BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah perubahan sikap/ tingkah laku anak melalui proses belajar (Winkel, 1999). Hasil belajar yang diungkapkan oleh Arikunto, (2006) yaitu hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilian yang dicapai seseorang siswa untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima oleh siswa. Agar dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian bertujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang telah dipelajari dan ditetapkan. Rumusan hasil belajar juga dikemukan oleh Dimyanti dan Mudjiono (2006) yaitu hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Karena itu, untuk memperoleh hasil belajar yang baik siswa dihadapkan dengan beberapa faktor yang bisa membuat siswa mendapatkan hasil belajar yang baik. 5
2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003) adalah sebagai berikut. 1) Faktor faktor internal diantaranya jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan kelelahan. 2) Faktor - faktor eksternal meliputi keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan. 3. Pembelajaran Kooperatif Model cooperative learning berangkat dari dasar pemikiran getting better together yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan ketrampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain (Solihatin dan Raharjo, 2008). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan pertanyaan serta menyediakan bahan bahan dan informasi yang dirancang untuk 6
membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud (Suprijono, 2009). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bernaung dalam teori konstuktivis. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2007). Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2008). Pendapat lain diungkapkan oleh Lie, (2004), yaitu model cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan dengan lebih efektif. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan struktur siswa heterogen dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Siswa juga terlibat aktif pada proses pembelajaran kooperatif sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Teknik belajar mengajar NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka (Lie, 2004). Adapun langkah langkah menurut Lie, (2004) adalah sebagai berikut. 1) Siswa dibagi dalam kelompok kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor; 2) Guru 7
memberikan tugas pada setiap kelompok dan masing masing kelompok mengerjakannya; 3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini; 4) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Menurut pendapat dari Kosasih, (2010) ada 6 langkah dalam model NHT (Numbered Heads Together). Adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut. 1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor; 2) Guru memberikan tugas dan masing masing kelompok mengerjakan; 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya; 4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka; 5) Tanggapan dari teman teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain; 6) Memberikan kesimpulan. Menurut Trianto, (2007), model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 2007). Keempat fase tersebut adalah sebagai berikut. Fase yang pertama adalah penomoran, fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Fase yang kedua adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa atau berbentuk arahan. Fase yang ketiga adalah berfikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Fase yang keempat adalah menjawab, guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas Suprijono, (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe 8
9 Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas dengan kelompok kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap tiap kelompok. Berikan kesempatan pada tiap tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap tiap kelompok menyatukan kepalanya heads together berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap tiap kelompok. Siswa diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. B. Kajian Hasil Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut berbentuk jurnal, yang berjudul Komparasi Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi SMA Negeri 14 Semarang.. Bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dengan hasil belajar pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kelas eksperimen (pembelajaran NHT) dengan hasil belajar kelas kontrol (pembelajaran konvensional). Penelitian lain berbentuk jurnal, yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang. Bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dilihat pada peningkatan aktivitas belajar serta hasil tes yang diberikan pada kelas X APK SMK Ardjuna 01 Malang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dimana hasil pretest siklus I nilai rata-rata kelas 42,27 dengan ketuntasan klasikal 13,63% mengalami peningkatan menjadi 64,54 dengan ketuntasan 40,90%, pada pretest dan hasil posttest siklus II nilai rata-rata kelas 70,45 dengan ketuntasan 72,72% meningkat menjadi 79,54 dengan ketuntasan klasikal 90,90%. Berarti terjadi peningkatan belajar dari siklus I ke siklus II. Penelitian berbentuk jurnal yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua. Bertujuan untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pencapaian matematika siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Mengacu dari data penelitian yang telah dihasilkan didapatkan juga bahwa rata-rata kelas eksperimen (6.97) jauh lebih baik dibanding dengan rata-rata pada kelas kontrol (5.87). Indeks yang mengalami peningkatan tinggi terdapat di kelas eksperimen. Jelas terlihat bahwa penggunaan tipe NHT mampu meningkatkan pencapaian siswa. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi multi arah yang terjadi sehingga siswa tidak terkesan pasif di kelas. Penelitian berbentuk jurnal yang lain berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009. Bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran numbered head together terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN di kecamatan banyumanik kota Semarang tahun ajaran 2008/2009. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe 10
11 Numbered Head Together memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN di kecamatan Banyumanik kota Semarang. Penelitian berikutnya juga berbentuk jurnal dengan judul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar melalui Pembelajaran Kooperatif tipe NHT di SMP Negeri 15 Kendari. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar melalui Pembelajaran Kooperatif tipe NHT di SMP Negeri 15 Kendari. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses belajar mengajar matematika dalam pemahaman materi faktorisasi suku aljabar dapat ditingkatkan sehingga prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari dapat ditingkatkan, dari 44,44% siswa telah memperoleh nilai 6,0 dengan rata rata 5,48 menjadi 80,55% dengan rata rata 6,47. Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 03 Salatiga karena sama sama meneliti tentang perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional. C. Kerangka Berfikir Model pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran yang cocok digunakan dalam mata pelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT didefinisikan sebagai yang lebih menekankan pada siswa dalam kelompok dengan melakukan diskusi. Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan dari uraian tersebut, maka peneliti menggambarkan kerangka berfikir dengan skema seperti dibawah ini :
12 Gambar 1 Alur Kerangka Berfikir Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Kondisi awal Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Menggunakan model pembelajaran konvensional Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Hasil belajar D. Hipotesis Penelitian Hipotesis akan diuji didalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu : H 0 : : tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga. H 1 : > : terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga.