BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

HUBUNGAN LAMA PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI SMC RS. TELOGOREJO

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

KEJADIAN FLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALAYA. Deya Prastika¹ F. Sri Susilaningsih¹ Afif Amir A.¹

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR.

ERIYANTO NIM I

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

HUBU GA LAMA PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PLEBITIS DI RSUD TUGUEJO SEMARA G ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian terapi obat melalui jalur intravena perifer (peripheral

Pengaruh Lama Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Standar prosedur operasional (SPO) pemasangan infus. kerja tertentu (perry and potter, 2005)

BAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :

ABSTRAK. Kata kunci : tingkat pendidikan, masa kerja perawat, tindakan pemasangan infus sesuai standart operating procedure

HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN

HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

TEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

HUBUNGAN ANTARA TEHNIK INSERSI DAN LOKASI PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD AMBARAWA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN DI UNIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG 2006

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk golongan tumbuhan. Jamur bersifat heterotropik yaitu organisme yang tidak

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PLEBITIS DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES ALKOHOL TERHADAP PENURUNAN NYERI PLEBITIS PADA PEMASANGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Rev., cet. 14. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA AKPER TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL FLEBITIS

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus atau pemberian terapi cairan intravena (IV) merupakan merupakan salah satu hal yang paling sering di jumpai pada pasien yang akan melakukan rawat inap baik di rumah sakit ataupun di instalasi kesehatan lain, terbukti lebih dari 60% pasien yang masuk rumah sakit mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath) cairan melalui transkutan yang kemudian disambungkan dengan selang infus (Edward, 2011). Terapi intravena harus di regulasi secara continue karena perubahan yang terjadi pada keseimbangan cairan dan elektrolit yang di butuhkan pasien, namun dengan terpasangnya infus yang terus menerus dan dalam jangka waktu tertentu tentunya akan meningkatkan kemungkinan komplukasi dari pemasangan infus, salah satunya adalah flebitis (Perry and Potter, 2010).Menurut Darmadi (2008) Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumahsakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurangkurangnya 3X24 jam. Sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai jumlah kejadian flebitis yang terjadi di dunia, sekitar 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia mengalami infeksi yang baru selama di rawat 1,4 juta infeksi 1

2 terjadi setiap tahun, di Amerika diperkirakan ada 20.000 kematian terjadi akibat infeksi nosokomial tiap tahunnya, sedangkan di Asia Tenggara infeksi nosokomial sebanyak 10%. Berdasarkan data tersebut infeksi nosokomial tertinggi terjadi di negara Malaysia sebanyak 12,7% dan Taiwan sebanyak 13,8%. di Indonesia sendiri, berdasarkan penelitian yang di lakukan di 11 rumah sakit di DKI jakarta pada tahun 2004 menunjukan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama di rawat (Marwoto, 2007). Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan bahwa salah satu indikator mutu pelayanan adalah angka kejadian infeksi nosokomial yang rendah, yaitu di bawah 8%, (Dirjen Yanmed Depkes RI, 2005) Banyak faktor yang telah dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis, antara lain:(1) faktor-faktor kimia seperti jenis cairan (2) faktor-faktor mekanik seperti ukuran kateter, dan lokasi insersi; serta (3) faktor bakterial seperti lama pemasangan kateter infus (Triyanto & Handoyo, 2007), serta bisa juga dari faktor manusia itu sendiri seperti perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional (SPO) pemasangan infus. Penelitian yang dilakukan oleh Thurmudhi & Rimawati (2006) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan flebitis pada pasien di unit rawat inap di rumah sakit roemani semarang menujukan ada hubungan antara ketrampilan perawat (p-value 0.018) penggunaan disinfeksi tangan (p-value 0.000<0.05) kesterilan alat (p-value 0.004>0.05) lokasi penusukan (p-value 0.001<0.05) lama pemasangan (p-value 0.011>0.434) pencahayaan (p-value 0.003>0.05) dengan kejadian flebitis. Penelitian yang dilakukan oleh Tan, Yeap, & Aznal (2012) terhadap 428

3 pasien yang diteliti tingkat kejadian thrombophlebitis sebanyak 35,2%. Diantara mereka yang mengalami thrombophlebitis, 65% mengalami thrombophlebitis ringan, 19% mengalami thrombophlebitis sedang, dan 8% thrombophlebitis berat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien wanita memiliki peningkatan resiko yang signifikan mengalami thrombophlebitis, juga peningkatan yang signifikan pada peningkatan durasi kateterisasi dan penggunaan kateter untuk infus. Usia pasien, jenis penggunaan infusate, ukuran kateter, dan situs kateterisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian thrombophlebitis. Penelitian yang dilakukan oleh Multinovic. Simin. & Zac (2015) terhadap 102 perawat sebagai sampel didapati lebih dari setengahnya perawat tidak peduli bahwa bahan dan ukuran kanul dapat mempengaruhi kejadian flebitis, lebih lanjut penyakit yang mendasari serta obat dengan ph tinggi seperti vancomizin, benzilpenisilin, aminofilin, amiodaronehydrocloride, dan kalium klorida 7,4% di identifikasi berpotensi menyebabkan terjadinya flebitis. Data terbaru rekam medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo sepajang tahun 2015 terdapat 3832 pasien yang di rawat di ruang mawar, pada bulan desember terdapat 29 kejadian flebitis dari sebanyak 257 pasien yang dirawat (Data Ruang Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo). Merujuk pada pernyataan diatas bahwa terdapat empat faktor resiko penyebab terjadinya flebitis penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Faktor Resiko Kejadian Flebitis di ruangmawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

4 B. Perumusan Masalah Pemasangan infus atau terapi intra vena merupakan hal yang paling sering di jumpai pada pasien rawat inap di rumah sakit manapun di seluruh dunia, terbukti lebih dari 60% pasien yang masuk rumah sakit mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004).Pemasangan terapi cairan intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath) melalui transkutan yang kemudian disambungkan dengan selang infus (Edward, 2011). Pemberian cairan intravena yang harus dilakukan secara cara kontinue tanpa dilakukan perawatan atau penggatian balutan atau dressing dalam jangka waktu lebih dari 3X24jam serta pemilihan lokasi pemasangan atau lokasi inseri kateter yang kurang tepat dapat meningkatkan resiko infeksi atau peradangan di sekitar daerah penusukan jarum (abocath)yang sering di sebut dengan istilah flebitis. Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumahsakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3X24 jam (Darmadi, 2008) dengan mengacu pada latar belakang masalah serta uraian diatas, maka muncul masalah penelitian: 1. Apakah faktor kimia (jenis cairan), faktor mekanik (ukuran kateter dan lokasi insersi), faktor bakterial (lama pemasangan kateter infus), dan faktor manusia (pelaksanaan SPO pemasangan infus) berpengaruh terhadap angka kejadian flebitis di ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

5 2. Adakah hubungan variabel-variabel dengan kejadian flebitis di ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi flebitis di ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, serta faktor mana saja yang mempengaruhinya. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara faktor kimia(jenis cairan) dengan kejadian flebitis di ruang mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. b. Mengetahui hubungan antara faktor mekanik (lokasi insersi, dan ukuran kateter infus) dengan kejadian flebitis di ruang mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. c. Mengetahui hubungan antara faktor bakterial (lama pemasangan kateter infus) dengan kejadian flebitis di ruang mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. d. Mengetahui hubungan antara faktor manusia (pelaksanaan standar proseduroperasional (SOP) pemasangan infus) dengan kejadian flebitis di ruang mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teori Dapat memberikan sumbangan ilmu tentang analisis faktor resiko kejadian flebitis, juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi penelitian bagi

6 peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Perawat Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi perawat sebagai informasi tentang pentingnya menurunkan angka kejadian flebitis. b. Rumah sakit Sebagai masukan untuk upaya peningkatan mutu rumah sakit. c. Penelitian selanjutnya Penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan variabel-variabel yang sudah ada dengan cara lebih meningkatkan kualitas cara pengambilan data. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Judul Pengarang 1 Predisposing factors to phlebitis in patients with peripheral intravenous catheters: A descriptive study Uslusoy dan Mete, (2008) Metode Penelitian Deskriptif Hasil/Kesimpulan Peneliti menemukan bahwa infus yang dipasang dengan cara infusion pump maupun secara manual dari kateter di dalam vena yang mengelilingi siku akan meningkatkan flebitis, juga waktu pemasangan infus yang lama dan akan meningkatkan resiko terjadinya flebitis.

7 2 Hubungan Lamanya Pemasangan Infus (Intravena) Dengan Kejadian Flebitis Pada Pasien di Irna F Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 3 Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan SOP Pemasangan Infus Dengan Kejadian phlebitis Christian M. Komalintan g, Lucky Kumaat, dan Franly Onibala Dinna Triwidyawa ti, Sri Puguh Kristiyawati, S. Eko Ch. Purnomo Analitik korelasional Deskriptif korelasi Ada hubungan yang bermakna lamanya pemasangan infus (intravena) dengan kejadian flebitis di ruang Irna F Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Ada hubungan yang segnifikan antara Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan SOP Pemasangan InfusDengan Kejadian phlebitis. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terdapat pada variabel, metode penelitian dan lokasi penelitian, bahwa penelitian ini dilakukan di ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dan meneliti tentang Analisis Faktor Resiko Kejadian Flebitis di Ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.