BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. pesantren. Dalam sistem ini, sekelompok murid ( antara 5 sampai dengan

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap dirinya, bangsa dan agama. 1. mandiri dalam menjalani kehidupan yang dialaminya.

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

PONDOK PESANTREN DALAM UNCERTAINTY SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia dapat dibedakan dengan makhluk-makhluk lainnya yang

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara mempelajari cara-cara menulis Arab pegon. Arab pegon tentu

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut G.R. Terry

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, kehadiran suatu media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah mahluk yang mampu mengembangkan diri. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

STUDI PERBANDINGAN TENTANG EFEKTIFITAS METODE MENGAJAR WETONAN DAN SOROGAN DALAM PENELAAHAN PELAJARAN FIQIH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Di dalamnya termuat ajaran hukum, akidah, etika,

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

Idiologi Pendidikan, Pustaka Rizki Putra, Semarang, Cet Pertama. 2007, hal. 11.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. kota santri yang lain seperti kota Jombang dan juga kota Lamongan. Setiap tahunnya,

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. demikian, persaingan harus diikuti dengan standar-standar yang telah ditetapkan

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf.

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat, eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah bahwa: Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan. Dalam mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukan daya tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai zaman dengan beragam masalah yang dihadapinya. Di dalam sejarahnya itu pula, pesantren telah menyumbangkan sesuatu yang tidak kecil bagi Islam di negeri ini. 1 Eksistensi pesantren di zaman sekarang banyak sekali mengalami kemunduran baik dalam segi kuantitas santri maupun dari kajian ilmu pengetahuan keagamaan yang dikaji. Bahkan banyak ditemukan dari beberapa pesantren kurikulumnya mengikuti lembaga pendidikan umum, karena dari santri pesantren tersebut mayoritas merangkap pendidikan umum sebagai siswa, dan menjadikan pesantren sebagai ekstrakurikuler dalam menggali ilmu agama. Menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya Pendidikan Islam menyebutkan bahwa: Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Menurut catatan sejarah, masuknya Islam ke Indonesia dengan damai, berbeda dengan daerah-daerah lain, kedatangan Islam dilalui lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi 1 Abd A la, Pembaruan Pesantren. (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), hal. 15 1

2 dan beberapa daerah lainnya. Peranan para pedagang dan mubaligh sangat besar sekali andilnya dalam proses islamisasi. 2 Sedangkan menurut Hasbullah dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia menyatakan: Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pesantren dari sudut historis cultural dapat dikatakan sebagai training center yang otomatis menjadi cultural center Islam yang diusahakan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri yang secara de facto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah. 3 Seperti halnya pada zaman kemerdekaan pesantren dan kyai memegang peranan penting dalam politik pasca kemerdekaan. Beliau dipercaya ikut andil dalam mengatur roda pemerintahan dengan membuat peraturan perundang-undangan dan sebagainya. Sebelum adanya pendidikan formal, pesantren merupakan pendidikan yang diminati oleh kaum pribumi dan merupakan pendidikan yang mayoritas di kala itu. Menurut Nurhayati Djamas dalam bukunya Dinamika Pendidikan Islam menyebutkan bahwa: Dalam lembaga pendidikan pondok pesantren terjadi interaksi antara kyai dan ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid atau halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas kitab-kitab keagamaan Islam klasik. Kitab itu lebih dikenal dengan sebutan kitab kuning, karena dimasa lalu kitab-kitab itu pada umumnya ditulis atau dicetak diatas kertas berwarna kuning. Kitab-kitab itu ditulis oleh Ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti fiqh, hadits, tafsir, maupun tentang akhlak. 4 2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 3 3 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 40 4 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009), hal. 35

3 Sedangkan menurut Fauzan Suwito dalam bukunya perkembangan Islam di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 Hingga Abad 20 menyebutkan bahwa: Selain istilah kitab kuning untuk merujuk literatur keislaman di kalangan pesantren, sering pula digunakan istilah kitab klasik atau sebutan kitab gundul karena tidak memiliki tanda harakat dalam penulisan huruf Arab. Karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya, sekarang tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning dengan kitab kuno. 5 Direferensi lain Nurhayati Djamas menyebutkan: Kitab kuning merupakan khazanah intelektual Islam yang mengandung pemikiran dan pandangan keislaman yang ditafsirkan dan ditulis oleh para ulama. Sebagai karya intelektual keislaman, referensi utama kandungan materi kitab kuning tentu bersumber dari Al-Qur an, kemudian diikuti oleh Hadits Rasul. Kedua sumber rujukan itu belum cukup untuk melahirkan pemikiran keislaman yang dituangkan dalam karya-karya ulama yang ditulis dalam literatur keislaman, yaitu kitab kuning. Karena kandungan kitab kuning pada umumnya merupakan penafsiran terhadap pesan-pesan yang terdapat dalam Al-Qur an dan Hadits Rasul. Dengan demikian, sumber rujukan berikutnya dari pemikiran yang ditulis dalam kitab kuning merupakan hasil ijtihad dari para ulama. 6 Kitab kuning yang dikarang oleh para ulama tersebut mengalami beberapa perkembangan. Dari sumber Al-Qur an dan Hadits yang masih global pembahasannya dan terdapat beranekaragam hukum, oleh ulama di kategorikan berdasarkan pembahasan tertentu seperti halnya penggolongan tentang kitab ubudiyah, kitab akhlak, kitab tauhid, dll. Menjadi kitab yang siap saji dan sudah di beri hukum oleh para mujtahid berdasarkan dalil dari Al-Qur an dan Hadits. 5 Fauzan Suwito, Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga Abad 20 M. (Bandung: Percetakan Angkasa, 2004), hal. 206 6 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan, hal. 37

4 Seperti firman Allah Swt dalam surat Al-A raaf ayat 52 : Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al- Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. 7 Di dalam surat di atas dijelaskan bahwa, Allah Swt telah menurunkan sebuah kitab kepada penduduk Mekah yakni Al-Qur an yang diterangkan melalui berita-berita-nya, janji-janji-nya dan ancaman-ancaman-nya, yakni mengetahui apa yang terincikan di dalamnya sehingga menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman. Menurut Bahri Ghazali dalam bukunya Pesantren Berwawasan Lingkungan menyebutkan bahwa: Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam yang mempunyai ciri-ciri yang spesifik dan pada umumnya bersifat tradisional. Pada awal perkembangannya pondok pesantren telah mengalami bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama adanya dampak ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk masyarakat. 8 Seperti halnya pondok pesantren modern yang merupakan evolusi dari pondok pesantren salafiyah. Dalam kurikulumnya, selain mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu alat yang digunakan bermasyarakat, 7 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya. (Jakarta: Pustaka Al- Hanan, 2009), hal. 157 8 M. Bahri Ghazali, MA, Pesantren Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: CV.Prasasti, 2003), hal. 13-14

5 mereka juga masih mengkaji ilmu ulama salaf yang terdapat dalam kitab kuning. Menurut Zamakhsyari Dhofir dalam bukunya Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai menyebutkan bahwa: Buktinya pengajaran kitab kuning tetap diberikan sebagai upaya pada masa lalu, kegiatan pembelajaran dan pengajaran kitab kuning merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Kegiatan pembelajaran tersebut ada yang memakai dengan sistem klasikal dan non klasikal. Kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan utamanya dikelompokkan berdasarkan pertimbangan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mempelajarinya dalam tiga tingkatan: "kitab kecil" atau kitab dasar, kitab "sedang" atau kitab tingkat menengah, kitab "besar" atau kitab tingkat tinggi. Sedangkan kegiatan pembelajaran di masa sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam meneruskan tujuan utama pesantren, yaitu untuk mendidik dan mencetak calon-calon ulama. 9 Pengajian kitab kuning merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan pesantren, karena kitab kuning adalah bagian atau elemen-elemen dalam memberikan ilmu-ilmu keislaman dalam pondok pesantren. Namun dalam pengajian kitab kuning permasalahan yang sering dijumpai adalah bagaimana di dalam penyampaian materi kepada santri secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Secara singkat pengertian dari metode pengajaran menurut M. Basyiruddin Usman dalam bukunya Metodologi Pembelajaran Agama Islam menyebutkan Bahwa: Metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar tersebut 9 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. (Jakarta: LP3ES, 1984), hal. 50

6 turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian integral dalam suatu sistem pengajaran. 10 Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan program pengajaran di pesantren. Karena tanpa adanya metode, sistem pembelajaran yang baik maka kegiatan pembelajaran di pesantren pun tidak akan berhasil. Untuk itulah maka sistem pembelajaran di pesantren harus dipilih cara yang terbaik dan cocok untuk santri. Hal ini disebabkan banyak santri yang prestasinya buruk disebabkan karena metode yang digunakan kurang begitu baik. Menurut Muhammad Al-Hadi meyebutkan bahwa: Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan oleh seorang guru/ustadz. Metode-metode itu biasa digunakan di lingkungan sekolah, madrasah maupun pesantren. Dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan pesantren, sebagian besar metode yang digunakan masih menggunakan cara lama atau tradisional, terutama di lingkungan pesantren salafiyah. Metode tradisional masih menjadi metode unggulan yang digunakan oleh para ustadz untuk memberikan pengajaran kepada santrinya. Metode tradisional yang dimaksud dan masih digunakan salah satunya adalah metode sorogan. Metode sorogan merupakan metode andalan dan hingga saat sekarang ini masih dipertahankan oleh lingkungan pesantren untuk menyampaikan materi yang digunakan ustadz kepada santrinya. Metode sorogan merupakan salah satu metode tradisional dalam pelajaran literatur yang masih diterapkan saat ini di pondok pesantren. 11 Menurut Bahari Ghazali dalam bukunya Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan. Metode dalam pengajaran kitab kuning (gundul) yang berbahasa Arab biasanya terdiri dari enam metode, yaitu: 10 M. Basyiruddin Usman, MetodologiPembelajaran Agama Islam. (Jakarta: CiputatPers, 2002), hal. 31 11 Skripsi, Muhammad Al-Hadi, EfektivitasMetode Sorogan dalam Pengembangan Kemampuan Qira ah Kitab Kuning di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga: 2006)

7 1. Sorogan, maksudnya adalah sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya pandai menyorogan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapan kyai. Sistem sorogan ini biasanya dilakukan dengan cara santri membaca kitab yang sudah dipelajarinya dihadapan kyai, sedangkan kyai mendengarkan dan membenarkan apabila terjadi kesalahan dalam membacanya. 2. Halaqah, maksudnya adalah sistem pengajaran dengan sistem kyai membacakan teks kitab sedang santri mendengarkan dan menyimak penjelasan dari kyai. 3. Wetonan disebut weton karena berlangsungnya pengajian itu merupakan inisiatif kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya. 4. Mudhakarah, maksudnya adalah pertemuan ilmiah yang membahas masalah diniyah. 12 Setiap pondok pesantren, baik yang memakai sistem salafi maupun yang memakai sistem madrasah, model pengajaran kitab-kitab berbahasa Arab merupakan prioritas utama serta merupakan ciri khas tersendiri bagi lembaga pendidikan pondok pesantren. Menurut Armai Arief menyebutkan bahwa: Metode sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian di pedesaan gagal dalam pendidikan dasar ini. Di samping itu, banyak diantara 12 Bahari Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal. 29-30

8 mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang telah menguasai metode sorogan sajalah yang dapat memetik keuntungan dari metode bandongan di pesantren. 13 Pondok Pesantren Darussalam Kepatihan Tulungagung dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pengajaran kitab kuning menggunakan sistem klasikal. Dalam prakteknya, pelaksanaan metode sorogan di pondok pesantren tersebut menggunakan sistem klasikal adalah berlakunya sistem metode sorogan yang disesuaikan dengan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mempelajari kitab kuning. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis bermaksud untuk meneliti lebih jauh tentang pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Darussalam Kepatihan Tulungagung. Hal ini penulis anggap penting mengingat metode ini telah memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap cara memahami dan mendalami ilmu-ilmu keislaman. Oleh karena itu penulis merasa sangat tertarik dengan permasalahan ini dengan mengambil judul Pelaksanaan Metode Sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Kepatihan Kecamatan/Kabupaten Tulungagung. 2002), hal. 153 13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press,

9 B. Rumusan Masalah Menurut Sugiyono Dalam penelitian kualitatif seperti yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. 14 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, betapa pentingnya metode pembelajaran sorogan bagi santri khususnya di Pondok Pesantren Darussalam, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darussalam Kelurahan Kepatihan Kecamatan/ Kabupaten Tulungagung? 2. Mengapa metode sorogan digunakan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darussalam Kelurahan Kepatihan Kecamatan/ Kabupaten Tulungagung? C. Tujuan Penelitian S. Nasution berpendapat bahwa Tiap penelitian harus mempunyai tujuan yang harus dicapai. Tujuan bertalian erat dengan masalah yang dipilih serta analisis masalah itu. 15 Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dituju seorang peneliti dalam melakukan penelitian. Sasaran dan target kegiatan hendaknya dicantumkan dalam tujuan penelitian. 14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 36 15 S. Nasution, Metode Research (penelitian ilmiah). (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 17

10 Berikut tujuan yang ingin dicapai peneliti: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darussalam Kelurahan Kepatihan Kecamatan/ Kabupaten Tulungagung. 2. Untuk mengetahui alasan digunakannya metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Kelurahan Kepatihan Kecamatan/ Kabupaten Tulungagung. D. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kepentingan Teoritis a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu keguruan. b. Untuk memperkuat teori bahwa metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 2. Kepentingan Praktis 1. Bagi Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Agar selalu memberi motivasi kepada para santrinya untuk selalu semangat mengkaji tentang ilmu agama.karena di zaman yang serba instan ini semakin sedikit pemuda yang berkeinginan untuk mencari ilmu agama khususnya dilingkungan pesantren. 2. Bagi Guru/ Dewan Asatidz Bermusyawarah dengan sesama dewan asatidz membuat kebijakankebijakan baru untuk memajukan pesantren agar pesantren yang

11 identik dengan pembelajaran klasik dapat diubah menjadi pesantren modern yangdapat menjaga tradisi para ulama, serta mempersiapkan pengkaderan dari santri senior yang sudah mumpuni mengajarkan sorogan. 3. Bagi Santri Pesantren Darussalam Berusaha untuk melakukan diskusi dengan teman sebaya, dan menjaga makna yang shohih dari Kyai serta dewan Asatidz, agar budaya pewarisan ilmu yang secara turun temurun tetap terjaga dan makna (arti) dari sebuah kitab tetap sama dari generasi kegenerasi. 4. Kepada Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan yang relevan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang E. Definisi Istilah 1. Metode Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Menurut Ahmad Huseinal- Liqany, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis metode adalah langkah-langkah yang diambil oleh guru guna membantu para murid merealisasikan tujuan tertentu. 16 16 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 49

12 2. Sorogan Menurut Amin Haedari dkk Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan atau menyerahkan. 17 Sedangkan menurut Armai Arif Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. 18 Zamakhsyari Dhofir menyimpulkan Jadi metode sorogan merupakan suatu metode yang ditempuh dengan cara guru menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. 19 Penyampaian pelajaran kepada santri secara bergilir ini biasanya dipraktekan pada santri yang jumlahnya sedikit. 3. Kitab Kuning Nurhayati Djamas menyebutkan bahwa: Kitab kuning adalah sebutan untuk literatur yang digunakan sebagai rujukan umum dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan Islam tradisional pesantren. Kitab kuning digunakan secara luas di lingkungan pesantren. Penggunaan kitab kuning merupakan tradisi keilmuan yang melekat dalam sistem pendidikan di pesantren. Sebagai elemen utama dalam sistem pendidikan Islam di pesantren, kitab kuning telah menjadi jati diri dari pesantren itu sendiri. 20 Kitab kuning merupakan khazanah intelektual Islam yang mengandung pemikiran dan pandangan keislaman yang ditafsirkan dan ditulis oleh para ulama. Sebagai karya intelektual keislaman, referensi utama,kandungan materi kitab kuning tentu bersumber dari Al-Qur an, kemudian diikuti oleh Hadits Rasul. 17 Amin Haedari, dkk., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tuntutan Kompleksitas Global. (Jakarta: IRD Press, 2004), hal. 95 18 Armai Arief, Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 150 19 ZamaksyariDhofier, Tradisi Pesantren, hal. 142 20 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan, hal. 34-35

13 Kedua sumber rujukan itu belum cukup untuk melahirkan pemikiran keislaman yang dituangkan dalam karya-karya ulama yang ditulis dalam literatur keislaman, yaitu kitab kuning. Karena kandungan kitab kuning pada umumnya merupakan penafsiran terhadap pesan-pesan yang terdapat dalam Al-Qur an dan Hadits Rasul. Dengan demikian sumber rujukan berikutnya dari pemikiran yang ditulis dalam kitab kuning merupakan hasil ijtihad dari para ulama. 21 4. Pondok Pesantren Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata, pondok dan pesantren. Kedua kata tersebut memiliki arti sendiri-sendiri. Ini berarti pondok adalah tempat menginap bagi para penuntut ilmu, khususnya para santri. Sedangkan menurut M. Adib Abdurrahman: Istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santrian-an yang berarti tempat santri. Dalam arti ini berarti dimana santri tinggal ataupun menetap. Sementara itu pesantren dapat juga didefinisikan lebih luas lagi. Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. 22 Adapun pondok pesantren yang dimaksud adalah Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Kepatihan Kecamatan/Kabupaten Tulungagung dengan waktu penelitian pada tahun 2015. 21 Ibid., hal. 37 22 M. Adib Abdurrahman, Mencari Tipologi Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 80

14 F. Sistematika Penulisan Skripsi Agar pembahasan lebih mudah, terarah dan sistematis, maka dalam penulisan skripsi ini penulis klasifikasikan kedalam lima bab, dengan sistematis sebagai berikut: 1. Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang mendiskripsikan latar belakang masalah tentang pengajian kitab kuning dengan sistem sorogan, dari latar belakang ini timbul berbagai pokok permasalahan (rumusan masalah), tujuan penulisan serta kegunaan penelitian dan definisi operasional sehingga menjadi menarik untuk dibaca dan dibahas, selebihnya menguraikan teknik dan metode untuk mendapatkan data yang valid dan relevan dengan pembahasan, disamping itu penulis berupaya untuk mensistemasikan pembahasan agar mudah dipahami. Bab ini merupakan instrumen yang menjadi pijakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. 2. Bab II : Metode penelitian pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka atau buku-buku teks yang berisi teori-teori besar dan teori-teori yang dihasilkan dari penelitian terdahulu. Uraian sistematis tentang tinjauan pelaksanaan metode sorogan, pembahasan dimulai dari pengertian sorogan, metode pengajaran pada sistem sorogan, pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning, kemudian dilanjutkan pembahasan tentang tinjauan tentang pengajian kitab kuning, yang meliputi tentang pengertian, latar belakang kitab kuning, kitab kuning yang diajarkan dipondok pesantren dan dilanjutkan tentang tinjauan

15 pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren. 3. Bab III : Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap penelitian tentang pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darussalam KepatihanTulungagung. 4. Bab IV : Dalam bab empat ini penulis akan menjelaskan uraian tentang paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dalam pertanyaanpertanyaan atau pernyataan-pernyataan penelitian dan hasil analisis data. Paparan data tersebut diperoleh melalui pengamatan (apa yang terjadi dilapangan), dan hasil wawancara (apa yang dikatakan oleh informan), serta deskripsi informasi lainnya yang dikumpulkan oleh peneliti melalui prosedur pengumpulan data sebagaimana tersebut di atas. 5. Bab V : Merupakan bab penutup atau terakhir pembahasan terhadap penulisan skripsi ini, selanjutnya penulis tampilkan kesimpulan dan saran.