HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN Penelitian pada pasien glaukoma di Rumah Sakit Dr.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

DAFTAR PUSTAKA. 1. World Health Organization. GLOBAL DATA ON VISUAL IMPAIRMENTS :3.

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGETAHUAN DOKTER UMUM MENGENAI PENYAKIT GLAUKOMA ARTIKEL HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

DAFTAR PUSTAKA. 1. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN : Situasi Gangguan Penglihatan dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA SIKAP DAN PERILAKU DOKTER UMUM TERHADAP PENYAKIT GLAUKOMA ARTIKEL ILMIAH KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

: BAYU SETIAWAN J

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

BPJS PARTICIPANTS KNOWLEDGE ABOUT THE FLOW OF OUTPATIENT SERVICES PROCEDURES AT Dr. KARIADI HOSPITAL IN SEMARANG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PAUD DENGAN KEIKUTSERTAAN ANAK PADA PAUD DI DESA KARANGBANGUN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Hubungan Antar Dukungan Suami Dengan Sikap Istri Pada Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Menggunakan Tes IVA Di Puskesmas Jaten II

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

PENGARUH PAPARAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SISWA SMA DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DEMAM BERDARAH DAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS NGORESAN KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : AZMEILIA SYAFITRI LUBIS. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG NAPZA DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA SISWA SMA NEGERI 3 SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

Putri Zahrah Adelia, Harlina Nurtjahjanti. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ADIGAMA PRIAMAS F G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MASYARAKAT UNTUK MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN MATA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN ANTENATAL CARE BIDAN DENGAN KEPUASAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS SANGKRAH TAHUN 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI Rifqi Aziz Fauzian 1, Fifin Luthfia Rahmi 2, Trilaksana Nugroho 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar kedua setelah katarak. Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversible. Perilaku dan kesadaran masyarakat memiliki peran penting dalam pencegahan kebutaan akibat glaukoma dan membantu tenaga kesehatan mata dalam melakukan deteksi dan penanganan dini. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku masyarakat terhadap penyakit glaukoma dalam upaya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mata. Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi crossectional. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dengan panduan daftar pertanyaan tertutup. Kemudian dilanjutkan dengan in-depth interview dengan panduan daftar pertanyaan terbuka. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas data Saphiro Wilk dan uji korelasi spearman. Hasil Didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku (p = 0,003). Kuat hubungan secara statistik antar variabel termasuk kategori sedang (0,4 - <0,6), dan arah korelasinya positif yang artinya semakin tinggi variabel bebas, berdampak pada semakin tinggi variabel terikat. Kesimpulan Ada hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai glaukoma dengan perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mata Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Perilaku memeriksakan diri, Glaukoma ABSTRACT RELATIONSHIP LEVEL OF KNOWLEDGE WITH CHECK-UP BEHAVIOUR TO HEALTH SERVICE : RESEARCH TO THE PATIENTS WITH GLAUCOMA AT RS DR.KARIADI Background Glaucoma is the second largest cause of blindness after cataract. The blindness caused by glaucoma is irreversible. Behavioral and public awareness has an important role in the prevention of blindness caused by glaucoma and helping eye health workers in making early detection and treatment. Aim This study aims to determine the relationship between the respondent s knowledge level about glaucoma with their behavior toward glaucoma and the awareness in doing checkup regularly to the eye health services. Methods This research is using an analytic observasional with cross sectional study approach. First, the data were collected through interviews with a guide list of closed questions and afterwards the interviewers proceeded with in-depth interviews with a guide list 1634

of open questions. Statistical tests performed are Shapiro Wilk normality test and Spearman correlation test. Result There is a significant relationship between knowledge and behavior ( p = 0.003 ). The statistical relation strength between variables is in the medium category ( 0.4 - < 0.6 ), and the direction of the correlation is positive, which means the dependent variables increased when independent variable increased. Conclusion There is a relationship between the respondent s knowledge level about glaucoma with their behavior toward glaucoma and the awareness in doing check-up regularly to the eye health services. PENDAHULUAN Kebutaan dan gangguan penglihatan masih merupakan masalah kesehatan di dunia. 1 Berdasarkan Global Data on Visual Impairment 2010, World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2 Kebutaan dapat terjadi oleh karena beberapa sebab, salah satu penyebabnya adalah glaukoma. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar kedua setelah katarak. 2,3 Jika dibandingkan dengan angka kebutaan akibat katarak, angka kebutaan akibat glaukoma lebih kecil, namun kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversible, sehingga menyebabkan permasalahan yang lebih besar dibandingkan dengan katarak. 3 Permasalahan kebutaan akibat glaukoma yang bersifat irreversible perlu perlu dicegah dengan deteksi dini dan penanganan secara efektif. 4 Perilaku dan kesadaran masyarakat dalam memperoleh bantuan kesehatan mata memiliki peran penting dalam pencegahan kebutaan akibat glaukoma dalam upaya deteksi dini dan penanganan efektif kebutaan akibat glaukoma. Munculnya sebuah perilaku dilatarbelakangi oleh sebuah stimulus yang menghasilkan inner drive atau dorongan dari dalam, untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan individu dalam menghadapi lingkungannya. 6 Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mata. METODE PENELITIAN Peneletian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang diambil adalah data primer yang didapatkan melalui wawancara dengan responden dengan panduan daftar pertanyaan tertutup. Kemudian dilanjutkan dengan 1635

in-dept interview dengan panduan daftar pertanyaan terbuka. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus sampel : Didapatkan jumhlah sampel minimal pada penelitian ini sebanyak 35 orang. Responden dipilih berdasarkan kedatangan subjek pada tempat penelitian sampai jumlah sampel penelitian terpenuhi (Concecutive sampling). Responden dipilih sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu pasien glaukoma usia 26-65 tahun yang memeriksakan diri ke poli klinik mata RS Dr.Kariadi pada tahun 2016, bersedia menjadi responden penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mengenai penyakit glaukoma. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mata. Tingkat pengetahuan penyakit glaukoma diukur dengan kuesioner dengan jumlah 10 butir pertanyaan tertutup mengenai glaukoma dibagi menjadi kategori baik sedang dan kurang. Perilaku memeriksakan diri ke pelayan kesehatan mata diukur dengan kuesioner dengan jumlah 9 butir pertanyaan tertutup. Dibagi menjadi kategori baik, sedang dan kurang. Dilanjutkan dengan in-dept interview panduan daftar pertanyaan terbuka. Pengujian hipotesis secara kuantitatif pada penelitian ini bertujuan untuk melihat besar hubungan antara pengetahuan mengenai penyakit glaukoma dengan perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mata. Analisis kualitatif juga dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang memengaruhi variabel tergantung pada penelitian ini. Uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji korelasi Spearman. 7 HASIL PENELITIAN Deskripsi Responden Penelitian Usia Tabel 1. Distribusi responden menurut usia Usia (tahun) Frekuensi % 26-35 4 10,5 36-45 3 7,9 46-55 12 31,6 56-65 19 50,0 Jumlah 38 100,0 Proporsi terbesar usia responden adalah pada ketegori usia 46-65 tahun (50%). 1636

Jenis Kelamin Tabel 2. Distribusi responden menurut jenis kelamin Proporsi terbesar jenis kelamin responden adalah perempuan (52,6 %). Pekerjaan Tabel 3. Distribusi responden menurut pekerjaan Pekerjaan Frekuensi % Swasta 6 15,8 Wiraswasta 4 10,5 TNI/POLRI 1 2,6 Guru 0 0 Lain-lain 25 65,8 Jumlah 38 100,0 Proporsi pekerjaan responden terbesar adalah lain-lain (ibu rumah tangga atau pensiunan) (65,8%). Tingkat Pendidikan Tabel 4. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi % Tinggi 10 26,3 Menengah 17 44,7 Rendah 11 28,9 Proporsi tingkat pendidikan terbesar adalah tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA) (44,7%). Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki 18 47,4 Perempuan 20 52,6 1637

Sumber Informasi Kesehatan Mata Tabel 5. Sumber Informasi Kesehatan Mata Sumber Informasi Kesehatan Mata Frekuensi % Petugas Kesehatan 33 86,8 Media cetak 1 2,6 Internet 4 10,5 Proporsi terbesar sumber informasi kesehatan mata yang didapat oleh responden adalah dari petugas kesehatan (86,8 %). Tingkat Pengetahuan Mengenai Glaukoma Tabel 6. Tingkat pengetahuan mengenai glaukoma Tingkat Pengetahuan Frekuensi % Baik 16 42,1 Sedang 19 50,0 Kurang 3 7,9 Proporsi terbesar tingkat pengetahuan pada kategori sedang (50,0%). Perilaku Memeriksakan Diri ke Pelayanan Kesehatan Tabel 7. Perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan Perilaku Frekuensi % Baik 29 76,3 Sedang 9 23,7 Kurang 0 0 Proporsi perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan termasuk dalam kategori mempunyai perilaku baik (76,3%). Hasil Analisis Kuantitatif Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penyakit glaukoma dengan perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (p = 0,003). Didapatkan pula kekuatan hubungan secara statistik kategori sedang dengan nilai signifikansi sebesar 0,467. 1638

Pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan, diantaranya tingkat pendidikan, paparan media massa, hubungan sosial atau pekerjaan, pengalaman dan usia tidak diapatkan hubungan yang bermakna (Tingkat pendidikan p = 0,092 ; Paparan media massa p = 0,360 ; Pekerjaan p = 0,880 ; Pengalaman p = 0,640 ; Usia p = 0,611). 9 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menjawab hipotesis bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit glaukoma dengan perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Seperti halnya pada penelitian serupa yang dilakukan Santoso, yang mencari hubungan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat terhadap vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku. 10 Hasil penelitian tersebut mendukung hipotesis dari penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan teori pembentukan perilaku, bahwa munculnya sebuah perilaku dilatarbelakangi oleh stimulus. Stimulus tersebut menghasilkan respon yang muncul dari dalam diri individu sebagai inner drive atau dorongan dari dalam. Inner drive digunakan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam menghadapi lingkungan yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan salah satu stimulus dalam pembentukan perilaku tersebut. 6 Mayoritas responden mendapatkan informasi mengenai penyakit glaukoma hanya dari petugas pelayanan kesehatan (86,8%). Responden yang mendapatkan informasi hanya dari petugas kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang beragam, mulai dari baik sampai kurang. Responden yang mendapatkan informasi tambahan dari media internet dan media cetak, cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang mendapat informasi hanya dari petugas kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa media informasi memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat. Mayoritas responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sampai baik (92,1%) cenderung akan langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan ketika mengalami gangguan penglihatan (65,8%). Namun dari sekian banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sampai baik, ada pula responden yang tidak langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan atau tidak melanjutkan pengobatan secara rutin (34,20%). Di samping itu, dari sekian banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sampai kurang (57,9%), ada yang memiliki perilaku baik dalam upaya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan atau rutin berobat ketika mengalami gangguan penglihatan (18, 4%). 1639

Setelah dilakukan wawancara mendalam, didapatkan fakta bahwa selain pengetahuan, ditemukan faktor-faktor lain yang memengaruhi baik atau buruknya perilaku responden dalam upaya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Responden yang tidak langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan beralasan takut untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (15%). Ada pula responden menganggap penyakit yang dialaminya adalah penyakit biasa atau karena penuaan (8%). Responden ingin mencoba pengobatan alternatif karena takut dengan tindakan medis atau operasi (39%). Responden memiliki keterbatasan biaya untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan atau melakukan pengobatan secara rutin (23%). Responden memiliki keterbatasan akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai (15%), baik dari segi lokasi atau transportasi. Sehingga responden tidak langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan ketika mengalami gangguan penglihatan. Di samping itu, Ada pula responden yang sebelumnya pernah mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan mata, seperti mata minus dan katarak (71,4%). Sehingga responden sudah terbiasa memeriksakan diri secara rutin ke pelayanan kesehatan mata. Ada pula, responden yang memiliki rasa takut ketika mengalami gangguan penglihatan karena mengganggu kualitas hidup atau pekerjaannya (28,5%), rata-rata yang mengungkapkan alasan tersebut adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki. Sehingga responden langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan ketika mengalami gangguan penglihatan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku terhadap penyakit glaukoma dalam upaya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Saran Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyakit glaukoma, terutama sosialisasi mengenai gejala, faktor risiko, penanganan dan dampak yang diakibatkan glaukoma apabila tidak ditangani dengan baik. Selain itu perlu diadakan optimalisasi media informasi dalam rangka sosialisasi glaukoma kepada masyarakat. Sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melakukan pencegahan kebutaan akibat glaukoma. 1640

Peneliti menyarankan untuk menambah jumlah dan karakteristik responden pada penelitian selanjutnya, sehingga hasil yang didapatkan lebih beragam dan representatif. Peneliti juga menyadari adanya keterbatasan waktu dan tempat sehingga dalam pelaksanaan in-dept interview, penggalian informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perilaku memeriksakan diri dirasa kurang mendalam. Peneliti menyarankan untuk diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, serta dilakukan pembahasan yang lebih mendalam. Peneliti juga menyarankan agar dalam penelitian selanjutnya, kondisi responden harus dipersiapkan dengan baik sehingga pengukuran perilaku dapat dilakukan lebih baik dan benar-benar mencerminkan perilaku yang sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. GLOBAL DATA ON VISUAL IMPAIRMENTS 2010. 2010:3. 2. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN : Situasi Gangguan Penglihatan Dan Kebutaan. Jakarta; 2014:4. 3. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN : Situasi Dan Analisis Glaukoma. Jakarta; 2015. 4. Agustina VL. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Sikap dan Perilaku Dokter Umum terhadap Glaukoma. 2010:2. 5. Purnamaningrum A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Masyarakat untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata. 2010:1-17. 6. Budioro B. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Undip; 1998:25-60. 7. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Edisi Ke-5. Jakarta: Sagung Seto; 2014: 109-112. 8. Soekidjo N. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010:165-169. 9. Sopiyudin M. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2014:224. 10. Santoso. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. 2008;7:793. 1641