remaja putri tentang nyeri haid dan jamu sebagai pereda nyeri haid Tabel 8 Distribusi responden frekuensi menurut pertanyaan pengetahuan remaja putri tentang nyeri haid dan jamu sebagai pereda nyeri haid No Kategori Nilai F % Mean pertanyaan 1. Nyeri haid 9,09 1 1,3 53,83 36,36 45,45 45,55 54,55 63,64 72,73 90,91 7 28 1 12 14 12 1 9,2 36,8 1,3 15,8 18,4 15,8 1,3 2. Jamu untuk nyeri haid 54,21 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 28 (36,8%) siswi memperoleh nilai 45,45 pada kategori pertanyaan tentang nyeri haid dengan nilai mean sebesar 53,83 termasuk dalam kategori baik (51%-75%). Pada kategori pertanyaan tentang jamu pereda nyeri haid sebanyak 25 (32,9%) siswi memperoleh nilai 40,00 dengan mean 54,21 termasuk dalam kategori baik (51%-75%). i. Pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid 3 5 25 21 22 3,6 6,6 32,9 27,6 28,9 (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 75
Tabel 9 Distribusi responden frekuensi menurut pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid No Kategori Frekuensi Prosentase 1 Sangat baik 1 1, 32 % 2 Baik 38 50,00% 3 Tidak baik 36 47,36% 4 Sangat tidak baik 1 1, 32 % Jumlah 76 100,00 % Berdasarkan tabel di atas didapatkan data bahwa pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid pada siswi SMA N 1 Jatinom Klaten sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 38 siswi (50,00%). KESIMPULAN Dari hasil penelitian Pada Siswi SMA N 1 Jatinom dengan jumlah responden sebanyak 76 siswi dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengetahuan remaja putri tentang nyeri haid termasuk dalam kategori baik 2. Pengetahuan remaja putri tentang jamu sebagai pereda nyeri haid termasuk dalam kategori baik DAFTAR PUSTAKA. 2007. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Direktorat OAI,Deputi II, Badan POM RI. 2012 Universitas Soedirman Porwokerto. http://journal.unsoed.ac.id/ 2013 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).Jakarta: PT Rineka Cipta. Elly. 2013. Pengaruh Minum Rempah Jahe Asam dalam Mengurangi Nyeri Disminore Primer pada Mahasiswi Keperawatan Angkatan 2010 Kusmiran, E. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:Salemba Medika Manuaba, 1998. Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta Marlina, E. 2012. Pengaruh Minum Kunyit Terhadap Tingkat Nyeri Disminore Primer pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Tanjung Mutiara.http://journal.unair.ac.id/2012. Nafiroh, D. 2013. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Disminore padasiswi Putri. http://journal.ilmu.kebidanan.ac.id/ Desember 2013 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 76
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Palupi, Galuh A. T. 2011. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Usia 15-18 tahun tentang Dismenorrhea pada SMK N 1 Surakarta [ Karya Tulis Ilmiah ]. Program Diploma III Kebidanan Poltekkes Surakarta. Klaten Permenkes RI. 2010. Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan. JNPKR-KR: Jakarta Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Proverawati, A., Misaroh, S. 2009. Menarche (Menstruasi Pertama PenuhMakna). Yogyakarta: Nuha Medika. Rulitasari, P. 2012. Perbadaan Pengetahuan Tentang Kebersihan Organ Reproduksi Antara Remaja Putri Belum Menstruasi dan Sudah Menstruasi di Desa Tegaldowo Gemolong Sragen. DIII Kebidanan: Poltekkes Surakarta Sembiring, R. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja DalamPenanganan Dysmenorrhea, The Indonesia Journal Of Public Health, Vol. 2,no. 5. http://journal.unair.ac.id/ 2011. Soeryoko, H. 2010. Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta: Andi Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Surakarta, Politknik Kesehatan. 2014. Pedoman Penulisan Proposal dan Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Jamu. Klaten: Jurusan Jamu Poltekkes Surakarta. (Indri Kusuma Dewi, Bambang Yunianto) 77