Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat Berelektrolit Dapat Memperlambat Kelelahan Selama Berolahraga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

Pengaruh Natrium Bikarbonat Per Oral terhadap Penampilan-Sprint pada Tes Ergometer Sepeda

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu objek untuk menghadapi objek tersebut. 1. mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mengontrol atensi.

KOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

Kata kunci : air kelapa, ketahanan otot. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kandungan senyawa di dalamnya, kopi dapat di golongkan sebagai

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Pengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSUMSI PISANG AMBON PADA AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL MENINGKATKAN KADAR GLUKOSA DARAH. Alin Anggreni Ginting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata 1 Kedokteran Umum

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang telah direncanakan dan dilakukan secara berulang-ulang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

HUBUNGAN TES ERGOMETER SEPEDA ASTRAND DAN TES BANGKU HARVARD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN BUBUR BUAH PISANG

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

HUBUNGAN MINUMAN ISOTONIK DENGAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA MAHASISWA JPOK UNLAM BANJARBARU

Penanganan Rehidrasi Setelah Olahraga dengan Air Kelapa (Cocos nucifera L.), Air Kelapa ditambah Gula Putih, Minuman Suplemen, dan Air Putih

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN

GIZI DAN POLA HIDUP AKTIF UNTUK MENDUKUNG PRESTASI BULUTANGKIS. Ghon Lisdiantoro PGSD IKIP PGRI MADIUN

PENGARUH REHIDRASI MENGGUNAKAN AIR KELAPA (Cocos Nucifera L) TERHADAP STAMINA ATLET DAYUNG

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PENGARUH KOPI TERHADAP KELELAHAN OTOT PADA SPRINT 100 METER LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Online di :

ABSTRAK HUBUNGAN TES ERGOMETER SEPEDA FOX DAN TES BANGKU HARVARD. Irene Joice Poerba, Pembimbing: DR. lwan Budiman, dr, MS., AIF.

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN AIR MINERAL DAN AIR ISOTONIK TERHADAP ENDURANCE

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN ISOTONIK DAN JUS PISANG TERHADAP DAYA TAHAN OTOT SELAMA AKTIVITAS LARI 30 MENIT

MINUMAN KARBOHIDRAT DAN PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI (VO2MAX) PADA SISWA KLUB SEPAK BOLA REMAJA

ABSTRAK PERBANDINGAN PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH SETELAH PUASA DAN DUA JAM SETELAH SARAPAN SELAMA MELAKUKAN TREADMILL PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

Efek Cairan Rehidrasi terhadap Denyut Nadi, Tekanan Darah dan Lama Periode Pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

ABSTRAK. HUBUNGAN TES ERGOMETER SEPEDA MODIFlKASI YMCA DAN TES BANGKU SHARKEY

GIZI OLAHRAGA (KARBOHIDRAT DAN OLAHRAGA)

Pengaruh Latihan Aerobik Intensitas Ringan dan Sedang terhadap Kelelahan Otot (Muscle Fatique) Atlet Sepakbola Aceh

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

Dr. Hamidie Ronald M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

II.Masalah Penelitian. III.Tinjauan Pustaka III.1. Kebutuhan Tubuh Akan Cairan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN B KOMPLEKS TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA LAKI- LAKI DEWASA

Usep suhendra, Pembimbing: Dr. Iwan budiman, dr., MS.

BAB I PENDAHULUAN. dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpalemak.kandungan

ABSTRAK PENGARUH MINUMAN ISOTONIK TERHADAP KETELITIAN DAN KEWASPADAAN PADA PRIA DEWASA

Pengaruh Minuman Isotonik Terhadap Deyut Nadi pada Atlet Sepak Bola di Sekolah Sepak Bola (SSB) Persisac Kota Semarang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

ABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU ASTRAND-RYHMING TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD. Indraji Dwi Mulyawan, 2002; Pembimbing: DR. Iwan Budiman, dr.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

162 Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran. terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang

ABSTRAK PENGARUH ALKOHOL TERHADAP WAKTU REAKSI PADA PRIA DEWASA. M.Ekky.R, Pembimbing: Drs., dr. Pinandojo Djojosoewarno, AIF

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Jl.Dr.Sutomo No.14, Semarang, Telp (024) ,

ABSTRAK. PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA (NaF)

Jurnal Kesehatan Olahraga Volume 03 Nomor 03 Edisi Juni 2015,

NI MADE AYU SRI HARTATIK

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

COMPARISON OF MINERAL WATER EFFECT AND ISOTONIC ON ENDURANCE DURING LONG DISTANCE RUNNING ACTIVITY IN 30 MINUTE ON ADULT NON ATHELETE MALE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

ABSTRAK PENGARUH MAKANAN TINGGI PROTEIN DAN TINGGI KARBOHIDRAT TERHADAP RASA KENYANG. Pembimbing : Dr. Iwan Budiman,dr., MS., MM., MKes.

Universitas Lampung. Abstrak

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERKARBOHIRAT DAN BERELEKTROLIT TERHADAP KADAR LAKTAT DARAH PADA ATLET DAYUNG NASIONAL TAHUN 2013

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERKARBOHIDRAT SEBELUM LATIHAN TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH ATLET. Erni Rukmana, Deny Yudi Fitranti *)

KARBOHIDRAT. M. Anwari Irawan. Sports Science Brief

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. EFEK SARI LEMON (Citrus limon) TERHADAP ONSET TERJADINYA KELELAHAN OTOT

Transkripsi:

Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat Berelektrolit Dapat Memperlambat Kelelahan Selama Berolahraga Gusbakti Rusip Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman karbohidrat berelektrolit yang dapat memperlambat terjadi kelelahan. Dalam penelitian dilibatkan 10 naracoba lai-laki berumur 18-30 tahun, dengan mengayuh sepeda ergometer diberi beban VO 2max rerata 63,5±3,3% pada kecepatan 60 rpm sampai terjadi kelelahan. Setiap naracoba diberi minuman karbohidrat berelktrolit berkonsentrasi 12%, 6% dan placebo (nonkarbohidrat) diberikan secara acak dengan volume 3 ml/kg/bb setiap 20 menit. Selanjutnya sampel darah diambil sebelum dan semasa latihan setiap 20 menit sampai lelah digunakan untuk pemeriksaan plasma laktat. Dari hasil penelitian ini didapati suatu perbedaan yang signifikan (P<0,001), di mana waktu latihan lebih panjang bagi naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit (84,7±6,9 menit) dibandingkan dengan naracoba diberi minuman placebo (non karbohidrat) waktunya adalah 66,2±2,2 menit. Pada pemeriksaan laktat bila dibandingkan sebelum dan semasa latihan menunjukkan peningkatan kadarnya sangat signifikan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit selama menjalankan latihan dengan mengayuh sepeda jelas terjadinya perlambatan proses kelelahan serta dapat meningkatkan penampilan fisik yang prima. Kata kunci: Suplemen minuman karbohidrat berelektrolit, kelelahan dan plasma laktat Abstract: The purpose of this study was determine effects of ingestion carbohydrate-electrolyte beverage drink to improve exercise performance. Ten male subjects (age 18-30 years) were subjected to cycle ergometer at 63,5±3,3% of maximal O 2 consumption (VO2max) with an ergometer at 63,5±3,3% of maximal O 2 consumption (VO 2max ) with a pedal speed of 60 rpm until they became fatigued. They were given a drink of carbohydrate-electrolyte at a concentration of 6%, 12%, and a flavored water placebo (WP) to consume at a volume of 3 ml/kg every 20 minutes. Blood samples were taken at rest and during exercise at every 10 minutes for analyzing plasma lactate. Mean exercise time until the on set of fatigue in subjects was found to be significantly longer (P<0.001) following the ingestion of carbohydrate-electrolyte beverage (84.7±6.9 min) compared with WP (66.2±2.2 min). However, plasma lactate was not significantly for three beverages, but significantly compare before and after exercise. Results indicate that carbohydrate-electrolyte supplementation during prolonged cycling improves physical performance, can delay fatigue. Keywords: physical performance, supplementation carbohydrate-electrolyte, fatigue and plasma lactate PENDAHULUAN Minuman olahraga buat komsumsi atlet bukanlah masalah baru. Minuman yang tepat untuk atlet yang sudah diperkenalkan sejak tahun 1970-an, diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai kandungan elektrolit dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai pengganti dari keringat yang keluar semasa aktivitas olahraga. Seseorang melakukan olahraga jelas akan mengalami pengeluaran keringat dan pengaruhnya berakibat dehidrasi dari tubuh. Biasanya menimbulkan perasaan tidak enak dan dapat menurunkan performa seseorang. Pemberian suplemen minuman karbohidrat berelektrolit selama olahraga dapat membantu meningkatkan performa, melepaskan dahaga, dan juga mempercepat rehidrasi serta pengisian kembali bahan bakar (energi) bagi tubuh. Penambahan suplemen ini tidak mencegah kelelahan akan tetapi memperlambat terjadinya kelelahan. Kelelahan terjadi biasanya oleh karena kadar glikogen otot yang menurun semasa berolahraga dengan intensitas yang moderat sedangkan olahraga dengan intensitas rendah penggunaan glikogen otot sedikit. Oleh karena itu penghematan glikogen otot tidak diperlukan. Pada tahun 1939, Christensen dan Hansen merupakan peneliti pertama yang menunjukkan adanya hubungan antara menu makanan yang berkarbohidrat tinggi dengan performa seseorang melakukan aktivitas fisik. 2 Tiga puluh Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 35

Karangan Asli tahun kemudian Bergstrom dan Hultman (1966), melakukan teknik biopsi otot untuk mendapati cadangan glikogen otot yang meningkat dengan pemberian makanan berkarbohidrat tinggi. 3 Perlu diperhatikan bahwa pemberian suplemen karbohidrat semasa berolahraga disebabkan oleh karena keterbatasan cadangan karbohidrat yang merupakan faktor utama kelelahan bagi olahraga berkepanjangan. Akan tetapi, Costill dan Fink (1974) menunjukkan bahwa glikogen otot bukan merupakan faktor utama yang menyebabkan kelelahan 4, di samping itu ada faktor lain yaitu dehidrasi dan peningkatan suhu tubuh yang mungkin dapat menimbulkan kelelahan bagi olahraga berkepanjangan. 5 Telah diketahui bahwa kelelahan semasa berolahraga berkepanjangan dapat diperlambat, dengan demikian kapasitas ketahanan dapat ditingkatkan dengan penambahan cadangan karbohidrat sebelum berolahraga. Di mana olahraga dalam cuaca panas dapat mempercepat kelelahan, hal ini karena meningkatnya ketergantungan akan karbohidrat sebagai substrak. 6 Dengan perkataan lain, pemberian minuman karbohidrat berelektrolit selama olahraga berkepanjangan dapat mengembalikan kekurangan cadangan karbohidrat dalam tubuh sehingga kelelahan dapat diperlambat. 7 Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dapat memperlambat kelelahan selama berolahraga. BAHAN DAN CARA Naracoba Sepuluh naracoba laki-laki sehat telah mengambil bagian dalam penelitian ini. Peralatan: Sepeda ergometer (Lode NVL-77) Sensor Medic 2900 Yellow springs instrument model 2900 Sport tested PE 3000, Polar Finland Termometer elektronik (Libra Medical ET 3000) Protokol penelitian Sebelum penelitian dilakukan naracoba berpuasa 10-12 jam. Kateter infus dimasukkan ke vena lengan bawah bagian dorsal dan tetap dipertahankan dengan heparin saline (10 unit/ml), darah diambil sebelum, selama, dan akhir percobaan sebanyak 5 ml setiap 20 menit sampai terjadi kelelahan. Ke dalam rektal dipasang elektroda suhu, dimasukkan sedalam 10 sentimeter dari otot spinchter ani eksterna. Selanjutnya suhu kulit juga diukur dengan meletakkan elektroda suhu pada beberapa tempat kemudian direkam dengan termometer elektronik. Untuk pemantauan denyut jantung dipasang pengukur denyut jantung di permukaan dada. Pengukuran volume oksigen dilakukan pemasangan corong mulut untuk mengambil VO 2max semasa istirahat, pemanasan, selama latihan, dan akhir dari latihan (masa lelah) serta masa pemulihan. Sebelum pemanasan dan, naracoba diberi minuman 3 ml/kg berat badan. Latihan pemanasan 5 menit pada VO 2max 50%, sesudah pemanasan beban kerja ditingkatkan dengan VO 2max 60% sampai terjadi kelelahan. Protokol penelitian pemberian minuman 3 ml/kg berat badan Rest VO2max 50% VO2max 60% pemanasan waktu - 5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 akhir (menit) pengambilan sampel darah 36 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006

Gusbakti Rusip Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat Cara penelitian: Setiap naracoba mengayuh sepeda ergometer dalam tiga waktu yang berbeda dengan jarak 2-3 minggu. Setiap naracoba dibagi tiga kali percobaan, di mana sepuluh naracoba diberi minuman salah satu jenis minuman dari karbohidrat berelektrolit (MC), 12% (HC) dan plasebo tanpa karbohidrat (P), diberikan secara double blind dengan rasa dan warna yang sama sebanyak 3 ml/kg berat badan setiap 20 menit sampai terjadi kelelahan. Sewaktu percobaan dijalankan, naracoba mengayuh sepeda ergometer pada beban kerja VO 2max 60% dengan kecepatan dipertahankan pada 60 rpm sampai kelelahan yaitu apabila naracoba tidak dapat mempertahankan kecepatan antara 30-60 rpm. Setiap naracoba yang mengambil bagian dalam penelitian ini dianjurkan tidak melakukan kegiatan olahraga berat selama tiga hari sebelum percobaan dilakukan. Untuk memastikan tahap kebugaran yang sama semasa percobaan, naracoba dianjurkan untuk mempertahankan latihan antara waktu 2-3 minggu sebelum percobaan berikutnya. Analisa Biokimia Darah Setiap sampel darah vena (5 ml) yang diambil dimasukkan ke dalam tabung yang berisi antikoagulan natrium flourida, tabung tersebut kemudian disentrifuge selama 5 menit pada 6000 rpm, plasma yang diperoleh disimpan pada suhu - 200C. Untuk pemeriksaan plasma laktat dianalisa dengan analisis laktat (yellow springs instrument model 2900). Tabel 1. Data naracoba Analisa statistik Perubahan plasma laktat dan lamanya waktu latihan mengayuh sepeda sampai terjadi kelelahan terhadap ketiga jenis minuman dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan test-t. Uji statistik dijalankan dengan menggunakan program SPSS. Pada tahap probabilitas kurang dari 0.05 (p<0.05) dianggap mempunyai perbedaan yang signifikan secara statistik. Data yang diperoleh dalam bentuk rata-rata ± SE. HASIL PENELITIAN Data karakteristik naracoba dapat lihat pada Tabel 1 sedangkan karakteristik minuman karbohidrat berelektrolit dapat dilihat pada Tabel 2. 1. Pengambilan Oksigen dan RER (respiratory exchange ratio) Peningkatan pengambilan O 2 bagi ketiga jenis minuman dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan penggunaan oksigen selama aktivitas latihan berkepanjangan dan juga oleh karena meningkatkan kebutuhan oksigen dengan adanya peningkatan intensitas latihan. Akan tetapi, konsentrasi penggambilan oksigen tidak didapati perbedaan yang signifikan terhadap ketiga jenis minuman. Rerata VO 2 bagi adalah 31.1± 1.8 ml/kg/men, bagi adalah 30,9±1,5 ml/kg/men dan P adalah 30,6±1,7 ml/kg/men. Peningkatan yang tampak dari VO 2 30,9±1,5 ml/kg/men (64,0± 1,2% dari VO 2max ) terlihat sesudah menit kesepuluh semasa latihan. RER relatif stabil berkisar 1.06-1,05 pada menit ke 20 semasa latihan dan kelihatan mulai menurun menit ke 20 1.02± 0.01 pada masa kelelahan dan tidak menunjukan perbedaan signifikan bagi ketiga jenis minuman. No Parameter Nilai rata-rata (SE) 1 Umur 24.6± 0.3 tahun 2 Berat badan 60.7± 2.3 kg 3 Tinggi badan 166.3 ± 0.5 cm 4 Vital kapasiti 4.0 ± 0.0 liter 5 VO2max 44.6 ± 0.5 ml.kg -1.men -1 6 Denyut jantung maksimum 173.6 ± 1.1 denyut.men -1 Tabel 2. Komposisi minuman karbohidrat berelektrolit yang diberikan Komposisi Unit P Osmolality mosm.l 684.0±1.1 325.0±1.1 38.0±1.3 Glucose g.l -1 71.6±2.2 20.5±1.4 0.0 Sucrose g.l -1 45.7±1.2 39.1±0.9 0.0 Natrium mmol.l -1 3.4±0.0 21.1±0.0 3.4±0.1 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 37

Karangan Asli Kalium mmol.l -1 3.9±0.4 3.5±0.1 0.0 Klorida mg. l -1 28.1±0.4 39.1±1.9 0.0 Kalsium mg. l -1 3.7±0.0 28.1±1.9 23.2±0.6 Catatan: : minuman karbohidrat berelektrolit 12% : minuman karbohidrat berelektrolit 6% P : minuman placebo tanpa karbohidrat 2. Waktu latihan sampai terjadi kelelahan Dalam penelitian ini kesepuluh naracoba diberi latihan dengan mengayuh sepeda ergometer pada beban kerja VO 2max 60% dengan kecepatan dipertahankan pada 60 rpm sampai lelah, dengan dan tanpa diberi minuman karbohidrat berelektrolit. Rerata waktu latihan sampai lelah naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit lebih lama dibandingkan dengan naracoba yang diberi minuman placebo (tanpa karbohidrat), waktunya 84,7±6,9 berbanding dengan 66,2±2,2 dan hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< 0,001). Kesemua naracoba menunjukkan peningkatan performa yang jelas dari menit ke- 20 sampai ke-70 bagi naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit. Perubahan pengambilan oksigen Volume oksigen (ml/kg/men) 40 30 20 10 0 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 P Gambar 1: Perubahan volume O2 : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: Rest:istirahat, WP:pemanasan, End: akhir latihan (masa lelah) 3. Tanggapan yang dirasa naracoba (perceived exertion) dan denyut jantung Perceived exertion dengan menggunakan skala Borg. Skala ini menilai tahap kelelahan dan bila seseorang merasa lelah akan menunjukan nilainya tinggi. Skala ini meningkat secara perlahan-lahan pada jam pertama selama latihan baik naracoba diberi minuman karbohidrat berelektrolit maupun placebo. Peningkatan yang jelas setelah jam berikutnya, kelihatan peningkatan yang cepat bagi naracoba yang diberi minuman placebo dan meningkat secara signifikan (P < 0,05), dilaporkan pada menit ke-75 semasa latihan nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit (lihat Tabel 3). Rerata denyut jantung mulai meningkat dengan cepat setelah menit ke-20 semasa latihan bagi ketiga jenis minuman yang diberikan. Bila dibandingkan sebelum dengan semasa latihan menunjukkan peningkatan yang signifikan (P<0,05), lihat Gambar 2. denyut jantung (denyut/men) 200 175 150 125 100 Denyut jantung 75 50 25 WP 0 0 2 4 6 8 10 12 Gambar 2: Perubahan denyut jantung selama latihan : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: 0:istirahat, 2:pemanasan, 4: menit 40, 6: menit 60, 8,10,12:akhir latihan (masa lelah) 4. Pengukuran suhu tubuh Suhu tubuh menujukkan peningkatan yang jelas semasa latihan dibandingkan dengan sebelum latihan, bagi naracoba diberi minuman dari 36,9 0 C meningkat menjadi 39,4 0 C pada akhir latihan (masa lelah). Naracoba diberi minuman dari 37,1 0 C meningkat menjadi 39,3 0 C pada akhir latihan (masa lelah). Selanjutnya naracoba yang diberi minuman placebo dari 37,1 0 C meningkat menjadi 39,4 0 C 38 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006

Gusbakti Rusip Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat pada akhir latihan (masa lelah), lihat Gambar 3 dan 4. 3, 4, 5: akhir latihan (masa lelah) Perubahan suhu rektal Perubahan suhu kulit 39 36 38 35 Suhu ( o C) 37 36 P Suhu ( o C) 34 33 P 35 34 0 1 2 3 4 5 Gambar 3: Perubahan suhu rectal selama latihan : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: 0: istirahat, 1: menit 40, 2: menit 60, 32 0 1 2 3 4 5 Gambar 4: Perubahan suhu kulit selama latihan : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: 0: istirahat, 1: menit 40, 2: menit 60, 3, 4, 5: akhir latihan (masa lelah) Tabel 3: Tanggapan yang dirasa naracoba (perceived exertion) Jenis Minuman 20 40 60 Akhir Perasaan dalam tubuh MC 8,2±0,2 10,1±0,4 13,6±0,6 16,1±0,4* HC 8,5±0,2 10,4±0,5 12,1±0,5 15,8±0,3** P 8,7±0,2 12,3±0,3 13,5±0,2 17,1±0,2* Perasaan haus ( 1:tidak haus; 5:sangat haus) MC 1,1±0,1 1,2±0,1 1,3±0,2 1,2±0,1 HC 1,0±0,0 1,2±0,1 1,3±0,2 1,5±0,2 P 1,8±0,3 1,2±0,1 1,08±0,0 1,2±0,1 Rasa mual ( 1:tidak mual; 5:sangat mual) MC 1,1±0,1 1,2±0,1 1,3±0,2 1,4±0,3 HC 1,0±0,0 1,2±0,1 1,3±0,2 1,3±0,2 P 1,8±0,3 1,2±0,1 1,08±0,0 1,1±0,1 Perasaan kembung pada lambung ( 1:tidak kembung;5:sangat kembung) MC 1,0±0,0 1,2±0,1 1,0±0,0 1,2±0,1 HC 1,0±0,0 1,3±0,1 1,3±0,2 1,5±0,2 P 1,0±0,0 1,0±0,0 1,0±0,0 1,1±0,3 Perasaan penerimaan seluruh minuman ( 1:tidak menerima;5:sangat suka) MC 6,6±0,2 6,7±0,2 7,0±0,0 6,6±0,1 HC 6,8±0,2 6,8±0,2 6,7±0,2 6,0±0,1 P 6,9±0,1 6,7±0,2 7,0±0,0 6,5±0,2 Perbedaan signifikan placebo: *P<0,05, **P<0,01 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 39

Karangan Asli 4. Kadar plasma laktat Kadar plasma laktat meningkat secara progresif hingga akhir latihan dibandingkan dengan sebelum latihan dijalankan (P <0,001, lihat Gambar 5). Walaupun kelihatannya kadar plasma laktat untuk minuman lebih tinggi dibandingkan dengan dan P, tetapi secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dan placebo pada setiap naracoba sebanyak 3 ml/kg/bb dengan masa interval 20 menit, hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dijalankan oleh Davis et al. dan Yaspelkis et al. 8,9 Plasma Lactat (mmol/l) 4 3 2 1 Kadar plasma laktat 7 HLAC 6 MLAC 5 PLAC 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 5: Perubahan plasma laktat HLAC: minuman karbohidrat berelektrolit 12% MLAC: minuman karbohidrat berelektrolit 6% P: minuman tanpa karbohidrat Waktu: 0:istirhat, 1:pemanasan, 2: menit 20, 3: menit 40, 4:menit 60, 6,7,8:akhir latihan (masa lelah) Volume dan konsentrasi minuman yang diberikan dapat berpengaruh pada penggosongan lambung bagi naracoba yang dipuasakan dalam penelitian ini pemberian minuman dengan volume 3 ml/kg/bb setiap 20 menit bagi ketiga jenis minuman yang diberikan tidak menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan baik muntah maupun perasaan tidak enak pada lambung seperti yang ditentukan dengan menggunakan skala Borg 10, lihat Tabel 3. Simpanan glikogen dalam otot yang terbatas, yang akan kehabisan semasa latihan berkepanjangan, kekurangan ini mengakibatkan terjadinya kelelahan. Oleh karena itu, dengan pemberian suplemen minuman karbohidrat dapat meningkatkan performa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minuman karbohidrat berelektrolit terjadi perbedaan signifikan waktu lelah bagi minuman lebih panjang dibandingkan dengan placebo (P<0,05; 11%), begitu juga dengan pemberian minuman waktunya lebih panjang dibandingkan dengan placebo (22%) dan bila dibandingkan dengan minuman (12%). Pada umumnya diketahui bahwa glukosa banyak disimpan di dalam otot dan hepar dalam bentuk glikogen. Semasa latihan, glikogen otot banyak digunakan. Apabila glikogen otot menurun maka hepar akan mengeluarkan glukosa untuk glikogen otot. Pengurangan sumber glikogen tersebut semasa latihan menyebabkan kelelahan. Dengan pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dapat membantu penghematan glikogen otot, agar glikogen otot tetap stabil sehingga kelelahan dapat diperlambat. Dengan perkataan lain tentunya dapat meningkatkan performa seseorang. Intensitas pengambilan VO 2 adalah sama bagi ketiga jenis minuman, peningkatan jelas dibandingkan dengan sebelum dan semasa latihan, hal ini terjadi karena adanya penambahan permintaan dan penggunaan oksigen semasa latihan (Gambar 1). Suhu tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan 11,12. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan suhu tubuh dan pengeluaran keringat yang berlebihan sehinggga kelelahan dapat dipengaruhinya dan dengan pemberian minuman karbohidrat berelektrolit tentunya akan diperlambat masa kelelahannya dan tampaknya berbeda dengan naracoba yang diberi minuman placebo. Perubahan konsentrasi plasma laktat pada akhir latihan (masa lelah) tidak ada perbedaan bagi ketiga jenis minuman yang diberikan (: 5,4±0,6 mmol/l; : 4,9±0,4 mmol/l; P: 4,8±0,4 mmol/l), akan tetapi menunjukkan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan antara sebelum dan semasa latihan. Peningkatan plasma laktat semasa latihan akibat dari aliran darah yang tidak mencukupi atau kekurangan bekalan oksigen pada otot-otot yang aktif sehingga terjadi hipoksia setempat. Peningkatan ini tergantung pengeluaran tenaga secara anaerobik oleh serat otot yang membebaskan laktat ke darah. KESIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian minuman baik mengandung karbohidrat berelektrolit dan tidak menghasilkan respons sensori dan fisologis yang sama terhadap regulasi suhu, denyut jantung, pengambilan oksigen, dan pengeluaran keringat yang sama semasa latihan dengan intensitas moderat yang ditetapkan. Dalam penelitian ini memperlihatkan adanya perlambatan masa kelelahan pada 40 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006

Gusbakti Rusip Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dibandingkan dengan tanpa karbohidrat (placebo). DAFTAR PUSTAKA 1. Sigh R. Makanan dan cecair untuk mengoptimumkan prestasi. Bulletin persatuan sains sukan kelantan, 1995; 1 (4): 3-4. 2. Christensen EH, Hansen O. Arbeitsfahigkeit undernahrung. Scand Arch Physiol, 1939; 81: 160-71. 3. Bergström JL, E Hultman. A study of glycogen metabolism during exercise in man. Scand. J. Clin. Lab. Invest. 1969. 19: 218-223. 4. Costill DL, Fink WJ. Plasma volume changes following exercise and thermal dehydration. J Appl Physiol, 1974; 521-25. 5. Maughan RJ, Noakes TD. Fluid replacement and exercise stress: A brief review of studies on fluid replacement and some guidelines for athlete. Sport Med, 1991; 12 (1): 13-31. 6. Fink WJ, Costill DL, Van Handel PJ. Leg muscle metabolism during exercise in the heat and cold. Eur J Appl Physiol, 1975; 34 (3): 183-90. 7. Coggan AR, Coyle EF. Reversal of fatigue during prolonged exercise by carbohydrate infusion or ingestion. J Appl Physiol, 1987; 63 (6): 2388-95. 8. Davis JM, Burgess WA, Slentz WA, Bartoli WP, Pate RR. Effects of ingestion 6% and 12% glucose-electrolyte beverages during prolonged intermittent cycling in the heat. Eur J Appl Physiol, 1988; 57 (5): 563-569. 9. Yaspelkis III BB, Ivy JL. Effects of carbohydrate supplement and water on exercise metabolism in the heat. J Appl Physiol, 1991; 71 (2): 680-687. 10. Borg G. Simple rating methode for estimation of perceived exercise. In: Physical work and effort. (Borg G, ed) NY Pergamon, 1975; pp 39-46. 11. Flynn MG, Costill DL, Hawley JA, Fink WJ, Neufer PD, Fielding RA, Sleeper MD. Influence of selected carbohydrate drinks on cycling performance and glycogen use. Med Sci Sports Exerc, 1987; 19 (1): 37-40. 12. Yaspelkis III BB, Scroop GC, Cadaratte BS, Pandoff KB. Skeletal muscle metabolism during exercise is influenced by heat acclimation. J Appl Physiol, 1993; 59 (6): 1929-35. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 41