BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pengelolaan organisasi sektor publik (khususnya organisasi pemerintahan)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, melindungi kehidupan bangsa serta mampu mencukupi

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makmur, dan merata baik materiil maupun spiritual. usaha manusia untuk mengatasi suatu resiko yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya memberikan pelayanan yang responsif, transparan dan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan Negara dan searah, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal menitik beratkan pada pemerintah daerah. Pelaksanaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah menjadi sangat penting. Masyarakat berharap bahwa

L A P O R A N K I N E R J A

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas berada pada ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang,

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

Pelayanan Publik yang Berorientasi pada Pelanggan. Oleh: Marita Ahdiyana

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan organisasi sektor publik (khususnya organisasi pemerintahan) di Indonesia memasuki era baru seiring dengan dilaksanakannya desentralisasi fiskal yang efektif mulai berjalan pada tahun 2001. Organisasi ini dituntut untuk secara efektif dan efisien mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki (ditengah keterbatasan yang ada), sehingga berbagai layanan yang diberikan (barang dan jasa) memenuhi kualifikasi yang diharapkan publik sebagai pengguna layanan. Tuntutan peningkatan kinerja organisasi ditujukan untuk menciptakan good public and corporate governance (Mardiasmo, 2002). Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh globalisasi. Pola lama penyelenggaraan pemerintah, kini sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan ini merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik. (Sedarmayanti,2004:4) Sejak awal 1990-an, Good governance telah menjadi kredo baru dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kendati demikian, masih terdapat beberapa 1

2 perbedaan penekanan, walaupun terdapat persamaan fokus dan ide utamanya. UNDP, misalnya, memberikan penekanan khusus pada pembangunan manusia yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, dan transformasi administrasi publik (UN Report, 1998). Sementara itu, Bank Dunia lebih memberikan perhatian pada pendayagunaan sumber daya sosial dan ekonomi bagi pembangunan. Sedangkan Organisation for Economic Cooperation dan Development (OECD) menekankan pada penghargaan hak-hak asasi manusia, demokrasi dan legitimasi pemerintah. (Tatag Wiranto, 2007) Secara konseptual, Good Governance oleh UNDP dipahami sebagai implementasi otoritas politik, ekonomi, dan administratif dalam proses manajemen berbagai urusan publik pada berbagai level dalam suatu negara. Merujuk pada konsepsi tersebut, Good Governance memiliki beberapa atribut kunci seperti efektif, partisipatif, transparan, akuntabel, produktif, dan sejajar serta mampu mempromosikan penegakan hukum. Di atas semua itu, atribut utama Good Governance adalah bagaimana penggunaan kekuasaan dan otoritas dalam penyelesaian berbagai persoalan publik. Dalam konteks itu, mekanisme kontrol (check and balance) perlu ditegakkan sehingga tidak ada satu komponen pun yang memegang kekuasaan absolut. Salah satu mekanisme yang digunakan adalah dengan menegakkan akuntabilitas sistem, struktur, organisasi dan staf atas apa yang menjadi tanggung jawab, fungsi, tugasnya yang antara lain terlihat dari perilaku atau budaya kerjanya. (Tatag Wiranto, 2007)

3 Salah satu prinsip dalam pelaksanaan tugas instansi pemerintah adalah transparansi dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) kepada publik atas apa yang telah dan akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yang terdiri dari tiga prinsip utama, yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Namun demikian sampai saat ini pemerintah belum sepenuhnya mampu menerapkan ketiga prinsip utama tersebut dalam praktek penyelenggaraan pelayanan.(yusuf Subagyo,2010) Akuntabilitas merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas.(teguh Arifiyadi,2008) Menilik dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara pelayanan publik, seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi seharusnya pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut. Permasalahan di kebanyakan negara berkembang, perhatian utama terhadap Good Governance dalam kaitan dengan penggunaan otoritas dan manajemen sektor publik, adalah tindak korupsi yang cenderung menjadi karakter tipikal yang melekat. Bahkan di beberapa negara terbukti bahwa budaya korupsi telah begitu melekat di dalam birokrasi pemerintah yang justru ditandai oleh kelangkaan sumber daya. Dalam konteks itu, absennya akuntabilitas sangat

4 menonjol dan menjadi satu karakter dominan budaya administrasi selama periode tertentu.( Tatag Wiranto, 2007 ). Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003). Permasalahan khusus yang terjadi adalah mengenai kewajiban dalam mempertanggungjawabkan peraturan yang telah di tetapkan,adanya kesulitan dan pelanggaran terhadap prosedur pelayanan, yaitu seringnya masyarakat menginginkan jalan cepat tetapi prosedur belum lengkap dan mitra kerja yang kurang responsif terhadap peraturan yang ditetapkan yang membentu proses penyelesaian tetapi persyaratan tidak lengkap yang tentunya akan mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan. (N T F,) Transparency (transparansi) merupakan salah satu prinsip dalam perwujudan good governance (pemerintahan yang baik). Good governance dan otonomi daerah adalah dua konsep yang saling berkaitan, dan berinteraksi dalam suatu korelasi yang bersifat positif. Keduanya saling menyediakan iklim kondusif yang perkembangan satu sama lain akan tetapi, konsep good governance mudah diucapkan, namun sebenarnya agak sulit untuk merumuskan ke dalam satu bahasa yang bisa diterima khalayak karena di

5 dalamnya ada unsur etika atau tata nilai.transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.(ahmad Hidayat,2005) Fenomena yang sering ditemukan saat ini adalah akar permasalahan yang menyebabkan buruknya kinerja pelayanan publik adalah prosedur pelayanan publik yang berbelit-belit dan tidak transparan (tidak terbuka). Oleh karena itu, transparency (transparansi/keterbukaan) pelayanan publik adalah merupakan salah satu hal yang harus segera diwujudkan demi untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan memenangkan persaingan di era globalisasi sekarang ini. Permasalahan khusus yang terjadi adalah tidak adanya mekanisme dan peraturan khusus yang mengatur kejelasan pembebanan biaya untuk pemesanan plat nomor khusus untuk para pemilik atau masyarakat yang menginginkna plat nomor khusus (Nomor cantik) yang di nilai biayanya jauh lebih tinggi dari plat nomor biasa yang berkisar untuk plat satu nomor pembayaran pajak berkisar ±Rp 6.000.000 per tahun di bandingkan plat nomor biasa yang berkisar ±Rp 750.000 per tahun atau bahkan nominal di setiap tempat/ daerah bisa berbeda. Perbedaan ini sebaiknya dibuatkan peraturan dan mekanisme khusus agar pembebanan pembiayaan pelayanan akan lebih transparan,dan informatif,. Sehingga kualitas pelayanan yang transparan akan tercapai.(n T F,)

6 Kurangnya transparansi akan mengakibatkan ketimpangan informasi. Logika ini juga didukung oleh teori-teori modern yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi. Sebagai contoh, Joseph Stiglitz, seorang pakar pemenang hadiah Nobel ekonomi pernah mengungkapkan bukti-bukti empiris bahwa peningkatan kemakmuran masyarakat tidak hanya perlu ditunjang oleh sumber daya yang berupa modal dan teknologi, tetapi juga informasi. Menurut Stiglitz (2005), kerugian ekonomi (economic losses) dalam masyarakat dapat disebabkan oleh informasi yang asimetris atau informasi yang kurang sempurna. Dengan demikian, informasi semestinya juga harus diperlakukan sama pentingnya dengan uang, aset, modal atau sumberdaya lainnya. Kemudian dari aspek politik atau administratif, makna transparansi akan menunjang empat hal yang mendasar (Kristiansen, 2006), yaitu: 1) meningkatnya tanggungjawab para perumus kebijakan terhadap rakyat sehingga kontrol terhadap para politisi dan birokrat akan berjalan lebih efektif 2) memungkinkan berfungsinya sistem kawal dan imbang (checks and balances) sehingga mencegah adanya monopoli kekuasaan oleh para birokrat 3) mengurangi banyaknya kasus korupsi dan 4) meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Tampak bahwa salah satu implikasi penting dari transparansi ialah peluang untuk meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di dalam praktik akan terlihat bahwa sistem dan prosedur pelayanan publik yang

7 transparan akan meningkatkan komitmen para birokrat dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas pelayanan publik secara keseluruhan.(wahyudi Kumorotomo,28/06/2008) Transparansi pelayanan publik sangat diperlukan, karena pelaksanaan transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik akan dapat meningkatkan kinerja pelayanan publik. Transparansi harus dilaksanakan pada seluruh aspek manajemen pelayanan publik, meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengendalian, dan laporan hasil kinerjanya. Transparansi hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan publik, karena sangat terkait dengan kepastian berusaha bagi investor baik dalam negeri maupun luar negeri, serta kepastian pelayanan bagi masyarakat umum yang memerlukan dan yang berhak atas pelayanan.(hamadi, 2001) Fenomena yang terjadi di dalam hal pelayanan publik yakni adanya keluhan dan pengaduan dari masyarakat terhadap pelayanan dari pemerintah baik yang secara langsung maupun melalui media massa, seperti keluhan terhadap prosedur yang berbelit-belit, tidak adanya kepastian jangka waktu penyelesaian, besaran biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak adanya transparansi, dan sikap petugas ataupun pegawai yang kurang responsif. Tata laksana pemerintahan yang baik dapat dipahami dengan memberlakukan karakteristik dasarnya yaitu: partisipasi, penegakan hukum, transparasi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efesiensi dan efektifitas, serta profesionalisme. (Thamrin,2010).

8 Permasalahan khusus dalam menyelenggarakan pelayanan publik adalah sistem administransi yang kurang terorganisir dengan baik hal ini dapat dilihat dari adanya calo-calo yang yang bebas hilir mudik memudahkan proses pelayanan, dengan menggunakan jasa calo tentunya akan merugikan masyarakat yang menggunakan jasanya juga merugikan masyarakat lainnya yang tidak menggunakan. Untuk yang menggunakan jasa calo biaya pelayanan akan melambung dari yang harus di tetapkan sedangkan untuk masyarakat lain yang tidak menggunakannya maka waktu tunggu akan menjadi lebih lama karena calo-calo tersebut tanpa menggunkan nomor antrian mereka dapat langsung memproses penyelesaian pembayaran PKB.(N T F,) Masyarakat membutuhkan pelayanan publik yang baik dengan adanya keseimbangan antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan (akuntabilitas) tanggung jawab yang mesti diberikan kepada masyarakat yang dilayani. Pegawai Negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, memiliki peran sebagai abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat birokrasi harusnya mengabdikan diri. Aparat birokrasi diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.(deddy Mulyadi,2007) Perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan salah satu fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh penyelenggaraan negara. Salah satu upaya Pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip good

9 governance (pemerintahan yang baik), yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat ataupun publik. Terwujudnya pelayanan publik (public service) yang berkualitas (prima) merupakan salah satu ciri kepemerintahan yang baik (good governance) sebagai tujuan dari pendayagunaan aparatur negara. Untuk itu, aparatur negara diharapkan semakin secara efisien dan efektif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pengayoman kepada masyarakat (public) untuk mewujudkan terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance), serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Dan diharapkan melalui penerapan tata pemerintahan yang baik dapat mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan.(deddy Mulyadi,2007) Selain itu, untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas, transparan dan akuntabel antara lain telah ditetapkan Keputusan Menteri PAN Nomor. 26/KEP/M.PAN/6/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas transparansi dan akuntabilitas pelayanan, sementara tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik dalam melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. (Ahmad Hidayat, 2005)

10 Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat. Kualitas pelayanan publik di tentukan oleh tingkat kepuasan masyarakat terhadap aktivitas layanan yang di berikan di antaranya prinsip akuntabilitas merupakan perinsip dasar dari prespektif teoritis, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jadi agar meningkatkan kualitas pelayanan publik maka harus di laksanakan secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah. Keberhasilan mempraktikkan good governance pada pelayanan publik mampu membangkitkan kepercayaan masyarakat luas bahwa menerapkan good governance bukan hanya sebuah mitos, tetapi menjadi suatu kenyataan. Kedua, pelayanan publik adalah ranah di mana berbagai aspek good governance dapat diartikulasikan secara lebih mudah. Nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance seperti efisien, nondiskriminatif, dan berkeadilan, berdaya tanggap, dan memiliki akuntabilitas tinggi dapat dengan mudah dikembangkan parameternya dalam ranah pelayanan publik.ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua pihak, pemerintah mewakili negara, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar, yang semuanya memiliki kepentingan dan keterlibatan yang tinggi dalam ranah ini.( Achmad Daniri, 06/02/2007) Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka Penulis tertarik untuk membahas tentang akuntabilitas dan transparansi tarhadap kualitas pelayanan publik dengan mengambil judul PENGARUH

11 AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS PENDAPATAN UPPD PROVINSI JAWA BARAT WILAYAH XII SUBANG. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Setelah meninjau dari latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya Konsistensi akuntabilitas terhadap peraturan dan per Undangundangan dalam mempertanggungjawabkan peraturan yang telah di tetapkan, adanya kesulitan dan pelanggaran terhadap prosedur pelayanan, yang tentunya akan mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan. 2. Pembebanan pembiayaan pelayanan kurang transparan dan informatif karena tidak adanya mekanisme dan peraturan khusus yang mengatur kejelasan pembebanan biaya untuk pemesanan plat nomor khusus (cantik) yang di nilai biayanya jauh lebih tinggi dari plat nomor biasa. 3. Sistem administrasi yang kurang terorganisir dengan baik hal ini dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang lebih memilih menggunakan jasa calo untuk membantu proses pelayanan sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

12 1.2.2 Rumusan masalah Sesuai dengan masalah yang telah diungkapkan pada latar belakang penelitian, masalah yang dapat diindetifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Penerapan Akuntabilitas pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang). 2. Bagaimana Penerapan Transparansi pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang). 3. Bagaimana Penerapan Kualitas pelayanan publik pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang). 4. Seberapa besar Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi terhadap kualitas pelayanan Publik Pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang) secara parsial dan simultan. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Adapun maksud dari penyusunan peneliatian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan data-data, informasi serta gambaran tentang Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kualitas Pelayanan Publik. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penyusunan usulan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Penerapan Akuntabilitas pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang).

13 2. Untuk mengetahui Penerapan Transparansi pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang). 3. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang). 4. Untuk mengetahui Seberapa besar Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi terhadap kualitas pelayanan Publik Pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII (Subang) secara parsial dan simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis yang penulis tujukan pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII Subang dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran-saran serta dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di waktu yang akan datang. 1.4.2 Kegunaan Akademis Penelitian atas pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap kualitas pelayanan publik dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan, dan disamping itu, penelitian tersebut dapat memberikan manfaat bagi : 1) Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

14 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi terkait dengan pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap kualitas pelayanan publik. 2) Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengkaji di bidang yang sama. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Penulis melaksanakan penelitian pada Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Wilayah XII Subang jln Jl. Ks. Tubun No. 19 Subang. b. Waktu Penelitian Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan Juli.

15 Tabel 1.1 Pelaksanaan Penelitian Bulan Tahap Prosedur Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept I Tahap Persiapan : a. Membuat outline dan proposal UP b.mangambil formulir penyusunan skripsi c. Menentukan tempat penelitian II Tahap Pelaksanaan : a. Bimbingan UP b.acc UP c. Pendaftaran seminar UP d.seminar UP e. Revisi UP f. Acc revisi UP g.penelitian perusahaan h.bimbingan di perusahaan i. Membuat outline dan proposal skripsi j. Penyusunan skripsi k.bimbingan skripsi l. Acc skripsi III Tahap Pelaporan : a. Menyiapkan draft skripsi b.sidang akhir skripsi c. Revisi skripsi d.acc revisi skripsi e. Penyempurnaan laporan skripsi IV Tahap Akhir : a. Wisuda b.penyerahaan Laporan