BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dalam usia reproduksi yaitu usia tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK )

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan melaksanakan upaya dalam peningkatan kesehatan ibu dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

Lembar Kerja 1 Tugas, Fungsi, Kewenangan, dan Dasar Hukum Kelembagaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatur secara universal melalui berbagai kesepakatan yang difasilitasi oleh World Health

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan


BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

GAMBARAN KONSELING IMUNISASI TT IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA OLEH BIDAN DI PUSKESMAS SEWON II BANTUL YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA EVALUASI PROGRAM SKRINING STATUS TETANUS TOXOID WANITA USIA SUBUR DI JEMBER TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI TT DENGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI TT DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Pendidikan, Sikap, Dukungan Keluarga, Perilaku petugas, Imunisasi TT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT

PEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ia tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2004). Imunisasi atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak menjadi salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

Pengelolaan Program Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, selain itu imunisasi merupakan upaya yang sangat penting dalam mencegah penyakit serta merupakan public good (barang publik) karena manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat. Pelayanan imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai dengan standar, sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan dapat memutus mata rantai penularan, yang dilakukan pada usia balita maupun pada orang dewasa (Depkes RI, 2004). Pelayanan program imunisasi pada prinsipnya bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan pelayanan imunisasi secara efektif dan efisien. Dalam upaya untuk dapat memberikan pelayanan imunisasi secara maksimal terhadap kelompok sasaran, maka pemerintah telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana mulai dari sarana transportasi bagi petugas, lemari es, freezer dan vaccin carier/ cold box ataupun thermos es sebagai tempat untuk menyimpan dan membawa vaksin ke sasaran, alat suntik (spuit), kesemuanya dengan cuma-cuma. Disamping itu untuk mengantisipasi perkembangan jaman dan teknologi, dilakukan penyegaran pengetahuan (refreshing) bagi petugas imunisasi melalui berbagai pelatihan maupun

penataran untuk lebih meningkatkan keterampilan bagi petugas. Namun demikian hasil cakupan imunisasi yang dicapai saat ini masih belum sesuai dengan harapan dari program imunisasi (Depkes RI, 2004) Salah satu program imunisasi yang paling penting adalah imunisai tetanus toxoid (TT) untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus neonatorum pada bayi. Imunisasi merupakan bagian dari program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) yaitu salah satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus tetanus neonatal di setiap kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun dalam pencapaian targetnya dirasakan agak lambat, sehingga perlu dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberian TT-5 dosis pada seluruh wanita usia subur (usia 15 39 tahun) termasuk kepada ibu hamil (Depkes RI, 2008). Menurut Atkitson (2000) kekebalan terhadap tetanus hanya dapat dimiliki melalui kekebalan buatan. Kekebalan buatan secara pasif dilakukan dengan suntikan serum (anti tetanus serum), sedangkan kekebalan secara aktif dilakukan dengan pemberian imunisasi. Vaksin yang digunakan adalah terbuat dari toksin tetanus yang dilemahkan (detoksifikasi) yang terdapat pada kemasan vaksin monovalen (TT) maupun kombinasi (DT dan DPT). Pemberian imunisasi tersebut secara terus menerus digerakkan melalui pelayanan kesehatan dasar di puskesmas. Tenaga kesehatan yang berperan penting terhadap pemberian pelayanan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) adalah juru imunisasi di

puskesmas. Juru imunisasi tersebut berlatar belakang pendidikan perawat dan atau bidan, dan biasanya bertugas di puskesmas-puskesmas. Keberhasilan pelaksanaan imunisasi TT pada WUS sangat tergantung pada hasil kinerja para juru imunisasi dalam melakukan sweeping imunisasi, penyuluhan tentang pentingnya imunisasi TT, pemberian imunisasi TT sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan melakukan evaluasi pelaksanaan imunisasi TT. Juru imunisasi di puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya pelaksanaan program pelayanan imunisasi, banyak tugas yang harus dilaksanakan baik yang bersifat teknis maupun administratif. Pelaksanaan program imunisasi di puskesmas mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi sebagai pedoman bagi pelaksana imunisasi di puskesmas dalam menjalankan tugasnya yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan. Disamping itu pelaksanaan imunisasi di puskesmas juga dituntut untuk menguasai manajemen program secara lebih baik dan profesional hal ini sejalan dengan strategi dan beberapa kesepakatan global di bidang imunisasi (Depkes RI, 2005). Sejalan dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi di masyarakat, kebutuhan dan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu juga semakin meningkat. Kondisi ini menuntut pergeseran titik tekan pelayanan imunisasi dari orientasi pencapaian target menuju ke orientasi penjagaan dan peningkatan kualitas pelayanan. Salah satu penentu mutu pelayanan adalah kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dalam hal ini juru imunisasi dalam melaksanakan seluruh tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu

pada target yang diharapkan dalam program imunisasi. Kompetensi petugas imunisasi dapat dilihat dari pemahaman, sikap dan keterampilan petugas imunisasi di puskesmas tentang prosedur kerja petugas imunisasi dan seluruh rangkaian kegiatan berbasis masyarakat yang berhubungan dengan program imunisasi TT. Menurut Boulter, dkk (1996) level kompetensi adalah sebagai berikut : Skill (keterampilan), Knowledge (pengetahuan), Self Image (pandangan orang terhadap diri sendiri), Trait (karakteristik abadi dari karakteristik yang membuat orang untuk berperilaku) dan Motive (dorongan seseorang secara konsisten berperilaku). Berdasarkan seluruh indikator kompetensi tersebut maka yang dinilai paling penting harus ada pada individu dalam melaksanakan tugas-tugas suatu organisasi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia (2008), menunjukkan bahwa cakupan imunisasi TT di Indonesia berfluktuasi selama kurun waktu 2006-2008. Pada tahun 2006 cakupan imunisasi TT-2 sebesar 52,0%. tahun 2007 meningkat menjadi 59,0% dan pada tahun 2008 cakupan imunisasi TT-2 menjadi 63,1%. Berdasarkan angka cakupan imunisasi TT-2 tingkat provinsi di Indonesia diketahui bahwa, provinsi dengan angka cakupan TT-2 tertinggi adalah Bali (93,39%), Nusa Tenggara Timur (86,21%), dan Sumatera Selatan (85,72%); sedangkan provinsi dengan angka cakupan TT-2 terendah adalah Papua (17,66%), Papua Barat (20,8%) dan Jawa Timur (25,48%). Secara keseluruhan menunjukkan bahwa cakupan imunisasi TT masih sangat rendah dari target yang diharapkan yaitu 100% dari seluruh ibu hamil maupun wanita usia subur yang ada di Indonesia.

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi NAD (2008) diketahui angka cakupan imunisasi TT-1 sebesar 50,85%, TT-2 sebesar 42,19%, TT-3 sebesar 16,32%, TT-4 sebesar 11,27% dan TT-5 hanya 8,08%. Angka tersebut masih berada dibawah target yang diharapkan. Rendahnya target pencapaian imunisasi TT pada WUS masih memerlukan perhatian yang serius bagi pengelola imunisasi sehingga dapat memberikan manfaat dan mengurangi risiko infeksi pada persalinan. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Aceh Barat (2009), diketahui bahwa secara keseluruhan angka cakupan imunisasi TT pada WUS juga masih rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu sebesar 15,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap pelayanan imunisasi TT pada WUS masih rendah. Rendahnya target pencapaian imunisasi TT pada WUS ini tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia petugas kesehatan, dan kualitas pelayanan imunisasi yang diberikan oleh petugas imunisasi. Oleh karena itu perlu perhatian dan kerja keras bagi semua pihak yang terkait, dan khususnya bagi pengelola imunisasi baik pada tingkat dinas kesehatan maupun di puskesmas sebagai pelaksana teknis pelayanan imunisasi. Angka cakupan imunisai TT pada WUS di seluruh puskesmas dalam Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut ini.

Tabel 1.1. Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas dalam Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009. Puskesmas Jumlah WUS Cakupan TT WUS TT1 TT2 TT3 TT4 Jumlah WUS yang Imunisasi TT Jumlah WUS yang tidak Imunisasi TT n % n % n % n % n % n % Johan Pahlawan 9989 875 8,76 664 6,65 48 0,48 2 0,02 1589 22,73 8400 22,51 Suak Ribee 6329 548 8,66 373 5,89 31 0,49 1 0,02 953 13,63 5376 14,41 Meureubo 4705 477 10,14 285 6,06 35 0,74 1 0,02 798 11,41 3907 10,47 Peureumeu 4562 347 7,61 259 5,68 114 2,50 66 1,45 786 11,24 3776 10,12 Meutulang 1644 160 9,73 162 9,85 20 1,22 1 0,06 343 4,91 1301 3,49 P.Ceureumen 2546 216 8,48 146 5,73 29 1,14 10 0,39 401 5,74 2145 5,75 Kajeung 889 83 9,34 55 6,19 24 2,70 3 0,34 165 2,36 724 1,94 Tangkeh 1060 108 10,19 119 11,23 11 1,04 0 0,00 238 3,40 822 2,20 Kuala Bhee 2899 203 7,00 118 4,07 41 1,41 1 0,03 363 5,19 2536 6,80 Pir Bate Puteh 1787 149 8,34 98 5,48 33 1,85 4 0,22 284 4,06 1503 4,03 Drien Rampak 2763 231 8,36 138 4,99 25 0,90 2 0,07 396 5,66 2367 6,34 K.P.Layung 1470 151 10,27 109 7,41 21 1,43 4 0,27 285 4,08 1185 3,18 Sama Tiga 3664 234 6,39 132 3,60 24 0,66 0 0,00 390 5,58 3274 8,77 Jumlah 44307 3782 2658 456 95 6991 37316 Cakupan Imunisasi TT Kabupaten Aceh Barat (2009) adalah 6991/44307 x 100% = 15,8% Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, 2009 Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, dapat diketahui bahwa selama tahun 2009 cakupan imunisasi TT pada WUS di seluruh puskesmas dalam Kabupaten Aceh Barat masih sangat rendah yang diindikasikan dari angka cakupan imunisasi TT-1 sampai imunisasi TT-4. Cakupan imunisasi TT-1 paling tinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kuta Padang Layung yaitu 10,27 %, namun masih juga belum sesuai dengan standar imunisasi TT-1 bagi WUS yang direkomendasikan Depkes RI yaitu 80%. Imunisasi TT-2 terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Tangkeh yaitu sebesar 11,23%, dan ini pun juga belum sesuai dengan target yang diharapkan yaitu 80%, demikian juga dengan cakupan imunisasi TT-3 dan TT-4. Secara keseluruhan diketahui bahwa setiap puskesmas masih banyak WUS yang belum mendapatkan

imunisasi TT, baik TT-1, TT-2, TT-3 dan TT-4. Hal ini mengindikasikan bahwa cakupan imunisasi TT bagi WUS masih sangat rendah. Berdasarkan data kepegawaian di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat (2009) diketahui bahwa jumlah petugas yang mempunyai kompetensi dan diberi kewenangan untuk memberikan imunisasi adalah sebanyak 69 orang yang terdiri dari 26 orang petugas imunisasi dari 13 puskesmas induk, dan 43 orang petugas imunisasi dari puskesmas pembantu dan polindes, dengan kualifikasi pendididikan SPK, Diploma I dan Diploma III Keperawatan dan Kebidanan. Sedangkan jumlah WUS yang harus diakomodir oleh petugas imunisasi adalah sebanyak 44.307 WUS, artinya setiap satu petugas imunisasi harus mengayomi dan memberikan pelayanan imunisasi TT dengan perbandingan 1: 642 WUS. Hal ini secara individu akan sangat sulit dapat dilakukan, namun hal ini dapat diatasi jika para juru imunisasi mempunyai kemampuan dan keterampilan serta motivasi yang tinggi untuk memberikan imunisasi dan melaksanakan seluruh tugastugasnya. Artinya kemampuan petugas imunisasi dalam memanajemen waktu dan memahami seluruh tugas-tugasnya dalam pelayanan imunisasi sangat penting, demi tercapainya cakupan imunisasi TT pada WUS dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan. Kinerja petugas imunisasi adalah hasil kerja yang diperoleh petugas imunisasi dalam memberikan pelayanan imunisasi termasuk imunisasi TT pada WUS. Menurut Robbin (2006), kinerja individu dalam suatu organisasi diukur berdasarkan hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas, dan salah satunya dipengaruhi oleh faktor

individu yaitu karakteristik individu seperti umur, pendidikan, pengetahuan, dan kompetensi individu dalam organisasi tersebut. Penelitian Lumbantobing (2004), menunjukkan bahwa kemampuan dan keterampilan bidan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan. Pelayanan kesehatan tersebut mencakup pelayanan imunisasi pada bayi, ibu hamil dan wanita usia subur seperti imunisasi TT. Penelitian Purwanto (2001) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT pada WUS di Puskesmas Anyer Kabupaten Serang menemukan bahwa salah satu faktor yang menguatkan keinginan ibu untuk melakukan imunisasi TT adalah adanya anjuran dari petugas kesehatan dan pengetahuan petugas kesehatan tentang imunisasi TT. Penelitian Tjerita (2000) di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah menemukan bahwa kepatuhan petugas puskesmas dalam menerapkan prosedur kerja pelayanan imunisasi dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan petugas serta motivasi petugas dalam menjalankan prosedur kerja tersebut, dan secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan, pengetahuan dan motivasi terhadap kepatuhan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan imunisasi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kompetensi petugas imunisasi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) terhadap Pelayanan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian secara umum yaitu bagaimana pengaruh kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petugas imunisasi terhadap pelayanan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petugas imunisasi terhadap pelayanan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010. 1.4 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada pengaruh pengetahuan petugas imunisasi terhadap pelayanan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010. 2. Ada pengaruh sikap petugas imunisasi terhadap pelayanan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010.

3. Ada pengaruh keterampilan petugas imunisasi terhadap pelayanan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam merumuskan kebijakan dan program kerja dalam meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi petugas imunisasi di puskesmas. 2. Memberikan masukan kepada puskesmas induk dan puskesmas pembantu yang ada dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tentang pentingnya kemampuan kompetensi bagi petugas imunisasi baik perawat maupun bidan, serta bermanfaat dalam meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerjanya. 3. Memberikan masukan bagi peneliti yang lain apabila ingin melakukan penelitian selanjutnya.