PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

I. METODOLOGI PENELITIAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BERAT ARANG CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU KARET SKRIPSI JANUARMAN SINAGA

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS TERHADAP MUTU KARET SKRIPSI KHAIRINA SAFITRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Lampiran L Contoh pembuatan larutan

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu

III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa pada Mutu Karet Krep

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 6. Kerangka penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

Metodologi Penelitian

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

K O P A L SNI

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH :

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan

Transkripsi:

PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal lateks telah dilakukan. Kedalam lateks ditambahkan tempurung kelapa (ukuran partikel 80 mesh) dengan berat 42 gram kemudian lateks digumpalkan dengan asam asetat dan asam formiat dengan ph 4,7. Sebagai Penelitian mutu karet dilakukan dengan mengukur plastisitas awal, plastisitas retensi indeks dan viskositas mooney karet. Akhirnya lateks menghasilkan karet yang lebih baik dengan asam formiat. Kata Kunci: Lateks, Asam Asetat, Asam Formiat, Arang Tempurung Kelapa Pendahuluan Pada proses pengolahan karet terdapat tahapan penggumpalan lateks. Penggumpalan lateks dapat terjadi karena rusaknya kemantapan sistem koloid lateks. Kerusakan ini dapat terjadi dengan jalan penetralan muatan protein dengan penambahan asam sehingga muatan negatif dan muatan positif lateks setimbang (ph 4,7). Bahan kimia yang biasa digunakan dalam penggumpalan lateks adalah asam formiat. Asam ini dapat digunakan untuk menghambat terjadinya reaksi pengerasan pada karet selama penyimpanan (Nelteresia, 1999). Dilain pihak asam asetat dapat digunakan sebagai bahan penggumpal lateks. Asam ini juga dapat memperbaiki kekerasan karet (Anna, 2003). Dengan demikian lateks dan asam formiat diharapkan dapat memperbesar volume dari karet dan memperbaiki kekerasan karetnya sehingga mutu karetnya lebih baik (Haradi, 1982). Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin membandingkan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal lateks. Bahan dan Metode Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Blanding mill, Lab mill, Wallace punch, Wallace plastimeter, Mooney Viscosimeter, Creper, Neraca analitis, Termometer, Stopwatch, Pembakar listrik, Oven, Desikator, dan Muffle Furnace. Bahan yang digunakan adalah Lateks, Asam asetat, Arang yang diayak dengan ukuran 80 mesh, dan kertas lakmus indikator. Pembuatan Arang Dari Tempurung Kelapa Sebanyak 2 buah tempurung kelapa dibersihkan, dijemur di bawah sinar matahari, dan dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin dan ditutup dengan aluminium foil. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 500 0 C selama 4 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan dicuci dengan akuades. Arang yang terbentuk diovenkan pada suhu 100-105 0 C, lalu didinginkan dalam desikator dan diayak dengan ayakan 80 mesh. JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 89

Asam Asetat sebagai Penggumpal Lateks dengan Bahan Pengisi Arang Disediakan lateks sebanyak 4 liter. Lateks kebun disaring dengan saringan 40 mesh untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terikut pada waktu penyadapan. Masingmasing 1 liter lateks dimasukkan kedalam mangkuk penggumpal, untuk mangkuk 1; 1 liter lateks ditambahkan yang ukuran partikelnya 80 mesh sebanyak 42 gram, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit asam asetat sampai ph 4,7; volume asam asetat saat ph 4,7 adalah 20 ml. Perlakuan diatas diulangi dua kali perlakuan. Masing-masing koagulum karet yang terbentuk ditambahkan air secukupnya untuk menutupi permukaan koagulum tersebut, kemudian didiamkan selama satu malam. Selanjutnya masing-masing koagulum digiling dengan alat creper sebanyak sembilan kali gilingan dan diovenkan pada suhu 110 0 C selama tiga setengah jam sehingga menghasilkan karet yang kering. Setelah itu masing-masing koagulum karet yang sudah kering digiling dengan alat lab mill sebanyak enam kali. Karet kering yang dihasilkan diuji mutu karetnya sesuai dengan ketentuan standard Indonesian rubber (SIR). Penetapan Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks (Kartowardoyo, 1980). Ditimbang sekitar 25 gram karet yang sudah dikeringkan, lalu digiling dengan gilingan laboratorium sebanyak tiga kali dengan ketebalan antara 1,6-1,8 mm. Lembaran karet tersebut dilipat dua, ditekan perlahan-lahan dengan telapak tangan sehingga mempunyai ketebalan 3,3-3,6 mm. Kemudian lembaran karet tersebut dipotong dengan alat Wallace punch sebanyak enam buah potongan uji dengan diameter 13 mm. Untuk pengukuran plastisitas awal diambil potongan uji (1), sedangkan potongan uji (2) untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan. Potongan uji harus mempunyai ketebalan antara 3,2-3,6 mm (ketelitian 0,01 mm) dengan garis tengah 1,3 mm. Diletakkan potongan uji (2) untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan diatas baki dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 140 0 C selama 30 menit. Lalu dikeluarkan kemudian didinginkan sampai suhu kamar. Sementara potongan uji (1) sebanyak tiga buah diletakkan satu persatu diantara dua lembar kertas sigaret TST yang berukuran 35 mm x 45 mm selanjutnya diletakkan di atas piringan plastimeter lalu piringan plastimeter tersebut ditutup. Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak ke atas selama 15 detik dan menekan piringan atas. Dilanjutkan sampai ketukan kedua berakhir yang ditandai dengan angka jarum mikrometer berhenti bergerak pada nilai plastisitas karet. Sedangkan potongan uji (2) setelah pengusangan tadi diukur dengan cara yang sama. Tiga potongan uji dari setiap contoh diambil angka rataratanya dan dibulatkan. Nilai plastisitas retensi indeks (PRI) dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut: Dimana : Pa = Plastisitas setelah pengusangan Po = Plastisitas sebelum pengusangan Pengujian Viskositas Money (Subramaniam, 1984). Sebelum pengukuran dilakukan, alat viskosimeter terlebih dahulu dipanaskan selama satu jam. Masing-masing lembaran contoh karet diambil 2 buah potongan uji dengan menggunakan alat Wallace punch sehingga ukuran diameternya sama dengan ukuran diameter rotor. Ditusukkan rotor ke contoh karet pertama yang telah diberi lubang dengan gunting. Contoh kedua diletakkan tepat di atas rotor lalu dimasukkan bersama- JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 90

sama ke stator bawah. Ditutup stator atas dan setelah tertutup stopwatch dihidupkan. Setelah tepat satu menit, dijalankan rotor. Nilai viskositas dibaca dengan alat penunjuk. Angka yang ditunjukkan jarum mikrometer setelah menit keempat adalah nilai viskositas karet. HASIL DAN PEMBAHASAN Plastisitas awal adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya, yang ditentukan dengan alat Wallace plastimeter. Karet yang mempunyai plastisitas awal tinggi, mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap oksidasi, sedangkan yang mempunyai plastisitas awal rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak (Honggokusumo, 1994). Hasil plastisitas awal (Po) karet dengan penggumpal asam asetat dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Hasil plastisitas awal (Po) karet dengan penggumpal asam asetat dan asam formiat. Perlaku Plastisitas awal Plastisitas awal an Asam formiat (%) asam asetat (%) rata 42 gram 46 45 45,5 49 48 48,5 Dari Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa lateks menghasilkan nilai plastisitas awal yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lateks yang digumpalkan dengan asam formiat. Hal ini berarti dengan penambahan asam asetat menyebabkan logam dan zat-zat pengotor yang terdapat pada lateks berkurang pada waktu penggumpalan, sehingga nilai plastisitas awal karet yang dihasilkan tinggi, dan mutunya lebih baik (Nelteresia 1999). Plastisitas retensi Indeks (PRI) Nilai plastisitas Retensi indeks adalah suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan atau oksidasi pada suhu tinggi. Faktor utama yang berpengaruh terhadap nilai plastisitas retensi indeks adalah zat peroksidan (logam-logam yang berasal dari lateks) dan zatzat anti oksidan (protein, dan senyawa lain yang terabsorpsi pada karet) (Budiman 1983). Hasil plastisitas retensi indeks (PRI) karet dengan penggumpal asam asetat dan asam formiat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Plastisitas Retensi Indeks Karet dengan Penggumpal Asam Asetat dan Asam formiat Perlak uan 42 gram Nilai Plastisitas Retensi Indeks (PRI) Asam asetat (%) Nilai Plastisitas Retensi Indeks (PRI) Asam Formiat (%) rata 82 84 83 81 80 80,5 Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa lateks yang digumpalkan dengan asam asetat menghasilkan nilai plastisitas retensi indeks yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lateks yang digumpalkan dengan asam formiat. Hal ini berarti lateks yang digumpalkan dengan asam asetat mempunyai ketahanan terhadap pegusangan atau oksidasi pada suhu tinggi yang lebih baik bila dengan asam formiat sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih baik (Budiman, 1983). Viskositas Mooney Viskositas karet mentah dinyatakan sebagai viskositas mooney, yang menunjukkan panjangnya rantai molekul, berat molekul, dan derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Jika nilai viskositas tinggi berarti karet keras sehingga mutu karet yang dihasilkan tinggi sebaliknya jika nilai viskositas rendah berarti karet lunak sehingga mutu karet yang JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 91

dihasilkan turun (Subramaniam, 1984). Hasil Viskositas Mooney dengan penggumpal asam asetat dan asam formiat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Viskositas Mooney karet dengan penggumpal Asam Asetat dan asam formiat. Perlakuan 42 gram Nilai Viskositas Mooney asam asetat(%) rata Nilai Viskositas Mooney asam formiat (%) rata 77 78 77,5 76 76 76 Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa lateks menghasilkan nilai viskositas mooney yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lateks yang digumpalkan dengan asam formiat, karena dengan penambahan penggumpal asam asetat, maka kandungan senyawa bukan karet yang berfungsi sebagai katalis pembentuk ikatan silang terlarut dalam fase serum, sehingga karet yang dihasilkan keras dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gesekan bila dibandingkan dengan lateks yang digumpalkan dengan asam formiat (Lim, 1989). Kadar Abu Hasil kadar abu karet dengan penggumpal asam asetat dan asam formiat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kadar abu karet dengan penggumpal asam asetat dan asam formiat Perlaku an Kadar abu asam asetat(%) Kadar abu asam formiat (%) 42 gram 0,44 0,42 0,43 0,46 0,44 0,45 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa lateks menghasilkan kadar abu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan asam formiat, karena dengan penggumpal asam asetat menyebabkan ion logam dan anion anorganik lebih mudah keluar dari fase karet dan larut (terabsorpsi) dalam serum sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih baik bila dengan asam formiat (Sanir, 1997). Penutup Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa lateks menghasilkan mutu karet yang lebih baik bila dengan asam formiat. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lempung (kaolin) sebagai bahan pengisi lateks yang digumpalkan dengan asam asetat lalu hasilnya dibandingkan dengan bahan pengisi sehingga kita akan mengetahui mana yang lebih baik digunakan sebagai bahan pengisi supaya mutu karet yang dihasilkan lebih baik. Daftar Pustaka Anna. H. M. 2003. Pemanfaatan Arang Cangkang Kemiri dan Arang Aktif Cangkang Kemiri Untuk Menyerap Logam Krom dengan spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi Jurusan Kimia, FMIPA USU. Budiman S. 1983. Rencana Perbaikan Pengolahan Karet Rakyat Dalam Perbaikan Mutu Ekspor, Kelompok teknologi pengolahan hasil pusat penelitian perkebunan sungai putih Haradi B. 1982. Usaha Perbaikan Mutu Bahan Olah Karet. Direktorat Jendral Perkebunan JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 92

Honggokusumo S. 1994. Permintaan Konsumen Mengenai Spesifikasi SIR, Warta Perkaretan, Vol.3 Kartowardoyo S. 1980. Penggunaan Wallace Plastimeter untuk penentuan karakteristik-karakteristik Pematangan karet alam. UGM. Yogyakarta Lim HS. 1989. Processing of Viscosity Stabilised Natural Rubber. Divisi American Chemistry Society, Detroid Michigan. Nelteresia. 1999. Pemanfaatan Destilat Limbah Cair Kakao Sebagai Penggumpal Lateks, Skripsi Jurusan Kimia FMIPA USU. Ompusunggu, M. 1995. Pengetahuan Umum Lateks. Balai Penelitian Perkebunan Sei Putih Sanir, I. 1997. Kimia Organik II, Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Akademi Kimia Analis. Bogor Soewarti 1995. Pengaruh Arang dan ph terhadap Lateks Kebun dengan sifat Karet yang diperoleh. Menara Perkebunan Vol. 43 Subramaniam. A. 1984. Mooney Viscocity of Raw Natural Rubber. Rubber Research Institute Malaysia JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 93