BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usia prasekolah antaralain mengenal warna, mengenal angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan. rasa, dan raba (Notoatmodjo, 1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB II HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN. merugikan, manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak menyebarkan kotoran dan tidak menularkan penyakit,langkahlangkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan servik. rahim dengan menggunakan mikroskop (Supriyanto, 2010)

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Perilaku a. Pengertian Bloom (1980) dalam Mubarak et al (2006) berpendapat kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Secara garis besar faktor yang mempengaruhi kesehatan pada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi 4 faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan atau herediter. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, dapat diamati secara langsung atau secara tak langsung. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Kwik 1974, dalam Mubarak et al, 2006). b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Green (1980) dalam Mubarak et al (2006) menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Perilaku ditentukan atau berbentuk dari tiga faktor: 1) Faktor predisposisi (predisposising factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 8

9 2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan dan sebagainya. 3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. c. Domain Perilaku Bloom (1980) dalam Mubarak et al (2006) menyatakan bahwa perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku dibagi ke dalam 3 domain (ranah/kawasan) yang terdiri dari: domain cognitive, domain affective dan psychomotor domain, ketiga domain ini diukur dari: pengetahuan (knowledge), sikap atau tanggapan (attitude), dan praktik (practice). 1) Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yakni : a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

10 ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

11 Nursalam (2001) menyatakan bahwa sumber pengetahuan manusia dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : a) Tradisi Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. b) Autoritas Ketergantungan terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindarkan karena kita tidak dapat secara otomatis menjadi seorang ahli dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi. c) Pengalaman seseorang Setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi dan pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subjektif. d) Trial dan Error Dalam menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. e) Alasan yang logis Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi di mana seseorang melalui.

12 f) Metode ilmiah Pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis. 2) Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai komponen pokok, yaitu : a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (trens to behave). d) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total atitude). Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu : a) Menerima (receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

13 b) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. d) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. 3) Praktik Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu: a) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. b) Respon terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

14 c) Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d) Adaptasi (Adaptation) Suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut. 2. Cuci Tangan a. Pengertian Cuci Tangan Tangan kita adalah bagian dari tubuh kita yang sangat sering menyebarkan infeksi. Tangan terkena kuman waktu kita menyentuh daerah tubuh kita, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Walaupun kulit yang utuh akan melindungi kita dari infeksi langsung, kuman tersebut dapat masuk ke tubuh kita waktu kita menyentuh mata, hidung atau mulut (Spiritia, 2009). Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya (Amaliafitri, 2009). Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa mencuci tangan merupakan kegiatan membersihan bagian tubuh manusia yang terdiri dari telapak tangan, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran.

15 b. Manfaat Kesehatan dan keamanan (health and safety) merupakan komponen penting bagi perkembangan anak. Selain nutrisi, stimulasi dini, imunisasi dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, kebersihan, khususnya kebersihan tangan, juga merupakan upaya yang sangat efektif dalam melindungi anak. Mencuci tangan (dengan benar) merupakan upaya mencegah penyebaran penyakit infeksi yang paling praktis, murah, dan penting (Pujiarto, 2005). c. Waktu Mencuci Tangan Depkes (2011) mencuci tangan dilakukan saat: 1) Sebelum makan. 2) Sebelum menghidangkan makanan. 3) Sebelum memberi makan bayi atau balita. 4) Sesudah buang air besar atau kecil. 5) Sesudah memegang hewan. Pada kondisi tertentu, dimana kader mempromosikan perilaku CTPS pada tatanan berbeda, misalnya di sekolah, waktu waktu ini dapat saja ditambahkan dengan alternatif sebagai berikut : 1) Setelah bermain di lumpur. 2) Setelah bersin. 3) Setelah mengucek mata. 4) Setelah membuang ingus. 5) Setelah memegang kapur tulis. 6) Setelah bekerja di kebun sekolah.

16 d. Cara Mencuci Tangan Cara cuci tangan yaitu pada saat mencuci tangan memakai air yang mengalir karena air dalam baskom menyimpan kuman dari semua orang yang memakainya, dan setelah mencuci tangan di baskom, umumnya tangan kita lebih tercemar kuman daripada sebelumnya. Cara cuci tangan yang lain dapat dilakukan dengan cara menggunakan beberapa produk yang dikemaskan dalam botol kecil untuk mencuci tangan bila tidak tersedia air mengalir yang bersih. Cari yang mengandung etil alkohol, dan yang tidak mengandung triklosan, bahan antibakteri yang juga dapat membunuh sel kulit manusia (Spiritia, 2009). Cara mencuci tangan yang benar menurut Pujiarto (2005) sebagai berikut : adalah 1) Sediakan handuk sekali pakai atau kertas tangan sekali pakai 2) Buka kran (idealnya air hangat) Pertama biarkan air membasahi tangan dulu, agar kotoran tidak terlalu melekat di kulit. Setelah itu baru taruh sabun (sebaiknya cair) di tangan. Sabun diperlukan untuk mengangkat kotoran yang melekat erat di kulit. Sabun yang digunakan sebaiknya cair. Soalnya, sabun batangan seringkali sehabis dipakai tidak dibersihkan atau dicuci pada air mengalir, sehingga cenderung kotor. Selain itu, walau tidak terbukti dapat menularkan kuman, tetapi penelitian menunjukkan bahwa sabun yang tergenang air terkontaminasi beberapa kuman antara lain kuman pseudomonas. 3) Gosokkan kedua tangan berkali-kali sampai tangan penuh busa sabun dan teruskan minimal selama 10 detik. Gosok sela-sela jari, kuku dan sekitarnya, bagian bawah kuku, sekitar cincin, dan punggung tangan

17 4) Bersihkan tangan dengan air mengalir (air mengalir akan membuang kotoran termasuk tanah dan jasad renik penyebab infeksi, karena itu jangan mencuci tangan di baskom berisi air sekalipun airnya air bersih), sampai semua sabun dan kotoran lenyap. 5) Bila kran air tidak berhenti secara otomatis, matikan keran dengan mempergunakan kertas sekali pakai. Kertas tangan yang baik adalah kertas sekali pakai. Sebaiknya jangan menggunakan kertas yang digantung tergulung. Kadang ada orang tidak merobek kertas dengan baik, sehingga potongan kertas yang tertinggal dan sudah tercemar dapat digunakan orang lain. 6) Buang kertas ke tempat sampah yang (sebaiknya) ada tutupnya. Bila menggunakan lap handuk, taruh lap itu langsung ke tempat cuci pakaian setelah menggunakannya. Sebaiknya gunakan handuk tangan sendiri-sendiri. Handuk tangan yang dipakai beramai-ramai justru membantu menyebarkan penyakit infeksi. Bila menggunakan handuk milik masing-masing jangan lupa diberi nama dan digantung. Depkes (2011) menyatakan cuci tangan yang benar sebagai berikut : 1) Mulai mencuci tangan dengan air mengalir. 2) Menggunakan sabun dan menggosok sabun sampai berbusa. 3) Menggosok tangan dengan seksama selama 20 detik. 4) Menggosok telapak tangan, punggung tangan antara jari dan bawah kuku. 5) Membilas tangan dengan air sampai bersih. 6) Mengeringkan dengan lap yang bersih.

18 e. Akibat Tidak Cuci Tangan Bila tidak melakukan cuci tangan dapat menularkan penyakit menular seperti infeksi saluran pernafasan, penyakit kulit, penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat berpotensi membawa kepada arah kematian (Taufiq, 2009). Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun yaitu: 1) Diare Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kumankuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).

19 2) Infeksi Saluran Pernafasan Infeksi saluran pernafasan, adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50%. 3) Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis. B. Sosialisasi Cuci Tangan dalam Keluarga 1. Pengertian Sosialisasi adalah suatu proses yang dijalani seorang individu agar pedoman hidup, prinsip-prinsip dasar hidup, ketangkasan, motif, sikap dan seluruh tingkah lakunya dibentuk sesuai dengan peranannya saat ini maupun kelak di masyarakat (Gunarsa, 2002).

20 Kebiasaan (habit) adalah suatu cara yang sama dari tanggapan terhadap suatu stimulasi tertentu atau cara yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama (Soekanto, 2004). 2. Peran keluarga dalam sosialisasi Keluarga merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat langgeng berdasarkan hubungan pernikahan dan hubungan darah. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak, lingkungan pertama yang memberi penampungan bagi anak, tempat anak akan memperoleh rasa aman. Sosialiasi pada anak sudah dimulai pada tahun pertama. Pada tahun kedua, sosialiasi makin disadari dan menjadi lebih sistematis karena anak sudah dapat berbicara dan dengan bertambahnya umur maka terjadilah perubahan-perubahan dalam upaya mengubah dan membentuk tingkah laku anak (Gunarsa, 2002). Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004). Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat/ kelompok sosial tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Ali, 2010).

21 Anak membutuhkan peran orang tua untuk perkembangannya. Orang tua yang bertanggung jawab pada perkembangan keseluruhan eksistensi anak. Orang tua bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak dari sudut organis-psikologis, antara lain: kebutuhan akan perkembangan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, asuhan, ucapan-ucapan dan perlakuan sehingga diharapkan anak tumbuh dan berkembang ke arah suatu gambaran kepribadian yang harmonis dan matang. Berbagai masalah timbul bagi orang tua dalam menghadapi perkembangan anaknya. Banyak orang tua yang bersikap acuh tak acuh dan membiarkan anak berkembang sendiri, misalnya cuci tangan. Orang tua kadang saling melemparkan pendidikan anak soal cuci tangan (Gunarsa, 2006). Friedman dalam Ali (2010) membagi fungsi keluarga menjadi lima yaitu : a. Fungsi afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang. b. Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat. c. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. d. Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain

22 e. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan asuhan kesehatan/ keperawatan. Suprajitno (2004) menyatakan bahwa sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan nada keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga atau memperoleh bantuan. c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami

23 gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga. Menurut Johan (2012) cara-cara mengajarkan kebiasaan mencuci tangan dengan benar pada anak-anak sebagai berikut : a. Menjelaskan pentingnya mencuci tangan pakai sabun Tugas orang tua adalah menjelaskan bahwa tangan yang kotor dapat menjadi sumber kuman. Agar menarik sampaikan dalam bentuk dongeng cerita-cerita fiksi tentang yang akan terjadi jika mereka tidak mencuci tangan pakai sabun. Dari cerita yang menarik tersebut mereka akan tahu pentingnya mencuci tangan dengan benar. b. Mencuci tangan sambil bernyanyi Kebanyakan anak-anak, khususnya yang masih anak pra sekolah, pasti suka bernyanyi. Orang tua dapat mengajari cara mencuci tangan yang benar (dengan air mengalir dan sabun) sambil bernyanyi agar mereka tertarik untuk membiasakan cuci tangan. c. Meletakkan wastafel/ tempat cuci tangan di tempat yang mudah dijangkau oleh anak Terkadang salah satu alasan anak tidak terbiasa mencuci tangan dengan benar adalah karena letak wastafel yang terlalu tinggi dan tidak

24 terjangkau oleh mereka. Jika wastafel di rumah terlalu tinggi, sediakan bangku kecil untuk pijakan agar anak bisa menjangkau wastafel. Pastikan bangku tersebut kuat dan tidak licin sehingga aman untuk dipakai anak-anak. Selalu menyediakan sabun pada wastafel atau tempat mencuci tangan. d. Selalu ingatkan dan awasi anak. Orang tua harus berperan menjadi pengawas dan pengingat yang baik. Orang tua harus terus mengingatkan anak untuk mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, khususnya kegiatan yang menggunakan tangan. Dengan terus mengingatkan, anak nantinya akan terbiasa cuci tangan pakai sabun dengan sendirinya, tanpa harus diingatkan lagi. Dimulai kebiasaan dari orang tua kemudian membiasakan cuci tangan pakai sabun pada anak. Memang butuh waktu yang tidak sebentar untuk membiasakannya. Terus biasakan dan jadikan bagian dalam gaya hidup sehat orang tua agar anak tidak gampang sakit. 3. Bentuk Sosialisasi Ihromi (2004) menyatakan bahwa terdapat dua macam pola sosialisasi yang ada yaitu : a. Sosialisasi represif. Sosialisasi tipe ini mengedepankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain yaitu penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga adalah sebagai significant other.

25 b. Sosialisasi partisipatoris. Merupakan pola yang di dalamnya anak diberi imbalan di kala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolis, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting, dan keluarga menjadi generalized others. Sosialisasi cuci tangan menggunakan sosialisasi partisipatoris karena pendidikan cuci tangan tidak dapat dilakukan dengan memberikan hukuman, namun dalam bentuk komunikasi dan interaksi antara anak dengan orang tua. C. Hubungan Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan dengan Praktik Cuci Tangan Cuci tangan harus dimulai dibiasakan pada anak sejak usia dini (Pujiarto, 2005). Ketika anak sudah dapat makan sendiri, biasakan mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan. Biasakan anak mencuci buah atau sayuran mentah sebelum dimakan (Thomson, 2003). Perilaku mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun sebaiknya menjadi kebiasaan karena dengan mencuci tangan dapat membunuh kumankuman yang menempel dalam tangan kita. Suatu keharusan dalam mencuci tangan adalah sebelum sesudah makan dan sesudah buang air besar, setelah memegang barang kotor, sebelum menyajikan makanan, setelah korek-korek kuping, mulut, dan hidung (Setiawan, 2012). Sosialisasi cuci tangan pakai sabun sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang dimulai sejak dalam lingkup keluarga penting dilakukan dimulai sejak dalam lingkup keluarga agar kebiasaan ini menjadi perilaku sehat sehari-hari (Sukarwo, 2012).

26 D. Kerangka Teori Faktor Predisposisi : Tingkat pengetahuan Kepercayaan Keyakinan Nilai Sikap Faktor Pendukung : Fasilitas Ketersediaan sumber-sumber Keadaan wilayah Perilaku cuci tangan Faktor Pendorong : Perilaku petugas / kader Sikap keluarga Sikap tetangga Sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Modifikasi Teori Green dalam Notoatmodjo (2010).

27 E. Kerangka Konsep Penelitian ini digambarkan dengan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel bebas Variabel Terikat Sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga Praktik cuci tangan pada anak pra sekolah Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian F. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Variabel bebas, yaitu sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga 2. Variabel terikat, yaitu praktik cuci tangan pada anak pra sekolah. G. Hipotesa Penelitian ini menggunakan hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga dengan praktik cuci tangan pada anak pra sekolah di Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang.