BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tak dapat di pungkiri

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, hal ini menjadi alasan terdapatnya lembaga pembiayaan yang. memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan. dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman/kredit dan sejenisnya. Pemberian kredit adalah merupakan pelayanan yang nyata dari bank dalam kehidupan serta pengembangan perekonomian di Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang menyatakan bahwa "Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak". Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut maka dapat dilihat bahwa fungsi pokok dari perbankan, adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana yang telah dihimpun tersebut kembali pada masyarakat yg memerlukannya dalam bentuk kredit. Bila dilihat secara etimologis kata kredit berasal dari bahasa Romawi "Credere" artinya percaya, dalam bahasa Belanda istilahnya "Vertrouwen", dalam bahasa Inggris "Believe atau Trust" yang berarti percaya. Sutarno berpendapat bahwa kepercayaan adalah unsur yang sangat penting dan utama dalam pergaulan

hidup manusia. Orang tidak dapat hidup dalam pergaulan hidup bila tidak dipercaya lagi oleh orang lain. Percaya adalah apa yang dikatakan benar, apa yang diperjanjikan ditepati, tidak pernah ingkar dan tidak berkhianat atas kewajiban atau tugas yang dipikulkan kepadanya. 1 Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa kredit adalah sebuah kepercayaan, dimana pemberian fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan dari pihak bank selaku kreditur, bahwa pemberian fasilitas kredit tersebut dapat kembali dengan aman dan menguntungkan, serta digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan rencana sebagaimana diatur dalam dokumen perkreditan yang telah disepakati oleh pemohon kredit (debitur) dengan pihak Perbankan (kreditur). Dasar dari kepercayaan kreditur adalah adanya keyakinan kreditur terhadap debitur yang diperoleh dari proses analisis dari fakta dan data yang kemudian dikumpulkan dan diinterpretasikan serta dikonklusikan dalam suatu kesimpulan. Hal yang demikian dapat dilihat dalam Undang-Undang Perbankan Pasal 8 ayat 1, yang menyatakan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. 1 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 92.

Pemberikan kredit kepada debitur selalu berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pemberian kredit. Prinsip ini dikenal dengan istilah Prinsip 5C yang terdiri dari : 1. Character (watak kepribadian) 2. Capital (modal) 3. Collateral (jaminan/agunan) 4. Capacity (kemampuan), dan 5. Condition of Economy (kondisi ekonomi). 2 Agunan (collateral) dapat berupa benda bergerak dan tidak bergerak, yang diserahkan debitur kepada kreditur untuk menjamin apabila fasilitas kredit tidak dibayar kembali sesuai waktu yang ditetapkan. Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit tersebut. 3 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jaminan/agunan (collateral) dapat berupa jaminan umum dan jaminan khusus. Pada jaminan umum kreditur tidak mempunyai hak preferent seperti yang terdapat dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menetapkan bahwa segala kebendaan si berutang (debitur) baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Sehingga dengan demikian Pasal 1131 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata tersebut tidak hanya menentukan bahwa harta kekayaan seseorang debitur demi hukum menjadi agunan bagi kewajiban yang berupa membayar utangnya kepada kreditur yang mengutanginya (berdasarkan perjanjian 2 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung, Alumni, 2006, hal.184. 3 Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Enginering, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 6.

kredit atau perjanjian pinjam-meminjam uang), tetapi juga menjadi agunan bagi semua kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain, baik perikatan yang timbul karena undang-undang maupun karena perjanjian selain perjanjian kredit atau perjanjian pinjam-meminjam uang. Sementara dalam jaminan khusus, kreditur mempunyai hak preferent seperti yang terdapat pada Pasal 1133 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menetapkan bahwa hal untuk didahulukan diantara orangorang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan dari hipotik, dimana gadai dan hipotik lebih tinggi dari pada hak istimewa (Pasal 1134 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Pemberian kredit dalam praktek Perbankan di Indonesia umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari Bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usaha pemohon kredit karena pengusaha kecil yang modal usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kredit. Dalam perkembangannya untuk membantu masyarakat memperoleh modal dengan mudah yang diharapkan mampu meningkatkan pembangunan nasional khususnya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, maka Pemerintah telah mengubah undang-undang pokok perbankan Nomor 14 tahun 1967 dengan Undang-undang yang baru Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-undang yang baru ini tidak lagi mensyaratkan bahwa pemberian kredit harus diikuti dengan kewajiban pemohon kredit menyediakan jaminan

materiil atau jaminan immateriil. Dalam Pasal 8 Undang-undang Perbankan yang baru hanya menegaskan bahwa dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dari pasal ini persyaratan adanya jaminan untuk memberikan kredit tidak menjadi keharusan. Bank hanya diminta untuk meyakini berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. 4 Perkembangan seperti yang diuraikan sebelumnya mengakibatkan berkembangnya produk-produk Perbankan, antara lain Kredit Tanpa Agunan. Kredit Tanpa Agunan adalah kredit yang tidak disertai dengan penyerahan agunan sebagai jaminan secara fisik oleh debitur, karena pemberian kredit ini tidak disertai dengan penyerahan jaminan/agunan secara fisik, maka pihak kreditur (bank) dalam memberikan Kredit Tanpa Agunan haruslah berhati-hati dan cermat karena dalam perjanjian Kredit Tanpa Agunan posisi kreditur disini hanya sebagai kreditur konkruen yang tidak memiliki hak preferent/ hak untuk didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya (hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata pasal 1132, pasal 1133 dan pasal1134 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Sehingga apabila jumlah kreditur banyak sekali, dan diantara kreditur-kreditur itu terdapat kreditur preferen, maka terdapat kemungkinan akan terjadi perselisihan antara para kreditur dalam pembagian/ pelunasan piutang dari masing-masing kreditur. 4 Sutarno, Op.Cit, hal. 140-141.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menulisnya dalam skripsi yang berjudul : "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KREDITUR YANG MEMBERIKAN PINJAMAN KREDIT TANPA AGUNAN (Studi Bank BNI Cabang Balige)" B. Permasalahan Adapun permasalahan yang akan penulis uraikan pada penulisan skrisi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sebab-sebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian kredit tanpa agunan? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit tanpa agunan? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa atas kredit macet dalam perjanjian kredit tanpa agunan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan mengangkat judul skripsi tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Kreditur Yang Memberikan Pinjaman Kredit Tanpa Agunan (Studi Bank BNI Cabang Balige). Ingin melakukan penelitian yang bertujuan : 1. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian kredit tanpa agunan.

2. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit tanpa agunan. 3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa atas kredit macet dalam perjanjian kredit tanpa agunan. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian penulisan skripsi ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama mengenai perjanjian pinjaman kredit tanpa agunan. b. Untuk lebih mengetahui secara mendalam mengenai perlindungan hukum terhadap pihak kreditur dalam perjanjian pinjaman kredit tanpa agunan. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran baik bagi akademisi maupun kalangan masyarakat umum dalam menangani masalah pelaksanaan perjanjian Kredit Tanpa Agunan dan menyadari pentingnya perlindungan hukum terhadap kreditur apabila terjadi kredit macet dalam pelaksanaan pemberiaan Kredit Tanpa Agunan.

E. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran dan penelitian di perpustakaan, bahwa tidak ada menemukan skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Kreditur Yang Memberikan Pinjaman Kredit Tanpa Agunan (Studi Bank BNI Cabang Balige). Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan judul skripsi ini baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau literatur yang diperoleh dari dosen-dosen Fakultas Hukum USU maupun dari media cetak, media elektronik serta disamping itu juga dilakukan penelitian. Sehubungan judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada ataupun belum terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum USU. Skripsi yang berkaitan dengan perjanjian kredit tanpa agunan adalah : 1. Dita Pratiwi/ 030200263 Aspek-Aspek Hukum Tentang Perjanjian Kredit Tanpa Agunan Dalam Penerbitan Kartu Kredit Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Di CityBank Medan". 2. Douglas Hutagalung/ 040200059 Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Dalam Penyelesaian Sengketa Atas Kredit Macet yang Terjadi dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan (Studi Pada PT. Bank SUMUT)" 3. Bima Syahputra/ 100200010 "Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Kredit Tanpa Agunan (Studi Pada PT. Bank SUMUT Cabang Rantau Prapat)"

F. Metode Penilitian Metode penulisan pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek. 5 Dalam penulisan skripsi metode penelitian sangat diperlukan agar penelitian skripsi menjadi lebih terarah dengan data yang dikumpulkan melalui pencarian - pencarian data yang terhubung dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Bank BNI Kantor Cabang Balige. 2. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah Penelitian Hukum Normatif-Empiris. 6 Penelitian hukum empiris terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan wawancara kepada PT. Bank BNI Kantor Cabang Balige. Sedangkan penelitian hukum normatif terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, dan sejarah hukum. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan pustaka atau data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan skripsi ini. 3. Sumber Data 5 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 28. 6 Ibid, hal. 41-42.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber atau langsung dari sumber pertama dan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari dokumen - dokumen yang resmi, buku - buku, hasil - hasil penelitian, 7 yang terdiri atas : a. Bahan hukum primer ialah bahan - bahan hukum contohnya undang - undang peraturan pemerintah, kitab undang - undang hukum perdata, dan lain - lain. b. Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil - hasil penelitian, pendapat pakar hukum, dan lain - lain. c. Bahan hukum tersier ialah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah yang menjadi tambahan bagi penulisan skripsi ini yang berkaitan dengan penelitian ini. 8 4. Metode Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah adalah: a. Studi kepustakaan (Library research) : yaitu studi kepustakaan dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan- 7 Tampil Anshari, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2009, hal. 30. 8 Abdurahman, Sosiologi dan Metodelogi Penelitian Hukum, (Malang : UMM Press: 2009), hal. 25.

tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. b. Studi Lapangan ( Field research) : yaitu studi yang langsung diadakan di lapangan. Data yang diperoleh adalah berasal dari proses wawancara yang dilakukan langsung kepada PT. Bank BNI Kantor Cabang Balige. 5. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang kemudian disusun dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit dan membuat kesimpulan sehingga dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan skripsi ini. Dalam hal ini adalah hasil wawancara dengan pihak PT. Bank BNI Kantor Cabang Balige. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 ( lima ) bab, dimana masing- masing bab dibagi lagi atas beberapa sub bab. Uraian singkat atas bab- bab dan sub - sub bab tersebut akan diuraikan sebagai berikut : Bab Pertama merupakan bab yang menguraikan tentang hal - hal yang umum yang mendasari penulisan skripsi ini, yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab Kedua merupakan bab yang berisi tentang tinjauan umum mengenai kredit, yang berisikan pengertian perjanjian kredit, dasar hukum perjanjian kredit, isi perjanjian kredit, asas-asas perjanjian dan jenis-jenis kredit. Bab Ketiga merupakan bab yang menguraikan tentang pengertian agunan, kredit tanpa agunan, kriteria penilaian kredit dan penyelematan dan penyelesaian kredit tanpa agunan yang macet. Bab Keempat ini merupakan bab yang membahas tentang pokok permasalahan yakni sebab-sebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian kredit tanpa agunan, perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit tanpa agunan, dan penyelsaian sengketa atas kredit macet dalam perjanjian kredit tanpa agunan. Bab Kelima berisikan mengenai penutup yaitu kesimpulan dan saran dari pembahasan dan penguraian dari bab- bab sebelumnya.