BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter atau pasien dengan rumah sakit. Ketiganya merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

HAMBATAN PELAKSANAAN PENYELESAIAN MALPRAKTIK MEDIK ANTARA HEALTH CARE PROVIDER

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

IMPLEMENTASI SURAT IZIN PRAKTIK TERHADAP DOKTER DALAM MELAKUKAN PRAKTIK KESEHATAN DI RS. BHAKTI RAHAYU

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Penyelesaian Secara Mediasi Merupakan Pilihan Terbaik Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa dari para dokter. Dokter merupakan tenaga medis yang menjadi pusat

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

Oleh : A.A. Ngurah Jaya Wikrama A.A Gede Duwira Hadi Santosa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lain yang diperlukan. orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. optimal oleh sarana kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dalam kaitannya dengan

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Kekecewaan pasien terhadap perilaku dokter seringkali terjadi

Best practice dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB III PENUTUP. mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN SELAKU KONSUMEN JASA PELAYANAN KESEHATAN YANG MENGALAMI MALPRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

III. METODE PENELITIAN. penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pemberian pelayanan kesehatan oleh dokter dan/atau. perawat, bidan, apoteker dan/atau rumah sakit kepada

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS 1 Oleh : Michel Daniel Mangkey 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI HUKUM CLINICAL PRIVILEGE SEBAGAI UPAYA PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum menurut Soerjono Soekanto, 1 merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

IMPLIKASI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA MEDIS DI LUAR PENGADILAN TESIS

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

BAB I PENDAHULUAN. Justru yang utama dan mendasar ada di dalam Undang Undang Praktek. kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam undang-undang praktek

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

III. METODE PENELITIAN. maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah. yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Penyusunan skripsi ini yang berjudul Tindakan Amerika Serikat dalam

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

Oleh Helios Tri Buana

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, diperlukan merupakan suatu usaha yang mana. maupun non-fisik. Dalam rangka mencapai hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif

III. METODE PENELITIAN. skripsi ini dan pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

PEMBATALAN SANKSI DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHAULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan Yuridis Normatif (library Research)

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak. memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan Pasal 34 ayat

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum.

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi

JURNAL ILMIAH. Oleh : SITI KEMALA ROHIMA D1A

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian dibutuhkan metode ilmiah yang merupakan suatu cara

III. METODE PENELITIAN. dalam mengolah dan menyimpulkan serta memecahkan suatu masalah.

III. METODE PENELITIAN. data yang dapat memecahkan suatu permasalahan. 33 Penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kebal hukum berdasarkan doctrin of charitable Immunity sebab menghukum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sengketa dalam layanan kesehatan dapat terjadi antara pasien dengan dokter atau pasien dengan rumah sakit. Ketiganya merupakan subyek hukum yang memiliki keterikatan dalam pemeliharaan kesehatan berupa adanya hubungan medis maupun hubungan hukum 1. Pada praktiknya, pelayanan kesehatan yang diberikan dokter bersifat upaya demi keberhasilan dalam tindakan medisnya 2. Akan tetapi, ketidakpuasan pasien terhadap tindakan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian upaya kesehatan tersebut dapat mencetuskan sengketa medis 3. Kegagalan dokter dalam upaya medisnya, dimana pasien tidak mendapatkan kesembuhan atau bahkan meninggal, maka pasien menganggap bahwa dokter tidak memenuhi prestasinya 4. Ketidakpuasan ini dapat membawa pasien melaporkan dugaan tindak pidana ke polisi. Menurut data LBH Kesehatan Jakarta, pada periode pelaporan 2004-2008 terdapat 98 kasus dugaan pidana yang ditangani kepolisian, 90 kasus di antaranya ditangani oleh pihak kepolisian 1 2 3 4 Wila Chandrawila Supriadi, 2001, Hukum Kedokteran, Bandung : Mandar Maju, hal. 1 Sofwan Dahlan, 2000, Hukum Kesehatan Rambu-Rambu bagi Profesi Dokter, Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro, hal.33 Wila Chandrawila Supriadi. Op. Cit., hal. 12 Bahder Johan Nasution, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta : PT. Rineka Cipta, hal.32-35 1

di Jakarta, yaitu oleh Polda Metro Jaya (87 kasus), Polres Metro Jakarta Timur (2 kasus), dan Polres Jakarta Pusat (1 kasus) 5. Kasus dr.dewa Ayu Sasiary Prawani memperlihatkan kasus dugaan tindak pidana yang tidak terbukti sebagai perbuatan pidana 6. Akan tetapi, proses yang telah berlangsung hampir 4 tahun, dan telah mengeluarkan energi dan biaya yang tidak sedikit, menghasilkan ketidakadilan bagi kedua pihak. Di satu sisi, kelalaian dokter sejatinya perlu ditelaah terlebih dahulu oleh MKEK atau MKDKI untuk ditentukan ada tidaknya unsur pelanggaran etik atau disiplin 7. Di Indonesia, sejak 2006 hingga 2012 didapatkan 182 kasus yang dilaporkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia 8. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kertahusada (2015), dari 136 kasus yang diproses lebih lanjut, 55.1% kasus terbukti melanggar disiplin kedokteran 9. Namun, masyarakat perlu memahami bahwa pelanggaran disiplin belum tentu suatu tindak pidana sehingga tidak serta merta membawa permasalahan ke jalur hukum. 5 6 7 8 9 http://www.antaranews.com/berita/119493/kasus-pidana-kesehatan-terbanyak-dijakarta Putusan Mahkamah Agung Nomor 79 PK/PID/2013 IDI Wilayah Jawa Tengah, 2008, Pemahaman Etik Medikolegal: Pedoman bagi Profesi Dokter, Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro. Hal.5 https://nasional.tempo.co/read/news/2013/03/25/058469172/sampai-akhir-2012- terjadi-182-kasus-malpraktik Anwari H Kertahusada, 2015, Pelanggaran Etika Kedokteran, Disiplin Kedokteran, Hukum, Malpraktik Kedokteran. Disertasi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2

Penyelesaian perkara melalui jalur litigasi seringkali terkendala berbagai alasan. Studi yang dilakukan oleh Studdert 10, dengan mengevaluasi penyelesaian kasus malpraktik melalui jalur hukum di pengadilan Amerika didapatkan bahwa rata-rata waktu penyelesaian kasus adalah lima tahun. Proses persidangan dan pembuktian dalam penyelesaian kasus yang lama ini menimbulkan ketidakpastian baik bagi penggugat maupun terdakwa terkait keputusan pengadilan. Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan peranan penyelesaian melalui jalur di luar pengadilan dalam sengketa medis, dimana Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. Pada peraturan ini dengan jelas peranan mediasi dalam penyelesaian sengketa medis, terutama di luar pengadilan dengan mengesampingkan penyelesaian melalui jalur hukum. Ditetapkannya Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, praktik peradilan di Indonesia lebih mengedepankan upaya damai antar pihak yang bersengketa. Oleh karena belum optimalnya peraturan tersebut, maka guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan mediasi yang lebih berdayaguna dan mampu meningkatkan keberhasilan mediasi di Pengadilan, 10 David M Studdert, Michelle M Mello, Atul A Gawande, Tejal K Gandhi,dkk. 2006, Claims, Errors, and Compensation Payments in Medical Malpractice Litigation. N Engl J Med;354:2024-33. 3

dikeluarkanlah PERMA Nomor 01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Beberapa perbedaan yang didapatkan pada PERMA Nomor 01 Tahun 2016 yang dapat memberi dampak terhadap penyelesaian sengketa medis diantaranya: (1) adanya pengaturan tentang kesepakatan perdamaian sebagian; (2) aturan tentang ada tidaknya itikad baik para pihak yang bersengketa dan akibat hukumnya; (3) batasan waktu berlangsungnya proses mediasi; (4) keterlibatan ahli dan tokoh masyarakat; serta (5) perdamaian di luar pengadilan yang dapat difasilitasi moderator bersertifikat maupun tidak yang dapat diajukan kesepakatan perdamaian. Kesenjangan inilah yang ingin dikaji lebih jauh terutama terkait penyelesaian sengketa medis antara pasien dan dokter di luar pengadilan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat, terutama para pihak yang bersengketa serta para pihak yang terkait dan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penyelesaian sengketa medis di luar pengadilan. 4

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Mengapa penyelesaian secara mediasi merupakan pilihan terbaik dalam penyelesaian sengketa medis? 2. Bagaimana implikasi berlakunya PERMA Nomor 01 Tahun 2016 terhadap penyelesaian sengketa medis di luar pengadilan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah implikasi PERMA Nomor 01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan terhadap penyelesaian sengketa medis di luar pengadilan. Dengan tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu: 1. Mengetahui mengapa penyelesaian secara mediasi merupakan pilihan terbaik dalam penyelesaian sengketa medis. 2. Mengetahui bagaimanakah implikasi berlakunya PERMA Nomor 01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan terhadap penyelesaian sengketa medis di luar pengadilan. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai penyelesaian sengketa medis dengan jalur non litigasi. 2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, terutama pihak yang mengalami sengketa medis agar dapat menentukan jalur penyelesaian terbaik. b. Bagi tenaga kesehatan dan sarana layanan kesehatan Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dan sarana layanan kesehatan dalam penyelesaian sengketa pelayanan kesehatan dan memanfaatkan kelebihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. c. Bagi pengambil kebijakan Dapat menjadi bahan evaluasi dan penyusunan kebijakan dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam penyelesaian sengketa medis. 6

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif. Untuk mendukung analisa data penelitian ini dilakukan studi dokumen dan wawancara (interview) serta menyertakan materi perundang-undangan, buku-buku literatur, serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian. Pada penelitian ini penulis ingin melihat implikasi suatu peraturan perundang-undangan dengan wawancara sehingga dapat digali pendapat para ahli terkait implikasi dari Peraturan Mahkamah Agung No.01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan terhadap penyelesaian sengketa medis di luar pengadilan. Oleh karena PERMA yang akan dinilai merupakan peraturan baru, maka implikasi yang akan dinilai oleh peneliti lebih menekankan kepada implikasi yang bersifat teoritis atau yuridis. 2. Spesifikasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menggali informasi dengan melakukan penelusuran mendalam melalui wawancara dari berbagai narasumber yang terkait dengan penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran permasalahan di masyarakat. Kemudian dilakukan analisa terhadap berbagai variabel hukum, dan keterkaitan dengan obyek penelitian dan berbagai kondisi yang mengikutinya. 7

3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari proses wawancara dengan narasumber dari Ketua Komite Medis RS Dr.Kariadi, Komite etik dan hukum RS Telogorejo, Polrestabes Semarang, Polda Jateng, Kejaksaan Tinggi Jateng, Pengadilan Negeri Semarang, praktisi hukum kesehatan dan mediator sengketa medis, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan studi dokumen terhadap putusan pengadilan, jurnal ilmiah, buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini untuk memperoleh landasan teoritis yang dapat digunakan untuk menganalisis implikasi atas diberlakukannya PERMA No.01 Tahun 2016 terhadap penyelesaian sengketa di luar pengadilan. a. Bahan Hukum Primer 1) Undang-Undang Dasar 1945; 2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa; 3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran; 4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 5) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 6) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman; 8

7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 8) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien; 9) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan; 10) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 15/kki/per/viii/2006. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan penelitian yang berasal dari hasil karya ilmiah maupun penelitian sebelumnya, termasuk diantaranya: 1) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai. 2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. 3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. c. Bahan Hukum Tersier atau Bahan Hukum Penunjang Bahan hukum yang memberikan informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus hukum, Kamus Kesehatan, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Ensiklopedia. 9

4. Metode Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data primer melalui wawancara dari narasumber maupun institusi yang berwenang menangani kasus-kasus sengketa medis. Narasumber penelitian yaitu: 1. Ketua komite medis Rumah Sakit Dr.Kariadi : dr. Syarif Taufik, Sp.OG(K) 2. Anggota komite etik Rumah Sakit Telogorejo : dr. Wirawan, Sp.S 3. Kepala SPKT Polrestabes Semarang : Kompol. Tumiran 4. Kasubbag Min.Ops DitResKrimUm Polda Jateng : AKBP. Muliyawaty Syam, SIK, MM 5. Hakim Pengadilan Negeri Semarang : Ahmad Dimyati, SH, MH 6. Kepala seksi Tata Usaha Negara : Bambang Wijanarko, SH, MH 7. Praktisi Hukum Kesehatan : dr. Sofwan Dahlan, Sp.F 8. Praktisi Hukum Kesehatan : dr. Rorry Hartono, Sp.F, SH, MH 9. Mediator : Dr.dr. Dedi Afandi, Sp.F Studi kepustakaan dilakukan dengan menelaah buku-buku hukum kesehatan dan mencari artikel penelitian yang telah dipublikasikan baik pada jurnal nasional maupun internasional. Studi dokumen dilakukan dengan mengolah putusan-putusan sidang pengadilan kasus dugaan malpraktik medis yang telas dipublikasikan di website resmi mahkamah agung. 10

5. Metode analisis data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Data wawancara dan studi dokumen yang diperoleh kemudian dievaluasi dan dianalisa sehingga dapat disajikan pada pembahasan sesuai rumusan permasalahan yang disusun pada penelitian ini. Analisa data juga menyertakan peraturan perundangundangan yang terkait, dan hasil studi dari penelitian sebelumnya sehingga didapatkan konstruksi kalimat yang logis serta pembahasan yang sistematis. 11