Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat Berelektrolit Dapat Memperlambat Kelelahan Selama Berolahraga Gusbakti Rusip Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman karbohidrat berelektrolit yang dapat memperlambat terjadi kelelahan. Dalam penelitian dilibatkan 10 naracoba lai-laki berumur 18-30 tahun, dengan mengayuh sepeda ergometer diberi beban VO 2max rerata 63,5±3,3% pada kecepatan 60 rpm sampai terjadi kelelahan. Setiap naracoba diberi minuman karbohidrat berelktrolit berkonsentrasi 12%, 6% dan placebo (nonkarbohidrat) diberikan secara acak dengan volume 3 ml/kg/bb setiap 20 menit. Selanjutnya sampel darah diambil sebelum dan semasa latihan setiap 20 menit sampai lelah digunakan untuk pemeriksaan plasma laktat. Dari hasil penelitian ini didapati suatu perbedaan yang signifikan (P<0,001), di mana waktu latihan lebih panjang bagi naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit (84,7±6,9 menit) dibandingkan dengan naracoba diberi minuman placebo (non karbohidrat) waktunya adalah 66,2±2,2 menit. Pada pemeriksaan laktat bila dibandingkan sebelum dan semasa latihan menunjukkan peningkatan kadarnya sangat signifikan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit selama menjalankan latihan dengan mengayuh sepeda jelas terjadinya perlambatan proses kelelahan serta dapat meningkatkan penampilan fisik yang prima. Kata kunci: Suplemen minuman karbohidrat berelektrolit, kelelahan dan plasma laktat Abstract: The purpose of this study was determine effects of ingestion carbohydrate-electrolyte beverage drink to improve exercise performance. Ten male subjects (age 18-30 years) were subjected to cycle ergometer at 63,5±3,3% of maximal O 2 consumption (VO2max) with an ergometer at 63,5±3,3% of maximal O 2 consumption (VO 2max ) with a pedal speed of 60 rpm until they became fatigued. They were given a drink of carbohydrate-electrolyte at a concentration of 6%, 12%, and a flavored water placebo (WP) to consume at a volume of 3 ml/kg every 20 minutes. Blood samples were taken at rest and during exercise at every 10 minutes for analyzing plasma lactate. Mean exercise time until the on set of fatigue in subjects was found to be significantly longer (P<0.001) following the ingestion of carbohydrate-electrolyte beverage (84.7±6.9 min) compared with WP (66.2±2.2 min). However, plasma lactate was not significantly for three beverages, but significantly compare before and after exercise. Results indicate that carbohydrate-electrolyte supplementation during prolonged cycling improves physical performance, can delay fatigue. Keywords: physical performance, supplementation carbohydrate-electrolyte, fatigue and plasma lactate PENDAHULUAN Minuman olahraga buat komsumsi atlet bukanlah masalah baru. Minuman yang tepat untuk atlet yang sudah diperkenalkan sejak tahun 1970-an, diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai kandungan elektrolit dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai pengganti dari keringat yang keluar semasa aktivitas olahraga. Seseorang melakukan olahraga jelas akan mengalami pengeluaran keringat dan pengaruhnya berakibat dehidrasi dari tubuh. Biasanya menimbulkan perasaan tidak enak dan dapat menurunkan performa seseorang. Pemberian suplemen minuman karbohidrat berelektrolit selama olahraga dapat membantu meningkatkan performa, melepaskan dahaga, dan juga mempercepat rehidrasi serta pengisian kembali bahan bakar (energi) bagi tubuh. Penambahan suplemen ini tidak mencegah kelelahan akan tetapi memperlambat terjadinya kelelahan. Kelelahan terjadi biasanya oleh karena kadar glikogen otot yang menurun semasa berolahraga dengan intensitas yang moderat sedangkan olahraga dengan intensitas rendah penggunaan glikogen otot sedikit. Oleh karena itu penghematan glikogen otot tidak diperlukan. Pada tahun 1939, Christensen dan Hansen merupakan peneliti pertama yang menunjukkan adanya hubungan antara menu makanan yang berkarbohidrat tinggi dengan performa seseorang melakukan aktivitas fisik. 2 Tiga puluh Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 35
Karangan Asli tahun kemudian Bergstrom dan Hultman (1966), melakukan teknik biopsi otot untuk mendapati cadangan glikogen otot yang meningkat dengan pemberian makanan berkarbohidrat tinggi. 3 Perlu diperhatikan bahwa pemberian suplemen karbohidrat semasa berolahraga disebabkan oleh karena keterbatasan cadangan karbohidrat yang merupakan faktor utama kelelahan bagi olahraga berkepanjangan. Akan tetapi, Costill dan Fink (1974) menunjukkan bahwa glikogen otot bukan merupakan faktor utama yang menyebabkan kelelahan 4, di samping itu ada faktor lain yaitu dehidrasi dan peningkatan suhu tubuh yang mungkin dapat menimbulkan kelelahan bagi olahraga berkepanjangan. 5 Telah diketahui bahwa kelelahan semasa berolahraga berkepanjangan dapat diperlambat, dengan demikian kapasitas ketahanan dapat ditingkatkan dengan penambahan cadangan karbohidrat sebelum berolahraga. Di mana olahraga dalam cuaca panas dapat mempercepat kelelahan, hal ini karena meningkatnya ketergantungan akan karbohidrat sebagai substrak. 6 Dengan perkataan lain, pemberian minuman karbohidrat berelektrolit selama olahraga berkepanjangan dapat mengembalikan kekurangan cadangan karbohidrat dalam tubuh sehingga kelelahan dapat diperlambat. 7 Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dapat memperlambat kelelahan selama berolahraga. BAHAN DAN CARA Naracoba Sepuluh naracoba laki-laki sehat telah mengambil bagian dalam penelitian ini. Peralatan: Sepeda ergometer (Lode NVL-77) Sensor Medic 2900 Yellow springs instrument model 2900 Sport tested PE 3000, Polar Finland Termometer elektronik (Libra Medical ET 3000) Protokol penelitian Sebelum penelitian dilakukan naracoba berpuasa 10-12 jam. Kateter infus dimasukkan ke vena lengan bawah bagian dorsal dan tetap dipertahankan dengan heparin saline (10 unit/ml), darah diambil sebelum, selama, dan akhir percobaan sebanyak 5 ml setiap 20 menit sampai terjadi kelelahan. Ke dalam rektal dipasang elektroda suhu, dimasukkan sedalam 10 sentimeter dari otot spinchter ani eksterna. Selanjutnya suhu kulit juga diukur dengan meletakkan elektroda suhu pada beberapa tempat kemudian direkam dengan termometer elektronik. Untuk pemantauan denyut jantung dipasang pengukur denyut jantung di permukaan dada. Pengukuran volume oksigen dilakukan pemasangan corong mulut untuk mengambil VO 2max semasa istirahat, pemanasan, selama latihan, dan akhir dari latihan (masa lelah) serta masa pemulihan. Sebelum pemanasan dan, naracoba diberi minuman 3 ml/kg berat badan. Latihan pemanasan 5 menit pada VO 2max 50%, sesudah pemanasan beban kerja ditingkatkan dengan VO 2max 60% sampai terjadi kelelahan. Protokol penelitian pemberian minuman 3 ml/kg berat badan Rest VO2max 50% VO2max 60% pemanasan waktu - 5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 akhir (menit) pengambilan sampel darah 36 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006
Gusbakti Rusip Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat Cara penelitian: Setiap naracoba mengayuh sepeda ergometer dalam tiga waktu yang berbeda dengan jarak 2-3 minggu. Setiap naracoba dibagi tiga kali percobaan, di mana sepuluh naracoba diberi minuman salah satu jenis minuman dari karbohidrat berelektrolit (MC), 12% (HC) dan plasebo tanpa karbohidrat (P), diberikan secara double blind dengan rasa dan warna yang sama sebanyak 3 ml/kg berat badan setiap 20 menit sampai terjadi kelelahan. Sewaktu percobaan dijalankan, naracoba mengayuh sepeda ergometer pada beban kerja VO 2max 60% dengan kecepatan dipertahankan pada 60 rpm sampai kelelahan yaitu apabila naracoba tidak dapat mempertahankan kecepatan antara 30-60 rpm. Setiap naracoba yang mengambil bagian dalam penelitian ini dianjurkan tidak melakukan kegiatan olahraga berat selama tiga hari sebelum percobaan dilakukan. Untuk memastikan tahap kebugaran yang sama semasa percobaan, naracoba dianjurkan untuk mempertahankan latihan antara waktu 2-3 minggu sebelum percobaan berikutnya. Analisa Biokimia Darah Setiap sampel darah vena (5 ml) yang diambil dimasukkan ke dalam tabung yang berisi antikoagulan natrium flourida, tabung tersebut kemudian disentrifuge selama 5 menit pada 6000 rpm, plasma yang diperoleh disimpan pada suhu - 200C. Untuk pemeriksaan plasma laktat dianalisa dengan analisis laktat (yellow springs instrument model 2900). Tabel 1. Data naracoba Analisa statistik Perubahan plasma laktat dan lamanya waktu latihan mengayuh sepeda sampai terjadi kelelahan terhadap ketiga jenis minuman dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan test-t. Uji statistik dijalankan dengan menggunakan program SPSS. Pada tahap probabilitas kurang dari 0.05 (p<0.05) dianggap mempunyai perbedaan yang signifikan secara statistik. Data yang diperoleh dalam bentuk rata-rata ± SE. HASIL PENELITIAN Data karakteristik naracoba dapat lihat pada Tabel 1 sedangkan karakteristik minuman karbohidrat berelektrolit dapat dilihat pada Tabel 2. 1. Pengambilan Oksigen dan RER (respiratory exchange ratio) Peningkatan pengambilan O 2 bagi ketiga jenis minuman dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan penggunaan oksigen selama aktivitas latihan berkepanjangan dan juga oleh karena meningkatkan kebutuhan oksigen dengan adanya peningkatan intensitas latihan. Akan tetapi, konsentrasi penggambilan oksigen tidak didapati perbedaan yang signifikan terhadap ketiga jenis minuman. Rerata VO 2 bagi adalah 31.1± 1.8 ml/kg/men, bagi adalah 30,9±1,5 ml/kg/men dan P adalah 30,6±1,7 ml/kg/men. Peningkatan yang tampak dari VO 2 30,9±1,5 ml/kg/men (64,0± 1,2% dari VO 2max ) terlihat sesudah menit kesepuluh semasa latihan. RER relatif stabil berkisar 1.06-1,05 pada menit ke 20 semasa latihan dan kelihatan mulai menurun menit ke 20 1.02± 0.01 pada masa kelelahan dan tidak menunjukan perbedaan signifikan bagi ketiga jenis minuman. No Parameter Nilai rata-rata (SE) 1 Umur 24.6± 0.3 tahun 2 Berat badan 60.7± 2.3 kg 3 Tinggi badan 166.3 ± 0.5 cm 4 Vital kapasiti 4.0 ± 0.0 liter 5 VO2max 44.6 ± 0.5 ml.kg -1.men -1 6 Denyut jantung maksimum 173.6 ± 1.1 denyut.men -1 Tabel 2. Komposisi minuman karbohidrat berelektrolit yang diberikan Komposisi Unit P Osmolality mosm.l 684.0±1.1 325.0±1.1 38.0±1.3 Glucose g.l -1 71.6±2.2 20.5±1.4 0.0 Sucrose g.l -1 45.7±1.2 39.1±0.9 0.0 Natrium mmol.l -1 3.4±0.0 21.1±0.0 3.4±0.1 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 37
Karangan Asli Kalium mmol.l -1 3.9±0.4 3.5±0.1 0.0 Klorida mg. l -1 28.1±0.4 39.1±1.9 0.0 Kalsium mg. l -1 3.7±0.0 28.1±1.9 23.2±0.6 Catatan: : minuman karbohidrat berelektrolit 12% : minuman karbohidrat berelektrolit 6% P : minuman placebo tanpa karbohidrat 2. Waktu latihan sampai terjadi kelelahan Dalam penelitian ini kesepuluh naracoba diberi latihan dengan mengayuh sepeda ergometer pada beban kerja VO 2max 60% dengan kecepatan dipertahankan pada 60 rpm sampai lelah, dengan dan tanpa diberi minuman karbohidrat berelektrolit. Rerata waktu latihan sampai lelah naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit lebih lama dibandingkan dengan naracoba yang diberi minuman placebo (tanpa karbohidrat), waktunya 84,7±6,9 berbanding dengan 66,2±2,2 dan hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< 0,001). Kesemua naracoba menunjukkan peningkatan performa yang jelas dari menit ke- 20 sampai ke-70 bagi naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit. Perubahan pengambilan oksigen Volume oksigen (ml/kg/men) 40 30 20 10 0 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 P Gambar 1: Perubahan volume O2 : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: Rest:istirahat, WP:pemanasan, End: akhir latihan (masa lelah) 3. Tanggapan yang dirasa naracoba (perceived exertion) dan denyut jantung Perceived exertion dengan menggunakan skala Borg. Skala ini menilai tahap kelelahan dan bila seseorang merasa lelah akan menunjukan nilainya tinggi. Skala ini meningkat secara perlahan-lahan pada jam pertama selama latihan baik naracoba diberi minuman karbohidrat berelektrolit maupun placebo. Peningkatan yang jelas setelah jam berikutnya, kelihatan peningkatan yang cepat bagi naracoba yang diberi minuman placebo dan meningkat secara signifikan (P < 0,05), dilaporkan pada menit ke-75 semasa latihan nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan naracoba yang diberi minuman karbohidrat berelektrolit (lihat Tabel 3). Rerata denyut jantung mulai meningkat dengan cepat setelah menit ke-20 semasa latihan bagi ketiga jenis minuman yang diberikan. Bila dibandingkan sebelum dengan semasa latihan menunjukkan peningkatan yang signifikan (P<0,05), lihat Gambar 2. denyut jantung (denyut/men) 200 175 150 125 100 Denyut jantung 75 50 25 WP 0 0 2 4 6 8 10 12 Gambar 2: Perubahan denyut jantung selama latihan : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: 0:istirahat, 2:pemanasan, 4: menit 40, 6: menit 60, 8,10,12:akhir latihan (masa lelah) 4. Pengukuran suhu tubuh Suhu tubuh menujukkan peningkatan yang jelas semasa latihan dibandingkan dengan sebelum latihan, bagi naracoba diberi minuman dari 36,9 0 C meningkat menjadi 39,4 0 C pada akhir latihan (masa lelah). Naracoba diberi minuman dari 37,1 0 C meningkat menjadi 39,3 0 C pada akhir latihan (masa lelah). Selanjutnya naracoba yang diberi minuman placebo dari 37,1 0 C meningkat menjadi 39,4 0 C 38 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006
Gusbakti Rusip Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat pada akhir latihan (masa lelah), lihat Gambar 3 dan 4. 3, 4, 5: akhir latihan (masa lelah) Perubahan suhu rektal Perubahan suhu kulit 39 36 38 35 Suhu ( o C) 37 36 P Suhu ( o C) 34 33 P 35 34 0 1 2 3 4 5 Gambar 3: Perubahan suhu rectal selama latihan : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: 0: istirahat, 1: menit 40, 2: menit 60, 32 0 1 2 3 4 5 Gambar 4: Perubahan suhu kulit selama latihan : minuman karbohidrat berelektrolit 6% Waktu: 0: istirahat, 1: menit 40, 2: menit 60, 3, 4, 5: akhir latihan (masa lelah) Tabel 3: Tanggapan yang dirasa naracoba (perceived exertion) Jenis Minuman 20 40 60 Akhir Perasaan dalam tubuh MC 8,2±0,2 10,1±0,4 13,6±0,6 16,1±0,4* HC 8,5±0,2 10,4±0,5 12,1±0,5 15,8±0,3** P 8,7±0,2 12,3±0,3 13,5±0,2 17,1±0,2* Perasaan haus ( 1:tidak haus; 5:sangat haus) MC 1,1±0,1 1,2±0,1 1,3±0,2 1,2±0,1 HC 1,0±0,0 1,2±0,1 1,3±0,2 1,5±0,2 P 1,8±0,3 1,2±0,1 1,08±0,0 1,2±0,1 Rasa mual ( 1:tidak mual; 5:sangat mual) MC 1,1±0,1 1,2±0,1 1,3±0,2 1,4±0,3 HC 1,0±0,0 1,2±0,1 1,3±0,2 1,3±0,2 P 1,8±0,3 1,2±0,1 1,08±0,0 1,1±0,1 Perasaan kembung pada lambung ( 1:tidak kembung;5:sangat kembung) MC 1,0±0,0 1,2±0,1 1,0±0,0 1,2±0,1 HC 1,0±0,0 1,3±0,1 1,3±0,2 1,5±0,2 P 1,0±0,0 1,0±0,0 1,0±0,0 1,1±0,3 Perasaan penerimaan seluruh minuman ( 1:tidak menerima;5:sangat suka) MC 6,6±0,2 6,7±0,2 7,0±0,0 6,6±0,1 HC 6,8±0,2 6,8±0,2 6,7±0,2 6,0±0,1 P 6,9±0,1 6,7±0,2 7,0±0,0 6,5±0,2 Perbedaan signifikan placebo: *P<0,05, **P<0,01 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 39
Karangan Asli 4. Kadar plasma laktat Kadar plasma laktat meningkat secara progresif hingga akhir latihan dibandingkan dengan sebelum latihan dijalankan (P <0,001, lihat Gambar 5). Walaupun kelihatannya kadar plasma laktat untuk minuman lebih tinggi dibandingkan dengan dan P, tetapi secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dan placebo pada setiap naracoba sebanyak 3 ml/kg/bb dengan masa interval 20 menit, hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dijalankan oleh Davis et al. dan Yaspelkis et al. 8,9 Plasma Lactat (mmol/l) 4 3 2 1 Kadar plasma laktat 7 HLAC 6 MLAC 5 PLAC 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 5: Perubahan plasma laktat HLAC: minuman karbohidrat berelektrolit 12% MLAC: minuman karbohidrat berelektrolit 6% P: minuman tanpa karbohidrat Waktu: 0:istirhat, 1:pemanasan, 2: menit 20, 3: menit 40, 4:menit 60, 6,7,8:akhir latihan (masa lelah) Volume dan konsentrasi minuman yang diberikan dapat berpengaruh pada penggosongan lambung bagi naracoba yang dipuasakan dalam penelitian ini pemberian minuman dengan volume 3 ml/kg/bb setiap 20 menit bagi ketiga jenis minuman yang diberikan tidak menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan baik muntah maupun perasaan tidak enak pada lambung seperti yang ditentukan dengan menggunakan skala Borg 10, lihat Tabel 3. Simpanan glikogen dalam otot yang terbatas, yang akan kehabisan semasa latihan berkepanjangan, kekurangan ini mengakibatkan terjadinya kelelahan. Oleh karena itu, dengan pemberian suplemen minuman karbohidrat dapat meningkatkan performa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minuman karbohidrat berelektrolit terjadi perbedaan signifikan waktu lelah bagi minuman lebih panjang dibandingkan dengan placebo (P<0,05; 11%), begitu juga dengan pemberian minuman waktunya lebih panjang dibandingkan dengan placebo (22%) dan bila dibandingkan dengan minuman (12%). Pada umumnya diketahui bahwa glukosa banyak disimpan di dalam otot dan hepar dalam bentuk glikogen. Semasa latihan, glikogen otot banyak digunakan. Apabila glikogen otot menurun maka hepar akan mengeluarkan glukosa untuk glikogen otot. Pengurangan sumber glikogen tersebut semasa latihan menyebabkan kelelahan. Dengan pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dapat membantu penghematan glikogen otot, agar glikogen otot tetap stabil sehingga kelelahan dapat diperlambat. Dengan perkataan lain tentunya dapat meningkatkan performa seseorang. Intensitas pengambilan VO 2 adalah sama bagi ketiga jenis minuman, peningkatan jelas dibandingkan dengan sebelum dan semasa latihan, hal ini terjadi karena adanya penambahan permintaan dan penggunaan oksigen semasa latihan (Gambar 1). Suhu tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan 11,12. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan suhu tubuh dan pengeluaran keringat yang berlebihan sehinggga kelelahan dapat dipengaruhinya dan dengan pemberian minuman karbohidrat berelektrolit tentunya akan diperlambat masa kelelahannya dan tampaknya berbeda dengan naracoba yang diberi minuman placebo. Perubahan konsentrasi plasma laktat pada akhir latihan (masa lelah) tidak ada perbedaan bagi ketiga jenis minuman yang diberikan (: 5,4±0,6 mmol/l; : 4,9±0,4 mmol/l; P: 4,8±0,4 mmol/l), akan tetapi menunjukkan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan antara sebelum dan semasa latihan. Peningkatan plasma laktat semasa latihan akibat dari aliran darah yang tidak mencukupi atau kekurangan bekalan oksigen pada otot-otot yang aktif sehingga terjadi hipoksia setempat. Peningkatan ini tergantung pengeluaran tenaga secara anaerobik oleh serat otot yang membebaskan laktat ke darah. KESIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian minuman baik mengandung karbohidrat berelektrolit dan tidak menghasilkan respons sensori dan fisologis yang sama terhadap regulasi suhu, denyut jantung, pengambilan oksigen, dan pengeluaran keringat yang sama semasa latihan dengan intensitas moderat yang ditetapkan. Dalam penelitian ini memperlihatkan adanya perlambatan masa kelelahan pada 40 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006
Gusbakti Rusip Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dibandingkan dengan tanpa karbohidrat (placebo). DAFTAR PUSTAKA 1. Sigh R. Makanan dan cecair untuk mengoptimumkan prestasi. Bulletin persatuan sains sukan kelantan, 1995; 1 (4): 3-4. 2. Christensen EH, Hansen O. Arbeitsfahigkeit undernahrung. Scand Arch Physiol, 1939; 81: 160-71. 3. Bergström JL, E Hultman. A study of glycogen metabolism during exercise in man. Scand. J. Clin. Lab. Invest. 1969. 19: 218-223. 4. Costill DL, Fink WJ. Plasma volume changes following exercise and thermal dehydration. J Appl Physiol, 1974; 521-25. 5. Maughan RJ, Noakes TD. Fluid replacement and exercise stress: A brief review of studies on fluid replacement and some guidelines for athlete. Sport Med, 1991; 12 (1): 13-31. 6. Fink WJ, Costill DL, Van Handel PJ. Leg muscle metabolism during exercise in the heat and cold. Eur J Appl Physiol, 1975; 34 (3): 183-90. 7. Coggan AR, Coyle EF. Reversal of fatigue during prolonged exercise by carbohydrate infusion or ingestion. J Appl Physiol, 1987; 63 (6): 2388-95. 8. Davis JM, Burgess WA, Slentz WA, Bartoli WP, Pate RR. Effects of ingestion 6% and 12% glucose-electrolyte beverages during prolonged intermittent cycling in the heat. Eur J Appl Physiol, 1988; 57 (5): 563-569. 9. Yaspelkis III BB, Ivy JL. Effects of carbohydrate supplement and water on exercise metabolism in the heat. J Appl Physiol, 1991; 71 (2): 680-687. 10. Borg G. Simple rating methode for estimation of perceived exercise. In: Physical work and effort. (Borg G, ed) NY Pergamon, 1975; pp 39-46. 11. Flynn MG, Costill DL, Hawley JA, Fink WJ, Neufer PD, Fielding RA, Sleeper MD. Influence of selected carbohydrate drinks on cycling performance and glycogen use. Med Sci Sports Exerc, 1987; 19 (1): 37-40. 12. Yaspelkis III BB, Scroop GC, Cadaratte BS, Pandoff KB. Skeletal muscle metabolism during exercise is influenced by heat acclimation. J Appl Physiol, 1993; 59 (6): 1929-35. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 1 Maret 2006 41