DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT Oleh Victoria Ire Tominik,M.Kes Dosen Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang Email : tominikvictoriaire@gmail.com ABSTRAK Pendahuluan: Salah satu aspek pre analitik yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu perbandingan antara volume darah dengan antikoagulan. Volume darah kurang dari jumlah antikoagulan akan menyebabkan Leukosit mengkerut dan volume darah berlebih dapat menyebabkan darah membeku. Metode: Penelitian ini bersifat pre eksperimen dengan static group comparison design menggunakan teknik total sampling. Subjek penelitian berjumlah 34 orang warga RT 57 RW 13 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang yang berumur 40-50 tahun. Setiap subjek penelitian dilakukan pengambilan darah sebanyak 3 ml, kemudian darah tersebut dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 (0,5 ml darah dalam tabung K2EDTA 2 ml) dan kelompok 2 (2 ml darah dalam tabung K2EDTA 2 ml). Sampel darah kemudian diperiksa menggunakan alat Sysmex XS-800i. Hasil: Hasil rerata pemeriksaan jumlah leukosit antara volume darah 0,5 ml dan 2 ml dengan K2EDTA mempunyai perbedaan sebanyak 2%. Kesimpulan: berdasarkan hasil pengujian statistik uji Wilcoxon Sign Rank diperoleh p=0,01<0,05 menunjukkan adanya perbedaan jumlah leukosit antara volume darah 0,5 ml dan 2 ml dalam tabung K2EDTA. Kata kunci : pre analitik, volume darah, K2EDTA. PENDAHULUAN Menurut PerMenKes No 411/Menkes/Per/III/2010, hasil pemeriksaan laboratorium harus akurat, tepat dan dapat dipercaya. Salah satu pemeriksaan darah yang sering dilakukan adalah pemeriksaan jumlah leukosit. Pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang bertanggung jawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolik toksik dan diagnosis keadaan Leukimia. Nilai Normal : 4,80-10,8 (103/µl). Ada beberapa jenis EDTA namun jenis EDTA yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), International Council for Standardization in Hematology (ICSH) dan Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) untuk pemeriksaan hematologi adalah tabung vacutainer adalah K2EDTA (WHO, 2002; Patel, 2009). Konsentrasi K2EDTA yang 1
direkomendasi oleh BD vacuitaner company yaitu 1,8 mg/ml (Becton Dickinson, 2014). Dalam proses melakukan penampungan darah maka volume darah yang dimasukkan ke dalam tabung harus sesuai dengan volume yang tertera pada tabung vacutainer tersebut. Apabila volume darah kurang atau berlebih dari volume yang ditunjukkan pada batas tabung vacutainer maka hal tersebut berpotensi mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan namun kenyataan di lapangan karena kondisi kondisi tertentu darah yang didapat kadang tidak mencukupi sehingga volume darah tersebut tidak sesuai dengan yang seharusnya. Efek yang akan terjadi bila volume darah yang dimasukkan ke dalam tabung vacutainer kurang dari jumlah antikoagulan yang terdapat didalam tabung vacutainer tersebut hal ini akan mengakibatkan terjadi hipertonisitas terhadap darah. Hipertonisitas yang tinggi akan menyebabkan cairan yang terdapat dalam sel akan keluar untuk mempertahankan tekanan osmotik. Akibat cairan yang keluar menyebabkan sel darah mengalami pengerutan (krenasi) dan terjadi hemodilusi yang mengakibatkan konsentrasi cairan plasma lebih tinggi dibandingkan konsentrasi sel darah sehingga kadar leukosit mengalami penurunan (Novel et al, 2012). Apabila volume darah berlebih dibandingkan dengan jumlah antikoagulan dalam tabung dapat menyebabkan darah mengalami koagulasi (membeku) karena darah tidak seluruhnya dihambat dari faktor pembekuan (Patel, 2009; Becton Dickinson, 2011; Riswanto, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Fitriani (2013) di Semarang tentang Perbedaan variasi volume darah dalam tabung vacutainer K3EDTA terhadap jumlah trtrombosit. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan variasi volume darah pada tabung vacutainer K3EDTA terhadap jumlah trombosit. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan volume darah dalam tabung K2EDTA dengan jumlah leukosit dalam darah dengan pada warga RT 57 RW 13 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui hubungan volume darah dalam tabung K2EDTA dengan jumlah leukosit pada warga RT 57 RW 13 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang. SUBJEK DAN METODE Penelitian ini telah dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang. Subjek penelitian warga RT 57 RW 13 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang. Subjek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Dari 35 orang jumlah populasi yang yang terpilih, terpilih 34 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ada 1 orang yang tidak terpilih dikarenakan sedang sakit. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 15 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Pada penelitian ini, antikoagulan yang digunakan adalah 2
tabung vacutainer K2EDTA volume 2 ml. Metode pemeriksaan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode automatic menggunakan alat Sysmex XS-800i. Metode automatic sering digunakan karena lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan metode manual menggunakan bilik hitung improved neubauer yang membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memeriksa sampel. Metode penelitian ini bersifat pre eksperimen dengan static group comparison design menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan volume darah 0,5 ml dan 0,2 ml dalam tabung K2EDTA dengan jumlah leukosit. Data disajikan dalam bentuk tabel dan histogram. Data dianalisis dengan komputer dengan program statistic for windows versi 16.0 yang selanjutnya dilakukan uji normalitas Uji normalitas yang dilakukan adalah Kolmogorov smirnov dan diperoleh hasil data berdistribusi tidak normal. Selanjutnya dilakukan uji korelasi menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank. Hasil uji statistis diperoleh l nilai probabilitas (sig) hitung 0,01 < dari 0,05 yang artinya bahwa ada perbedaan antara volume darah dengan jumlah leukosit. HASIL PENELITIAN Hasil pemeriksaan jumlah leukosit didapatkan darah K2EDTA 0,5 ml mempunyai rerata sebesar 4,87 x 10 6 /µl dengan standar deviasi yaitu 0,70. Jumlah Leukosit didapatkan dalam darah K2EDTA 2 ml mempunyai rerata sebesar 4,89 x 10 6 /µl dengan standar deviasi yaitu 0,68. Hasil pemeriksaan Leukosit disajikan pada tabel 2 dan gambar 1 sebagai berikut : Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 15 44,1 % 2 Perempuan 19 55,9% Total 34 100% - Tabel 2. Hasil pemeriksaan Leukosit Hasil Pemeriksaan Sampel Mean SD p value Volume Darah (ml) 0,5 ml 2 ml 0,5 ml 2 ml 0,01 Leukosit (x 10 6 /µl darah) 4,87 4,89 0,70 0,68 3
Gambar 1. Hasil Pemeriksaan Leukosit antara volume darah 0,5 ml dan 2 ml terhadap K2EDTA. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 2. Hasil penelitian pemeriksaan leukosit didapatkan terjadi penurunan sebanyak 2% antara jumlah leukosit dengan darah K2EDTA 0,5 ml dan 2 ml. Menurut Novel et al (2012) dan Wirawan R (2004), terjadinya penuruanan jumlah leukosit disebabkan karena adanya hemodilusi yang terjadi akibat perpindahan cairan dari dalam sel keluar dari sel tersebut untuk mempertahankan tekanan osmotik sehingga konsentrasi cairan plasma lebih tinggi dibandingkan konsentrasi sel (lebih encer). Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan jumlah leukosit antara darah yang sebanding (2 ml) dan darah yang tidak sebanding (0,5 ml) dengan K2EDTA volume 2 ml dimana p = 0,01 < 0,025. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fasakin KA et al (2014) di Nigeria dengan jumlah sampel 15 orang pasien retroviral. Sampel diperiksa menggunakan alat Sysmex KX-21N. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan jumlah leukosit pada volume 1 ml dan 4 ml dalam tabung K2EDTA volume 4 ml. SIMPULAN Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah leukosit antara volume darah 0,5 ml dan 2 ml dalam tabung K2EDTA. Volume darah yang tidak sebanding (0,5 ml) dengan K2EDTA dapat menyebabkan hasil pemeriksaan leukosit tidak akurat. SARAN Untuk petugas laboratorium, sebaiknya pada proses penampungan darah dalam tabung vacutainer K2EDTA, volume darah yang dimasukkan ke dalam tabung harus sesuai dengan volume yang tertera pada tabung vacutainer K2EDTA sehingga hasil pemeriksaan yang diperoleh tepat, akurat dan dapat dipercaya. DAFTAR PUSTAKA Becton Dickinson (2011). What is the acceptable minimum draw volume for BD Vacutainer Tubes?. TechTalk; Vol. 10 No 2. Author: Lena Arzoumanian.
Becton Dickinson (2014). BD Vacutainer Plastic K2EDTA Tubes. http://www.krackeler.com/catal og/product/2752/bd- Vacutainer-Plastic-K2EDTA- Tubes. Diakses tanggal 26 November 2015. Fitriani, Dian (2013). Perbedaan variasi volume darah dalam tabung vacutainer K3EDTA terhadap jumlah trombosit. UNIMUS. Hoffbrand AV, Moss PAH (2013). Kapita Selekta Hematologi Edisi 6. Jakarta: EGC. KA Fasakin, CT Omisakin, AJ Esan, OD Ajayi (2014). Lower Sample Volumes Collected Into Spray Dried K2EDTA Vacuitaner Bottles Are Suitable For Automated Complete Blood Count Analysis Including Differential Leukocyte Count. Department of Hematology. Nigeria. Novel S, Apriyani R, Setiadi H, Safitri R (2012). Biomedik. Jakarta: Trans Info Media, pp : 164-169. Riswanto (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. WHO (2002). Use of anticoagulants in diagnostic laboratory investigations. WHO/DIL/LAB/99.1 Rev.2. Wians FH (2009). Clinical Laboratory Tests: Which, Why, and What Do The Results Mean?. LabMedicine;Vol 40 No 2. Wintrobe MM (2014). Wintrobe s clinical hematology, ed 13th. Editor: Richard L et al. London-Philadelphia: Lea & Febiger. pp : 1-4; 83-121. Wirawan R (2004). Kualitas Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Dalam Era Globalisasi. Dalam : Pemantapan Kualitas Hematologi Sebagai Model, Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Patel N (2009). Why is EDTA the anticoagulant of choice for hematology use?. TechTalk; Vol. 7 No 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik. 5