BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

KUESIONER. 2. Bahan-bahan apa sajakah yang anda gunakan untuk perebusan Ikan? b. Garam, air, dan bahan tambahan lainnya.(sebutkan...

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

1.1. Latar Belakang Penelitian

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

BAHAN TAMBAHAN PANGAN Bagaimana Kaitannya dengan Keamanan Pangan?

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, teksturnya yang lembut sehingga dapat dikonsumsi anak-anak

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang menuju arah globalisasi, merek yang kuat

I. PENDAHULUAN. dan bumbu-bumbu yang dibentuk bulat seperti kelereng dengan bera gram

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola hidup sehat masyarakat sangat terdukung oleh adanya makanan dan

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

BAB. III METODOLOGI A. TAHAPAN KAJIAN tahun sebelumnya.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai negara agraris (Simatupang et al, 2002)

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

I. PENDAHULUAN. secara tradisional (Suryadarma, 2008). Cotton (1996) menyatakan bahwa, kajian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia adalah perkembangan pola

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 32/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. terpenting, selain gandum dan padi. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan. Dasar (2013), sebanyak 3,8% penduduk Indonesia mengonsumsi mi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Mie merupakan produk makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan kondisi sebelum dikonsumsi, mie dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu mie basah, mie kering, mie rebus, mie kukus dan mie instan.produk mie baik berupa mie basah, mie kering, maupun mie instan kini sudah menjadi bahan makanan utama kedua setelah beras bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian preferensi konsumen, mie merupakan produk pangan yang paling sering dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat baik sebagai makanan utama maupun selingan (Juniawati, 2003). Definisi mie basah menurut SNI adalah produk pangan yang dibuat dari bahan baku utama terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan,yang diperoleh melalui proses pencampuran, pengadukan, pencetakan lembaran (sheeting), pembuatan untaian (slitting), pemotongan (cutting) berbentuk khas mie dengan atau tanpa mengalami proses pemasakan (perebusan atau pengukusan)(sni, 2015). Mie jenis ini biasanya mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar airnya dapat mencapai 52% sehingga daya simpannya relatif singkat. 1

2 Terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan mie. Terigu diperoleh dari gandum (Triticum sp) yang digiling. Keistimewaanterigu dari serelia lain ialah kemampuannya membentuk gluten pada saat dibasahi air. Sifat elastis gluten pada adonan ini menyebabkan mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan (Artianti, 2013). Terigu mengalami pelonjakan impor pada tahun 2016 ini dibandingkan dengan tahun 2015 lalu menurut Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (APTINDO). Permintaan terigu dalam negeri naik sebesar 3,8 % atau sekitar 475.500 metrik ton (MT). Jumlah impor gandum yang setiap tahunnya meningkat adalah salah satu bentuk ketergantungan negara Indonesia terhadap negara lain sehingga mengakibatkan tersedotnya sebagian devisa Negara. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dalam pembuatan mie, penggunaan terigu dapat dikurangi dengan cara substitusi dengan lain (tapioka, beras, jagung, ubi, dll). Beberapa bahan-bahan yang dilarang penggunaanya dalam makanan menurut Permenkes RI No.033/Menkes/Per/XI/2012 sebagai berikut : Asam borat dan senyawanya (Boric Acid), formalin (Formaldehyde), minyak nabati yang diromasi (Brominated vegetable oils), kloramfenikol (Crolampenikol), Kalium klorat (Pottasium chlorate), Dietilpirokarbonat (Diethilpirocharbonat, DEPC), Nitofuranzon (Nitofuranzone), asam salisilat dan garamnya (Saliclyc acid and Its salt), Dulsin (Dulcin), Kalium karbonat (Pottasium carbonat), Dulkamara (Dulcamara),Kokain (Cocain), Nitrobenze (Nitrobenzene), Sinamil antranilant (Cinnamyl anthranilat), Dihidrosofole (dhydrosofole), Biji Tonka (Tonka bean),

3 Minyak kalamus (Calamus oil), Minyak tansi (Tansy oil), dan minyak sasafras (Sasafras oil). Penggunaan bahan tambahan ilegal seperti formalin dan boraks dalam pembuatan mie basah banyak terjadi, khususnya di daerah Jabotabek. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan umur simpan mie basah. Survei terhadap 12 industri mie basah mentah dan 5 industri mie basah matang yang tersebar di daerah Jakarta (5 industri), Bogor (3 industri), Tangerang (3 industri), dan Bekasi (6 industri) yang dilakukan oleh Indrawan (2005) memperlihatkan bahwa seluruh industri tersebut menggunakan bahan tambahan ilegal (formalin atau boraks). Perinciannya adalah 13 industri (76.47%) menggunakan formalin dan 16 industri (94.12%) menggunakan boraks. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 industri (70.59%) menggunakan formalin sekaligus boraks, 4 industri (23.53%) menggunakan boraks saja, dan hanya 1 industri (5.88%) yang menggunakan formalin saja (Indrawan, 2005). Kandungan formalin rata-rata dalam mie basah di pasar tradisional Jabotabek adalah 106.00 mg/kg (mie basah mentah) dan 2 914.36 mg/kg (mie basah matang). Mie yang dijual oleh pedagang produk olahan mie daerah Jabotabek rata-rata mengandung formalin 72.93 mg/kg (mie basah mentah) dan 3 423.51 mg/kg (mie basah matang). Sementara itu, mie yang dijual di supermarket Jabotabek mengandung formalin 113.45 mg/kg (mie basah mentah) dan 2 941.82 mg/kg (mie basah matang) (Gracecia, 2005; Priyatna, 2005).

4 Menurut Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2016 terhadap makanan jajanan sekolah dibeberapa sekolah dasar di kota Tasikmalaya ditemukan adanya kandungan formalin pada jajanan mie basah dan mie goreng. 1.2. Identifikasi Masalah Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang : 1. Apakah terdapat kandungan boraks dalam pijer, air kie dan bleng. 2. Bila ada berapa kandungan boraks dalam bahan tambahan tersebut 3. Apakah terjadi perubahan pada mie yang mengandung boraks, bleng, pijer dan air kie terhadap analisis proksimat 1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan boraks pada bleng, pijer dan air kie serta mengetahui adanya perubahan karakteristik mie basah dengan penambahan borask, air kie, bleng dan pijer pada analisis proksimat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan boraks pada bleng, pijer dan air kie. Mengetahui perubahan karakteristik mie basah dengan penambahan boraks, air kie, pijer dan bleng terhadap analisis proksimat. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi pemahaman mengenai keamanan pangan pada makanan terutama mie basah 1.5. Kerangka Pemikiran Produk mie baik berupa mie basah, mie kering, maupun mie instan kini sudah menjadi bahan makanan utama kedua setelah beras bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian preferensi konsumen, mie merupakan produk

5 pangan yang paling sering dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat baik sebagai makanan utama maupun selingan (Juniawati, 2003). Definisi mie basah menurut SNI (2015) adalah produk pangan yangdibuatdari bahan baku utama terigudenganatautanpa penambahanbahan pangan laindanbahantambahan pangan yang diizinkan, yang diperoleh melalui proses pencampuran, pengadukan, pencetakan lembaran (sheeting), pembuatan untaian (slitting), pemotongan (cutting) berbentuk khas mie dengan atau tanpa mengalami proses pemasakan (perebusan atau pengukusan). Mie jenis ini kadar airnya dapat mencapai 52% sehingga daya simpannya relatif singkat (Astawan, 2008). Banyak masyarakat yang mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pengganti beras, dapat juga digunakan sebagai bahan pangan alternative dikarenakan kandungan mie cukup baik, dimana bahan bakunya adalah tepung terigu (Harahap NA, 2007). Tahun 2011, badan POM telah melakukan sampling dan pengujian terhadap 2.666 sampel pangan serta 205 sampel kemasan pangan untuk mengetahui kandungan bahan kimia berbahaya yang dilarang penggunaannya dalam pangan, salah satunya formalin dan ditemukan 435 sampel (16,32%) tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu 94 sampel (3,53%) mengandung formalin. Tidak hanya itu dari hasil pengujian 3.206 sampel produk PJAS ( Pangan Jajanan Anak Sekolah) yang terdiri dari mie basah, bakso,kudapan, dan makanan ringan, diketahui bahwa 43 (1,34%) sampel mengandung formalin (Selamet LS,2011). Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, methanol dan air yang berfungsi sebagai pengawet didalam makanan.

6 Formaldehid dapat menyebabkan nasofaring pada manusia (IARC, 2006). Karena penggunaan formalin sangat membahayakan tubuh, di Indonesia terdapat beberapa Undang-Undang yang melarang penggunaan formalin diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan No.722 / MENKES / PER / IX / 88 dan No.1168 / Menkes / PER / X / 1999, dimana dinyatakan bahwa formaldehid merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang, sehingga kandunganya dalam produk makanan harus negatif. Namun masih banyak produsen makanan yang melanggar dengan menggunakan formaldehid sebagai pengawet (Anwar et al 2009). Penyalah-gunaan formalin biasanya dilakukan untuk keuntungan dagang dan meminimalkan biaya kerugian akibat makanan yang tidak laku dijual. Selain itu karena kemampuan formalin yang baik dalam mengawetkan makanan, serta mudah didapat dan harganya murah. Sementara produsen tidak memikirkan dampak yang akan terjadi terhadap kesehatan (Fadhilah A, 2013) Pada tahun 2013 terdapat 7 jenis pangan yang diuji pada pengawasan PJAS, yang terdiri dari bakso (sebelum diseduh/disajikan), jelly/agar-agar/produk gelatin lainnya, minuman es (es mambo,lolipop, es lilin,es cendol,es campur, dan sejenisnya), mie (disajikan/siap dikonsumsi), minuman berwarna dan sirup, kudapan (makanan gorengan seperti bakwan, tahu goreng, cilok, sosis,batagor, empek-empek, lontong, dan lain-lain), makanan ringan (kerupuk,keripik,produk ektruksi dan sejenisnya), Berdasarkan pemeriksaan sampel pangan yang paling tidak memenuhi syarat secara berturut-turut adalah minuman berwarna/sirup, minuman es, jelly,/agar-agar, dan bakso. Penyebab sampel tidak memenuhi syarat antara lain karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan,

7 menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal, mengandung cemaran logam berat melebihi batas maksimal, dan kualiatas mutu mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat. (Kemenkes, 2014). Menurut Gayatri (2012) dalam pcnelitiannya adalah mie basah yang terdapat di pabrik pasar Kp. Baru, Peunayong, Setui, Keutapang, Lamnyong dan Ulee Kareng kota Banda Aceh. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kcschatan Dacrah Banda Aceh pada April 2012. Hampir semua mic basah dalam penelitian ini mengandung formalin dan kadamya diatas batas toleransi yang ditetapkan oleh International Programme on Chemical Safety (IPCS) yaitu >0,1 mg/l Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus Pramono Nasution (2009), tentang boraks pada makanan berupa mie basah, lontong, bakso, pempek dan kerupuk udang yang diambil secara acak di Pasar SMEP, Tugu, Bambu Kuning, Kampung Sawah, dan swalayan Bandar Lampung, dari 9 sampel lontong, 11,1 % mengandung boraks, dan 13 sampel, 85 % juga boraks, dari 12 sampel kerupuk udang, 100% positif mengandung boraks. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diambil hipotesis diduga terjadi perubahan pada karakteristik mie basah 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Juli pada tahun 2017, bertempat di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No 193, Bandung.