LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 4 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2000 T E N T A N G

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN : 1996 SERI : B.5.

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 4 TAHUN 2000 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2000 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

ERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERGUDANGAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR :11 TAHUN: 1999 SERI: B.11.

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 15 TAHUN 1997 SERI B.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2000 SERI B NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 27 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DAN IJIN TEMPAT USAHA

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PENYEDIAAN TANAH UNTUK PEMAKAMAN UMUM OLEH PERUSAHAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 21 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 21 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TEMPAT TINGGAL DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG IZIN LAYAK HUNI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL (IUJKN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBERIAN IZIN UNDIAN (PROMOSI PRODUK BARANG/JASA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Bongkar Muat Barang.

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 3 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 5 TAHUN 2000 IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KETENTUAN IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 8 TAHUN 1996 T E N T A N G IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 19 Tahun : 2005 Serie : C Nomor : 4 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G SALINAN NOMOR : 4 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2000 T E N T A N G IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan termasuk klasifikasi retribusi perijinan tertentu yang menjadi Kewenangan Daerah; b. bahwa untuk mencapai maksud tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Ijin Mendirikan Bangunan. Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 2. Undang - undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Accra Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3237); 4. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3318); 5. Undang-undang Nomor 4 Tatum 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lemabaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 7. Undang - undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); 8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

9. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721); 13. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1983 tentang Penanganan khusus Penataan Ruang dan Penertiban Serta Pengendalian Pembangunan; 14. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung Nomor VII Tahun 1985 tentang Penunjukkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Tahun 1985 Nomor 5 Seri C); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung Nomor 5 Tahun 1992 tentang Ijin Pemanfaatan Tanah di Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Tahun 1992, Nomor 2 Seri C); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung Nomor 20 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan dan Teknis Penyususnan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 35 Seri D); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bandung, 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 3. Bupati Adalah Bupati Bandung

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah; 5. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Bandung; 6. Bangunan adalah sesuatu yang didirikan dan atau diletakan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan atau perairan secara tetap; 7. Bangunan pokok adalah bangunan yang mempunyai fungsi dominan dalam satu persil; 8. Bangunan pelengkap adalah bangunan yang mempunyai fungsi sebagai penunjang dari bangunan pokok; 9. Mendirikan Bangunan adalah setiap kegiatan mendirikan, membuat/merubah, memperbaharui/memperbaiki, menambah/memperluas bangunan; 10. Perusahaan adalah Badan Hukum atau perseorangan yang melakukan kegiatan usaha secara teratur dalam suatu kegiatan usaha tertentu untuk mencari keuntungan; 11. Industri adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan baku menjadi bahan jadi; 12. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang berada dalam kawasan industri dan di luar kawasan industri tetapi di dalam RUTR yang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN/Penanaman Modal Asing PMA maupun Non Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN)/Penanam Modal Asing (PMA); 13. Ijin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut IMB adalah Ijin yang diterbitkan oleh Bupati untuk Mendirikan Bangunan; 14. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah jarak bebas minimum dari bidang terluar dari suatu masa bangunan; 15. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran Ijin Mendirikan Bangunan untuk kepentingan orang pribadi atau Badan Hukum pada setiap penerbitan Surat Ijin Mendirikan Bangunan, yang besarnya ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah ini; 16. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang menurut Peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi; 17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; 18. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Bandung. B A B II OBYEK DAN SUBYEK Pasal 2 (1) Obyek IMB adalah setiap bangunan yang ada di Daerah; (2) Subyek IMB adalah perorangan dan atau Badan Hukum yang mendirikan bangunan di Daerah.

Pasal 3 Setiap orang atau Badan Hukum yang akan mendirikan bangunan wajib mengajukan permohonan IMB secara tertulis kepada Bupati. Pasal 4 IMB dapat diberikan kepada perorangan atau Badan Hukum setelah memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Daerah B A B III PERSYARATAN, PEMBERIAN DAN PENGECUALIAN IMB Bagian Pertama Persyaratan Pasal 5 Permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 3 Peraturan Daerah ini, diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut : 1. Rekaman/photo copy KTP atau bukti dan penandatanganan permohonan; 2. Rekaman/photo copy Akta Pendirian bagi perusahaan yang berstatus Badan Hukum/Badan Usaha atau rekaman/photo copy Anggaran Dasar yang sudah ditetapkan bagi Koperasi; 3. Surat Kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri; 4. Rekaman/photo copy Sertifikat hak atas tanah atau bukti perolehan tanah; 5. Surat pernyataan pemohon tentang kesanggupan mematuhi persyaratanpersyaratan teknis bangunan dengan pedoman teknis sesuai ketentuan yang berlaku; 6. Rekaman/photo copy rencana tata bangunan prasaran kawasan industri yang disetujui oleh Bupati dengan menunjuk kapling untuk bangunan yang bersangkutan bagi perusahaan industri yang berlokasi di dalam kawasan industri dan di luar kawasan industri; 7. Gambar konstruksi bangunan; 8. Perhitungan konsrtuksi bangunan bagi bangunan bertingkat/industri; 9. Rekaman AMDAL bagi Industri yang wajib AMDAL; 10. Rekaman photo/copy ijin tetangga bagi bangunan non industri dan rumah tinggal bertingkat; 11. Rekaman/photo copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) lunas tahun terakhir. Bagian Kedua Pemberian IMB Pasal 6 (1) Bupati Cq. Dinas mengadakan penelitian kelengkapan persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan Daerah ini;

(2) Jika telah memenuhi persyaratan, lengkap dan benar, permohonan diterima dan diberikan tanda bukti penerimaan dan ditetapkannya besarnya retribusi yang harus dibayar; (3) Dalam hal pemohon tidak dapat melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) Pasal ini, maka Bupati Cq. Dinas membuat Surat Penolakan dengan mencantumkan alasan-alasannya; (4) Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud Ayat (2) Pasal ini Pemohon membayar retribusi; (5) IMB diterbitkan setelah pemohon melunasi retribusi sebagaimana dimaksud Ayat (4) Pasal ini; (6) Jangka waktu penerbitan IMB oleh Bupati Cq. Dinas ditetapkan selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja setelah permohonan diterima; (7) Pemohon IMB baru dapat melaksanakan pembangunan fisik. Pasal 7 Tata Cara pengajuan dan Pemberian IMB secara teknis diatur lebih lanjut oleh Bupati sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8 Setiap perencanaan dan pelaksanaan pendirian bangunan selain harus memenuhi ketentuan teknis dan planologis yang berlaku, juga mempertimbangkan keselamatan keserasian bangunan dan lingkungan bark dari segi arsitektur, konstruksi, instalasi dan perlengkapan bangunan termasuk keamanan dalam pencegahan penanggulangan kebakaran sesuai dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Pasal 9 Apabila terjadi sengketa yang ada hubungannya dengan persyratan IMB dan atau penggunaan bangunan, penyelesaian permohonan IMB dimaksud dapat ditangguhkan sampai ada penyelesaian sengketa. Pasal 10 (1) Bupati dapat membatalkan IMB yang telah diterbitkan apabila kemudian terdapat pelanggaran atas ketentuan teknis dalam membangun dan atau penetapan ijin diberikan atas keterangan yang tidak sebenarnya: (2) Surat pemberitahuan pembatalan IMB, disampaikan secara tertulis kepada pemegang ijin disertai alasan; (3) Pemegang ijin diberi kesempatan untuk mengemukakan keberatan disertai alasan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari tanggal surat pemberitahuan; (4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud Ayat (3) Pasal ini tidak dapat diterima, Bupati membatalkan IMB yang telah diterbitkan.

Bagian Ketiga Pengecualian IMB Pasal 11 Dikecualikan dari kewajiban memiliki IMB adalah : (1) Fasilitas TNI/POLRI dan Pemerintah yang bersifat rahasia; (2) Bangunan-bangunan darurat untuk kepentingan yang bersifat sementara tidak lebih dari 100 (seratus) hari: (3) Bangunan jalan dan bangunan air yang dibiayai dan dilaksanakan oleh Pemerintah kecuali yang bersifat usaha; B A B IV MASA BERLAKU IJIN Pasal 12 IMB berlaku sejak tanggal dikeluarkan dan selama bangunan itu berdiri serta tidak ada perbuahan bentuk/fungsi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 13 (1) Setiap terjadi perubahan bentuk dan fungsi bangunan pemohon diwajibkan mengajukan perubahan IMB kepada Bupati Cq. Bupati; (2) IMB dinyatakan tidak berlaku apabila 1 (satu) tahun sejak diterbitkan, pembangunan tidak dilaksanakan; (3) Apabila pemohon akan melaksanakan pembangunan setetah jangka waktu sebagaimana dimaksud Ayat (2) Pasal ini maka pemohon wajib mengajukan IMB baru yang retribusinya sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Ayat (1) sampai batas waktu 5 (lima) tahun. B A B V RETRIBUSI DAN TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI Bagian Pertama Retribusi Pasal 14 (1) Untuk setiap penerbitan IMB dikenakan retribusi; (2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal ini ditetapkan menurut ketentuan sebagai berikut : a. Bangunan Rumah Tinggal Hunian : 1. Untuk bangunan Semi Permanen adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 0,2%; 2. Untuk bangunan Permanen (RSS) adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 0,2%; 3. Untuk bangunan Permanen (RS) adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 0,5%; 4. Untuk bangunan Permanen (RE) adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 0,5% ;

5. Untuk bangunan permanen (villa) adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 0,5%. b. Bangunan Perusahaan/Perusahaan Industri dan bangunan penunjang : 1. Untuk bangunan Semi Permanen adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 1%; 2. Untuk bangunan Permanen I adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 1%; 3. Untuk bangunan Permanen II adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pokok x 1%. c. Bangunan Pemerintah ditetapkan sesuai dengan ketentuan Ayat (2) butir a Pasal ini. d. Bangunan Pelengkap : 1. Untuk membuat/memperbaharui Gorong-gorong dengan ukuran 0<50 cm dan 0>50 cm adalah tiap meter panjang x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% : 2. Untuk membuat/memperbaharui benteng tembok (brandmuur barns) adalah tiap meter panjang x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5%; 3. Untuk membuat/memperbaharui pagar besi (tembok)/ram dengan kawat tinggi tidak lebih dari 1,20 m adalah tiap meter panjang x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% ; 4. Untuk membuat/memperbaharui jembatan adalah luas banguan x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% ; 5. Untuk membuat jalan tanah/koral adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% ; 6. Untuk membuat jalan beton/aspal adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5%; 7. Untuk membuat selokan/grappel adalah tiap meter panjang x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% ; 8. Untuk membuat tanki air adalah tiap meter kubik x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% ; 9. Untuk membuat bak/kolam/water treatment adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5% ; 10. Untuk membuat rabat, lantai terbuka, jemuran adalah luas bangunan x tarif harga dasar bangunan pelengkap x 0,5%. e. Untuk bangunan diluar ketentuan Pasal 19 Ayat (2) huruf a, b, c, dan d dihitung sebesar 1% dari Anggaran biaya bangunan pokok dan bangunan pelengkap. Pasal 15 (1) Pada bangunan bertingkat (loteng) besarnya retribusi dikenakan untuk tiap tingkat sebesar 3/4 kali retribusi bangunan pokok lantai satu; (2) Pada bangunan yang mempunyai ketinggian lebih dari 4 m' dikenakan tarif tambahan sebesar 50% untuk tinggi 4 m' berikutnya dari retribusi bangunan pokok lantai satu; (3) Pada bagunan tanpa dinding besarnya retribusi dikenakan 50% dari tarif retribusi bangunan pokok.

Pasal 16 (1) Untuk perombakan/perbaikan ringan pada bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) Pasal 14 dikenakan tarif sebesar 50%; (2) Untuk perombakan/perbaikan berat pada bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) Pasal 14 dikenakan tarif sebesar 70%; (3) Untuk perombakan/perbaikan seluruhnya pada bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) Pasal 14 dikenakan tarif sebesar 90%. Pasal 17 (1) Biaya pengesahan gambar perencanaan untuk bangunan/rumah tinggal/hunian/kantor Pemerintah 20% x luas bangunan x Rp 500,- ; (2) Biaya pengesahan gambar perencanaan untuk bangunan Perusahaanl perusahaan Industri 20% x luas bangunan x Rp 1000,- ; (3) Biaya pemeriksaan gambar dan pengawasan untuk bangunan/rumah tinggal/hunian/kantor Pemerintah dan perusahaan/perusahaan industri sebesar 10% x jumlah tarif retribusi ; (4) Bagi bangunan yang mempunyai luas di atas 100 m2, dikenakan retribusi untuk Papan Proyek/Papan Ijin Mendirikan Bangunan sebesar Rp 40.000.000,- (Empat Puluh Ribu Rupiah) untuk setiap penerbitan. Pasal 18 (1) Untuk mendapatkan Ijin Ulang, karena ijin yang telah diterbitkan hilang/ijin baru sebagaimana dimaksud Pasal 13 Ayat (3) retribusinya dikenakan 20% dari tarif yang berlaku; (2) Balik Nama IMB, pemohon dikenakan biaya 20% dari tarif yang berlaku; (3) Untuk mendapatkan Ijin penyesuaian karena ijin yang telah diberikan akan mengalami perubahan tapak retribusinya dikenakan 10% dari tarif yang berlaku; (4) Untuk bangunan rumah tinggal yang berubah fungsi menjadi bangunan perusabaan/perusahaan industri, pemohon dikenakan biaya 50% dari tarif harga dasar bangunan pokok Perusahaan/Industri; (5) Untuk bangunan Perusahaan/Industri yang mengalami perubahan peruntukan tanpa balik nama dikenakan biaya 20% dari tarif retribusi. Pasal 19 Penentuan besarnya tarif harga dasar bangunan pokok dan tarif harga dasar bangunan pelengkap ditentukan dalam Keputusan Bupati Bandung dengan pertimbangan DPRD. Bagian Kedua Tata Cara Pembayaran Retribusi Pasal 20 (1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau di tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD;

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi tersebut harus disetor ke Kas Daerah selambatlambatnya 1 x 24 jam. Pasal 21 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas; (2) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Peraturan Daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran; (3) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan. Pasal 22 (1) Untuk pendirian bangunan peribadatan atau dalam hal yang luar biasa, Bupati Cq. Dinas dapat memberikan keringanan/pembebasan retribusi IMB; (2) Tata cara pemberian keringanan/pembebasan tersebut pada Ayat (1) Pasal ini, diatur oleh Bupati Cq. Dinas. B A B VI PEMUTIHAN Pasal 23 (1) Untuk bangunan-bangunan rumah tinggal/hunian/kantor Pemerintah, perusahaan, perusahaan industri dan belum memiliki IMB dapat diberikan Pemutihan dengan kriteria sebagai berikut : a. Bangunan yang didirikan sampai dengan tahun 1990 dikenakan sebesar 50% x tarif retribusi. b. Bangunan yang didirikan antara tahun 1991 sampai dengan tahun 1995 sebesar 75% x tarif retribusi. (2) Tata Cara pemutihan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal ini akan diatur dalam Keputusan Bupati. B A B VII GARIS SEMPADAN Bagian Pertama Garis Sempadan Pagar Pasal 24 (1) Garis Sempadan Pagar diukur dari garis muka pagar terhadap jalan, sungai, danau, jaringan irigasi, antara masa bangunan dan jaringan instalasi vital; (2) Penetapan Garis Sempadan Pagar dilakukan sesuai dengan Peraturan yang berlaku; (3) Ketinggian pagar berbatasan dengan muka jalan yang ketinggiannya lebih dari 1,2 (satu koma dua) meter diharuskan tembus pandang; (4) Penetapan Garis Sempadan Jalan dilakukan sesuai dengan Peraturan yang berlaku.

Bagian Kedua Garis Sempadan Bangunan Pasal 25 (1) Batas Garis Sempadan Bangunan diukur dari garis muka luar bangunan terhadap jalan, sungai, danau, jaringan irigasi, tegangan tinggi antara masa bangunan dan jaringan instalasi vital: (2) Penetapan Garis Sempadan Bangunan dilakukan sesuai dengan Peraturan yang berlaku. BAB VIII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENERTIBAN Pasal 26 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelakasanaan IMB merupakan tanggung jawab Bupati yang secara teknis operasionalnya dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk dengan memperhatikan ketentuan peraturan yang berlaku; (2) Pejabat yang ditunjuk wajib melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal ini kepada Bupati. Dilarang mendirikan bangunan apabila : a. Tidak mempunyai IMB; Pasal 27 b. Menyimpang dari ketentuan Peraturan Daerah ini atau ketentuan lainnya yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 28 Setiap bangunan yang dibangun perorangan dan atau Badan Hukum tanpa IMB dari Pemerintah Daerah dapat dikenakan sanksi pembongkaran, dengan tata cara sebagai berikut : a. Teguran secara tertulis berturut-turut maksimal 3 (tiga) kali, jangka waktu teguran 7 (tujuh) hari tiap teguran; b. Apabila setelah diadakan suatu peringatan sebanyak 3(tiga) kali tetapi pelanggar bangunan tidak mengindahkan peringatan tersebut, maka Bupati Kepala Daerah dapat memerintahkan penyegelan (pengosongan) bangunan atau pembongkaran terhadap bangunan yang melanggar ketentuan tersebut. Pasal 29 Tata cara sebagaimana dimaksud Pasal 28 di atas teknis, operasionalnya diatur kemudian dengan Keputusan Bupati.

B A B IX KETENTUAN PIDANA PENYIDIKAN Pasal 30 (1) Barang siapa melanggar ketentuan Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya 5 (lima) juta rupiah; (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 31 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 30 Ayat (2) Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkunaan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanagungjawabkan. B A B X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka : a. Permohonan ijin yang diajukan dan diterima sebelum tanggal berlakunya Peraturan Daerah ini dan masih dalam proses penyelesaian, diproses berdasarkan ketentuan yang lama; b. Selama belum ditetapkannya pelaksanaan Peraturan Daerah ini, maka peraturan pelaksanaan yang ada tetap masih berlaku..

Pasal 33 Bangunan yang terlanjur dibangun tetapi tidak memiliki IMB, sepanjang bangunan tersebut memenuhi persyaratan teknis dan tidak bertentangan dengan pedoman mendirikan bangunan menurut ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku serta sesuai dengan peruntukannya, IMB-nya dapat diproses. BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Dengan ditetapkannya Peraturan ini, Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung Nomor 19 Tahun 1996 tentang Ijin Mendirikan Bangunan di Daerah Kabupaten Bandung serta ketentuan lain yang mengatur hal yang sama dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Pasal 35 Apabila terjadi perubahan struktur Perangkat Daerah, maka nomenklatur Dinas teknis yang mengelola Ijin Mendirikan Bangunan akan disesuaikan kemudian. Pasal 36 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Bupati. Pasal 37 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bandung. Ditetapkan di Soreang Pada tanggal 30 November 2000 BUPATI BANDUNG Cap / Ttd Diundangkan di Soreang Pada tanggal 30 November 2000 H.U. HATTA D,S.Ip. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANDUNG Cap / Ttd Drs.H.ENDANG ROSIDIN M.MM. Pembina Utama Muda NIP. 480 042 996 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2000 NOMOR 4 SERI B.