BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

KEDARURATAN LINGKUNGAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Global Warming. Kelompok 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. Kesehatan Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

Makalah Permasalahan Sampah

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

SANITASI DAN KEAMANAN

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

Budaya Hidup Sehat. Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal

HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

TENTANG LIMBAH PADAT

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Kuesioner Penelitian

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Tips Sehat Saat Musim Hujan. Ditulis oleh

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Pengertian Sampah Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam container yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang yang dibuang karena berlebihan (Sarudji dan Keman, 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008, mengartikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Berdasarkan batasanbatasan tersebut menunjukkan bahwa sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna (Adnani, 2011). 2.1.2. Jenis Sampah Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapa jenis yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya: a. Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas dan abu. b. Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, plastik, daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan.

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar: a. Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-kain dan kayu. b. Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisa-sisa potongan besi, gelas dan abu. 3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk: a. Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-kaleng, pecahan gelas, karet dan abu. b. Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-potongan daging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-buahan, kertas dan lain-lain. 2.1.3. Sumber Sampah Menurut Chandra (2007), sampah berasal dari beberapa sumber yaitu sebagai berikut: 1. Permukiman penduduk Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu atau sampah sisa tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan (garbage), sampah kering (rubbish), sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya. 3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud yaitu tempat hiburan dan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan misalnya rumah sakit dan puskesmas, kompeks militer, gedung pertemuan, pantai tempat hiburan dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. 4. Industri berat dan ringan Yang termasuk industri berat dan ringan yaitu industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau proses bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya. 5. Pertanian Sampah dihasilkan dari lokasi pertanian seperti kebun, ladang atau sawah sampah yang dihasilkan berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.1.4. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan terhadap sumber sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai, baik dari segi kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan berbagai pertimbangan lingkungan lainnya dengan memperhatikan sikap masyarakat (Sarudji dan Keman, 2010). Menurut Adnani (2007), pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan sumber sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi: 1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah. 2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan atau tempat pengolahan sampah terpadu. Sedangkan TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. 3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. 4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah. 5. Proses akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Menurut Suyono dan Budiman (2011), pengurangan sampah dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Reuse yaitu pemanfaatan kembali sampah secara langsung tanpa melalui proses daur ulang misalnya pengumpulan koran bekas, proses ini biasanya dilakukan oleh para pemulung. 2. Recycling (daur ulang) yaitu pemanfaatan bahan buangan untuk diproses kembali menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain. Proses ini juga biasanya dilakukan oleh para pemulung. Menurut Neolaka (2008), proses akhir pengelolaan sampah dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang dijadikan sebagai Kawasan Industri Sampah (KIS). Dilokasi TPA juga dilakukan pemisahan sampah dengan teliti

untuk mengetahui perlakuan sampah-sampah tersebut sesuai fungsinya. Sampah yang berbahaya perlu penanganan secara khusus. Biasanya sampah berbahaya penanganannya disesuaikan Undang-Undang atau peraturan yang berlaku. Namun pada sampah yang tidak bisa diolah atau diproses secara khusus dibuang dengan cara sanitary landfill. Akan tetapi kenyataan di lapangan yang terjadi adalah dilakukan dengan cara open dumping. Menurut Chandra (2007), tahap pemusnahan sampah terdapat beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: 1. Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini pemusnahan dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. 2. Incineration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. 3. Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh bakteri-bakteri tertentu, proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. 4. Hog feeding yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (babi) tetapi perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah terlebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing pita (trichinosis) ke hewan ternak.

5. Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif jika sistem pembuangan air limbah dilakukan dengan baik. 6. Dumping Dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau TPA sampah sampai sampah tersebut penuh dan pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru (Chandra, 2007). Dumping merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai di negara berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup tanah, rawa dan jurang, sampah hanya dibuang dan ditumpuk saja tanpa penutupan. Sistem ini terbagi menjadi dua macam yaitu open dumping (penumpukan terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut), metode ini menimbulkan masalah pencemaran (Kusnoputranto dan Susanna, 2000). 2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan Sampah padat yang tidak dikelola dengan baik, hanya dibuang saja akan menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah tersebut menjadi sarang vektor penyakit. Sampah padat berupa makanan sangat disukai lalat, lalat akan hinggap dan bahkan bertelur di tumpukan sampah itu. Apabila sampah mengandung kotoran binatang atau manusia yang telah terinfeksi, maka lalat yang hinggap pada kotoran dapat menularkan penyakit. Sampah padat yang kotor

dapat menjadi sarang kecoa seperti halnya dapat menyebarluaskan bibit penyakit (Machfoedz, 2008). Binatang lain yang senang berkembang biak di dalam sampah padat atau yang bersembunyi di dalam sampah misalnya kelabang dan luwing yang dapat menyemprotkan cairan dari mulutnya sampai 75 cm, apabila cairan ini mengenai mata dapat mengakibatkan buta. Sampah padat yang bertumpuk di atas tanah yang lembab juga merupakan tempat yang baik bagi cacing-cacing tertentu yang bisa membahayakan kesehatan seperti halnya cacing cambuk dan cacing gelang (Machfoedz, 2008). Menurut Adnani (2011), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan menjadi dua yaitu: 1. Pengaruh langsung Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah karsinogenik, teratogenik dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga dan sampah industri. 2. Pengaruh tidak langsung Pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia. Sampah apabila ditimbun sembarangan dapat

dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes dan leptospirosis serta penyakit bawaan sampah lainnya seperti keracunan gas metan (CH 4 ), hidrogen sulfida (H 2 S) dan sebagainya. Zat kimia yang dihasilkan sampah berupa gas hidrogen sulfida (H 2 S) yang terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Gas ini Tidak berwarna tetapi mempunyai ciri berbau khas seperti telur busuk dan merupakan jenis gas beracun. Gas ini bersifat iritan bagi paru-paru dan efek utamanya melumpuhkan pusat pernafasan. Efek fisik gas H 2 S terhadap manusia tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah lamanya seseorang berada di lingkungan paparan H 2 S, frekuensi seseorang terpapar, besarnya konsentrasi H 2 S dan daya tahan seseorang terhadap paparan H 2 S. Efek gas H 2 S berupa gejala sakit kepala atau pusing, batuk, sesak nafas, kulit terasa perih dan kehilangan kemampuan membau. Pada konsentrasi yang tinggi mengakibatkan kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu 30-1 jam dan pada konsentrasi lebih dari 700 PPM kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut kematian (Anonimous, 2001). Gas lain yang dihasilkan oleh pembusukan sampah adalah gas metan (CH 4 ), gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat mudah terbakar dengan sendirinya.

Apabila secara tidak sengaja menghirup gas metan berakibat terjadinya ganggunan pernafasan, dalam konsentrasi yang tinggi dan berkepanjangan memiliki dampak buruk yaitu kematian. Gas metan apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kebakaran (Sukandarrumidi, 2006). Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang tidak baik memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan seperti: 1. Menyebabkan estetika lingkungan menjadi tidak indah dilihat akibat adanya tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat. 2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk sangat tinggi maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat. 3. Adanya debu-debu dapat mengganggu mata dan pernafasan. 4. Risiko terjadinya kebakaran (baik sengaja maupun tidak) dan asap yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara. Selain itu berpotensi menyebabkan kebakaran yang luas dan membahayakan penduduk sekitar. 5. Risiko terjadinya pencemaran udara karena meningkatnya konsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara. 6. Pembuangan sampah kesaluran air akan menyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran sungai. Sehingga bila terjadi hujan dapat menimbulkan banjir. Pembuangan sampah ke dalam selokan atau badan-badan air akan menyebabkan badan air tersebut menjadi kotor. Selain itu hasil

dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organik dapat mencemari air permukaan ataupun air tanah menjadi dangkal. 7. Dihasilkannya asam organik dari sampah yang dibuang ke badan air serta kemungkinan timbulnya banjir akibat timbunan sampah yang berpotensi untuk menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, antara lain kerusakan jalan, jembatan, saluran air, fasilitas saringan dan pengolahan air kotor. Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut, keadaan lingkungan yang tidak bersih akan mengurangi daya tarik bagi orang lain terutama turis asing untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 2.2. Keluhan Kesehatan Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan baik karena penyakit akut ataupun penyakit kronis (Saryono dan Widianti, 2011). Timbulnya penyakit pada masyarakat tertentu pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara penduduk setempat dengan berbagai komponen di lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air, serangga, tanah dan manusia. Apabila berbagai komponen lingkungan tersebut mengandung bahan beracun ataupun bahan mikroba yang memiliki potensi timbulnya penyakit, maka manusia akan jatuh sakit dan menurunkan kualitas sumber daya

manusia. Sumber penyakit atau agent masuk kedalam tubuh melalui tiga cara yaitu sistem pernafasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit (Achmadi, 2008). 2.2.1. Sistem Pernafasan Manusia menghirup udara dan oksigen yang di dalamnya terdapat debu, bakteri, virus, spora, jamur dan lain-lain. Sistem pernafasan berawal dari hidung, tenggorokan, bronkus, cabang-cabang bronkhioli hingga akhirnya alveoli dilengkapi dengan sistem pertahanan tubuh (Achmadi, 2011). Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan dalam mengubah sumber energi menjadi energi serta membuang CO2 sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan manusia terdiri atas beberapa organ yang dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pernafasan. Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri, virus, asap rokok, debu atau polutan udara. Tingkat polusi yang tinggi akan menyebabkan banyak sekali gangguan pernafasan (Budiono, 2011). Lingkungan yang digunakan untuk membuang sampah terutama sampah yang mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme menghasilkan gas metan (NH 4 ) dan gas hidrogen sulfida (H 2 S) yang menimbulkan polutan udara dan berpengaruh terhadap sistem pernafasan serta bersifat racun bagi tubuh (Soemirat 2009).

Menurut Somantri (2009), pernafasan pada manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini: 1. Lingkungan Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan meningkatkan jumlah kehilangan panas dari permukaan tubuh. 2. Aktivitas dan istirahat Latihan atau kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh. 3. Kesehatan Seorang yang sehat sistem pernafasan secara normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah. 4. Gaya hidup Orang yang perokok atau terpapar polusi udara dapat mengindikasikan adanya gangguan paru-paru. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan sistem pernafasan adalah sebagai berikut: 1. Batuk Batuk adalah salah satu keluhan kesehatan pada sistem pernafasan, batuk bukan suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di

tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat dibedakan dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari berturut-turut disebut batuk kronik atau batuk kronik berulang (Zein, 2010). Gangguan pernafasan harus tetap diwaspadai karena dapat berupa gejala penyakit yang lebih serius. Adanya batuk terus-menerus, dahak bercampur darah, dan timbul rasa sakit atau nyeri dada merupakan gejala yang mengarah ke penyakit kanker paru-paru (Budiono, 2011). 2. Nyeri dada Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan yang berfungsi menukar oksigen dalam sistem karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin, proses ini dikenal sebagai respirasi atau pernafasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi lebih rentan mengalami gangguan pernafasan (Budiono, 2011). Nyeri dada adalah salah satu keluhan pada sistem pernafasan, nyeri dada merupakan perasaan sakit atau perasaan tidak nyaman yang cukup mengganggu di daerah dada. Nyeri terjadi akibat rangsangan organ tubuh pada rongga dada yang disalurkan ke dinding dada melalui saraf pusat. Nyeri dada berkaitan dengan paru, jantung atau organ yang lain. Sifat nyeri dada bermacam-macam diantaranya nyeri terasa berat, dada terasa penuh, dada seperti diremas, menusuk dan rasa terbakar (Suddarth, 2002).

Nyeri dada yang berkaitan dengan paru, nyeri terasa tajam dan menusuk. Sedangkan nyeri yang berkaitan dengan jantung biasanya dimulai dari daerah dada bagian tengah kemudian menyebar ke bagian leher dan dagu. Rasa nyeri tersebut dapat pula menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri bagian dalam. Nyeri dada juga dapat disebabkan gangguan pada oesophagus dan lambung. Nyeri biasanya berasal dari ulu hati yang kemudian dirasakan di dada bagian dalam dan disertai adanya mual dan muntah (Anonimous, 2003). 3. Sesak Nafas Sesak nafas adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif merasakan ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologi, psikologi, sosial dan lingkungan. Sesak nafas biasanya disertai dengan keluhan batuk dan nyeri dada (Zein, 2010). Orang yang mengalami sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diabaikan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awalnya dan segera diatasi. Sesak nafas dapat terjadi karena faktor lingkungan, pencemaran lingkungan, udara dingin dan lembab. Selain itu bekerja di lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan (Hasyim, 2008).

2.2.2. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan sangat penting dalam menunjang kesehatan, sistem pencernaan memproses apa yang kita makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi dan energi untuk berfungsi dengan baik. Sistem pencernaan meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar hingga anus. Penyakit dan gangguan sistem pencernaan bervariasi, namun biasanya memiliki gejala yang serupa lalu mengarah ke salah satu jenis penyakit. Perlu diwaspadai apabila buang air besar yang disertai adanya darah karena merupakan salah satu gejala penyakit yang lebih serius (Shanty, 2011). Diare adalah gangguan yang terjadi ketika adanya perubahan konsistensi feses dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare ababila feses cair dan buang air besar tiga kali atau lebih. Diare disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit dan protozoa. Diare dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang dan erat hubungannya dengan lingkungan yang tidak higienis (Depkes RI, 2009). Menurut Depkes RI (2006), penularan diare dapat terjadi melalui air yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri dan melalui tanah yang terkontaminasi. Faktor risiko yang paling dominan menimbulkan diare adalah: 1. Sarana air bersih, yaitu semua sarana air bersih yang dipakai sebagai sumber air yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat. Yang perlu diperhatikan antara lain

kualitas jumlah air yang digunakan oleh masyarakat, kuantitas air serta sumber air bersih yang digunakan. 2. Pembuangan kotoran, berupa jamban yang digunakan oleh masyarakat yang memenuhi syarat antara lain kotoran manusia tidak mencemari lingkungan, tidak mencemari air dan tanah, tidak terjamah oleh manusia dan vektor. 3. Pembuangan air limbah yang berasal dari industri dan rumah tangga. 4. Pembuangan sampah apabila pengelolaan sampah tidak memenuhi persyaratan. 2.2.3. Penyakit Kulit Menurut Sitorus (2008), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab penyakit kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptes scabiei). 1. Gatal-gatal Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini seringkali menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi penanahan. Salah satu penyakit kulit adalah skabies dengan gejala keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari dan adanya bintik-bintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung oleh:

a. Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit berkeringat. Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena benda plastik terlalu lama atau terkena kain sintesis. b. Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera mengganti pakaian. Pakaian yang kotor akan disenangi oleh bakteri yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan. c. Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi. Walaupun bukan merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak dapat dibiarkan. Alergi dapat terjadi karena terhirup debu, bulu hewan dan pakaian. Upaya yang penting dalam pencegahan adalah pola hidup yang baik. Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila tidak disertai dengan menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus, 2008). 2. Kulit kemerahan Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala bakteri, efek negatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga memiliki sifat yang sensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena beberapa faktor yaitu alergi terhadap udara, debu, plastik maupun obat-obatan dan akibat matahari. Sinar matahari merupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparan berlebihan dalam waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panas dan luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008).

2.3. Pemulung dan Keluhan Kesehatan Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang yang sudah tidak dipakai lagi. Orang yang bekerja dalam proses pemulungan atau sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pencari sampah. Masyarakat pemulung adalah sebuah komunitas yang unik dan berbeda dengan masyarakat umum lainnya (Damanhuri dan Padmi, 2010). Faktor risiko terganggunya kesehatan pemulung pada umumnya seringkali ditemukan keluhan sakit perut, sakit kepala dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Sakit perut yang diderita diduga disebabkan pencemaran bakteri sampah pada makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pemulung. Sedangkan sakit kepala disebabkan oleh terhirupnya gas metan dan bau busuk yang mencemarai TPA yang timbul akibat proses pembusukan sampah (Sinaga, 2008). 2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Kesehatan Menurut Chandra (2007), ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor tersebut terdiri atas agent penyakit, manusia dan lingkungannya. Manusia dikatakan sehat apabila ketiga komponen tersebut dalam keadaan normal. Namun, pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu agent penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit.

2.4.1. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbantuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2009). Menurut Mulia (2005), lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia jika manusia tersebut terpapar (exposed) dengan lingkungan yang tercemar terutama pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi keberadaannya. Pada dasarnya pemaparan faktor-faktor lingkungan tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini: udara Saluran pernafasan Kulit air Saluran pencernaan Manusia saluran pencernaan Makanan Saluran pencernaan kulit Tanah Gambar 2.1. Mekanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan (Moeler, 1992 dalam Mulia). Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008). Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu area yang menampung sampah hasil pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun langsung dari sumbernya (bak atau tong sampah) dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat umumnya. Sebenarnya setelah sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat mengurangi permasalahan yang ada di masyarakat, namun permasalahan baru akan terjadi di tempat pembuangan akhir yang pada akhirnya juga akan merugikan masyarakat. Permasalahan akan terjadi apabila proses yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini dianggap sudah selesai dengan cara open dumping (dibuang pada areal atau lahan terbuka dan dibiarkan berproses sendiri) tanpa ada proses lebih lanjut. Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan memberikan dampak, baik dari segi estetika maupun gangguan lain seperti pencemaran lingkungan dan terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau kecelakaan (Suyono dan Budiman, 2010). Kondisi lingkungan kerja pemulung berada di lingkungan terbuka sehingga kondisinya berhubungan langsung dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari sampah. Dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya menjadi sumber penularan penyakit (Junaedi, 2007).

1. Paparan terhadap cahaya matahari Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari pencahayaan buatan seperti lampu pijar dan lampu pelepasan listrik dan pencahayaan alam yang bersumber dari sinar matahari. Sinar matahari adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di lingkungan terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008). Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari adalah sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan berbagai ragam panjang gelombang dan frekuensi. Sinar matahari merupakan pancaran radiasi dari matahari atau solar radiation. Bumi memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar sinar matahari tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi hari, sebelum pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagi tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk kesehatan tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan metabolisme tubuh. Racun dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi berjemur di atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB) dapat merusak membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan

terbakar, serta merusak sel-sel kulit. Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) di samping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok (Moeljosoedarmo, 2008). Dampak tidak langsung dari sinar matahari yang paling banyak terjadi adalah kanker kulit. Penduduk yang memiliki kulit berwarna lebih tahan terhadap bahaya kanker kulit dibanding penduduk kulit putih. Perilaku pemajanan mempengaruhi distribusi dan kejadian penyakit kanker (Achmadi, 2011). Tenaga kerja di luar gedung memiliki risiko yang tinggi untuk mendapatkan efek dari sinar matahari namun ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk melindungi kulit agar tidak terasa panas, terbakar, kemerahan atau berwarna coklat yaitu menggunakan pelindung seperti menggunakan krim pelindung cahaya matahari maupun menggunakan pakaian yang tepat seperti memakai baju lengan panjang, celana panjang, topi dengan penutup leher, menggunakan kacamata gelas atau kacamata plastik dan membatasi waktu pemaparan (Moeljosoedarmo, 2008). 2. Paparan terhadap bau-bauan Fungsi hidung dalam kaitanya dengan pekerjaan adalah sebagai sarana untuk menghirup oksigen dan udara, maksudnya adalah udara bersih dan tidak tercemar sehingga dapat menyelamatkan, mengamankan dan membuat nyaman kehidupan khususnya nyaman dalam bekerja. Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran karena mengganggu konsentrasi pekerja. Bau-bauan

yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman (Sedarmayanti, 2009). Hubungan bau-bauan dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Bau-bauan merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga menggambarkan hygiene (kebersihan) lingkungan pada umumnya. Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklarifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada, sehingga pengukurannya masih bersifat subjektif. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa karena telah terjadi penyesuaian. Penyesuaian penciuman apabila indra penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus. Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Sarudji dan Keman (2010), tempat pembuangan sampah padat sebagai sumber pencemaran udara karena gas yang dihasilkan dari proses dekomposisi khususnya sampah organik yang dapat mengurai. Pengaruh sampah dalam pencemaran lingkungan dapat ditinjau melalui beberapa aspek, secara fisik sampah dapat mengotori lingkungan sehingga memberikan kesan kotor dan tidak estetik terlebih apabila sampah itu membusuk serta menimbulkan bau yang tidak enak.

3. Kontak dengan vektor Vektor adalah jenis serangga yang dapat memindahkan atau menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Binatang pengganggu umumnya merupakan binatang mengerat yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan dan yang lebih penting lagi dapat merusak induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa atau matang akan menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi atau kotoran dari host terifeksi tersebut (Suyono dan Budiman, 2010). a. Nyamuk Nyamuk adalah vektor mekanis penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Jenis nyamuk terdiri dari nyamuk Anopheles, Culicini (nyamuk Culex dan Aedes) dan Aedes aegypti. Beberapa jenis penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yaitu malaria, filariasis, demam kuning, Dengue Haemoragic Fever (DHF), cikungunya dan encephalitis (Chandra, 2006). Sesuai siklus hidupnya nyamuk hidup nyamuk harus dekat dengan air, breeding places nyamuk berbeda sesuai dengan jenisnya. Culex dapat hidup disemua jenis air. Aedes hanya mau hidup di air yang jernih atau bersih baralas dengan bahan buatan seperti drum, ban bekas, bak dan kaleng bukan tanah atau alamiah sedangkan Anopheles bergantung pada jenis nyamuknya (Suyono dan Budiman, 2010).

b. Lalat Lalat merupakan vektor mekanis bakteri patogen, protozoa, dan telur serta larva cacing. Keberadaan lalat erat hubungannya dengan sampah, oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Sampah yang mudah membusuk merupakan media tempat berkembangbiaknya lalat terutama sampah organik yang mudah membusuk, baunya merangsang lalat untuk hinggap. Lalat sering kali memuntahkan makanannya, oleh sebab itu kemungkinan terjadinya penularan penyakit dapat melalui aktivitas memuntahkan makanan dan disamping itu bulu-bulu kaki lalat sanggup membawa jutaan kuman berbahaya (Sarudji dan Keman, 2010). Luasnya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat di alam sulit ditentukan. Lalat dipandang sebagai vektor penyakit tifus abdominalis, salmonellosis, kolera, disentri basiler, amoeba, tuberkulosis, antrak, frambusia, konjungtivitis dan lainnya (Chandra, 2006). c. Binatang pengerat (rodent) Menurut Sarudji dan Keman (2010), binatang pengerat yang banyak berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah tikus. Tikus juga menimbulkan kerugian terhadap manusia karena merusak dan mengotori bahan makanan atau bahan lainnya. Hubungan tikus dengan kesehatan adalah tikus dapat berperan sebagai reservoir beberapa penyakit yang ditularkan kepada manusia yaitu:

1. Penyakit pes Penyakit pes mulanya adalah penyakit tikus dan pinjalnya yang disebabkan oleh Yersinia pestis. Vektor ini menjadi inefektif setelah menggigit binatang yang darahnya mengandung penyebab penyakit pes. Bakteri tumbuh dan terdapat dalam saluran makanan pinjal itu sendiri sehingga hal ini akan membahayakan siapa saja yang digigit karena darah yang dihisap sebagian masuk melalui luka gigitannya sambil membawa Yersinia pestis. 2. Murine typhus Murine typhus ditularkan dari tikus ke manusia oleh Xenopsylla cheopsis (kutu tikus). Pinjal yang telah menggigit tikus yang menderita Murine typhus adalah pinjal yang infeksius. Pinjal infeksius bila menggigit manusia pada waktu menghisap darah pinjal yang infeksius ini berdefekasi. Kotoran pinjal masuk kedalam saluran darah melalui luka gigitan atau luka bekas di garuk atau luka oleh sebab lainnya. 3. Leptospirosis Seseorang terinfeksi penyakit ini karena kontak dengan air atau makanan yang terkontaminasi oleh kotoran atau urin tikus. Disamping itu penularan juga dapat melalui luka gigitan tikus yang menderita penyakit tersebut. 4. Salmonela Banyak kasus peracunan makanan disebabkan oleh salmonela. salmonela menyebar dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah melalui

makanan yang terkontaminasi oleh kotoran tikus yang mengandung salmonela. d. Kecoa Kecoa sebagai vektor penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui makanan atau penyakit saluran pencernaan. Kecoa dapat beradaptasi dengan ekologi manusia dengan baik. Kecoa hidup pada saluran air kotor, toilet bagian luar, pepohonan atau di lingkungan dapur dan juga kamar mandi. Karena sifatnya ini kecoa dapat berperan sebagai carrier dari penyakit diare, disentri, typoid dan polio (Sarudji dan Keman, 2010). 2.4.2. Zat Kimia Sampah yang mudah membusuk memerlukan pengelolaan yang cepat, baik dalam pengumpulan maupun pembuangannya karena pembusukan sampah akan menghasilkan zat kimia berupa gas. Gas yang dihasilkan oleh sampah adalah: 1. Hidrogen sulfida (H 2 S) Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk dan terjadi apabila bahan organik mengalami proses pembusukan sebagai akibat kinerja bakteri. Tumbuhan atau sampah organik yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) berpotensi menimbulkan gas H 2 S. Gas ini dapat tersebar kemana-mana, mengarah sesuai dengan arah angin. Oleh karena itu Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) tidak dibenarkan berada di daerah ketinggian, daerah dekat permukiman atau di pinggir sungai. Timbunan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat

merupakan sarang penyebar penyakit atau sarang berkembang biaknya penyakit (Sukandarrumidi, 2006). Menurut Soemirat (2009), hidrogen sulfida lebih berat daripada udara sehingga H 2 S sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah. Hidrogen sulfida bersifat iritan bagi paru-paru dan digolongkan ke dalam asphyixiant. Aspiksia adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas karbondioksida. Aspiksia terjadi apabila konsentrasi gas pencemar tinggi sehingga bersifat akut karena efek utama H 2 S adalah melumpuhkan pusat pernafasan sehingga pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan terhentinya pernafasan. 2. Metan (CH 4 ) Gas metan (CH 4 ) adalah gas yang lebih ringan dari udara, tidak berwarna dan tidak berbau. Gas metan terbentuk apabila bahan organik seperti sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati secara alamiah mengalami proses pembusukan. Sampah adalah salah satu kontributor besar bagi terbentuknya gas metan (CH4) karena sampah mudah membusuk akibat aktivitas mikroorganisme dan sampah selalu diproduksi oleh aktivitas manusia sehari-hari (Sukandarrumidi, 2006). Sampah yang membusuk dalam jumlah besar akan mengakibatkan penyebaran bau yang sangat mengganggu yang dapat mengakibatkan sakit kepala karena mengandung gas metan dari hasil pembusukan. Gas metan bersifat eksplosif yaitu mudah terbakar dengan sendirinya dan akan menghasilkan asap yang mengganggu pernafasan (sesak safas) serta hasil pembakaran plastik sangat berbahaya karena termasuk zat karsinogen (penyebab kanker) (Suyono dan Budiman, 2010).

2.4.3. Lama Kerja Menurut Suma mur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit. Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi yang optimal. Meskipun demikian waktu istirahat harus tetap diadakan (Sedarmayanti, 2009). 2.4.4. Personal Hygiene Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting dan kebersihan tubuh secara umum. Kebersihan diri diperlukan untuk

kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna (Saryono dan Widianti, 2011). 1. Kebersihan kulit Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk melindungi jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu, menghasilkan minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf, menghasilkan dan mengabsorpsi vitamin D (Saryono dan Widianti, 2011). Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang masuk melewati kulit (Isro in dan Andarmoyo, 2012). Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah: a. Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari. b. Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih. c. Mandi dengan menggunakan sabun.

d. Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari. e. Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah. f. Menjaga kebersihan lingkungan. 2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Apabila tangan manusia menyentuh tinja atau feses akan terkontaminasi lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sering diabaikan dan mudah masuk kedalam tubuh manusia. sedangkan permasalaha kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam (Zein, 2010). Menurut Zein (2010), cuci tangan memakai sabun, bagi sebagai besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Tapi bagi sebagian masyarakat lainnya cuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin, terutama bagi anak-anak. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu:

a. Sebelum makan dan sesudah makan. b. Sesudah buang air besar dan buang air kecil. c. Sebelum memegang bayi. d. Sebelum menyiapkan makanan. e. Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan. Menurut Isro in dan Andarmoyo (2012), mengabaikan kebersihan tangan, kaki dan kuku akan berdampak pada berbagai macam penyakit yang menghampirinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku adalah sebagai berikut: a. Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). b. Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki. c. Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur. 3. Kebersihan rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan rambut tampak kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan selain itu dapat menimbulkan permasalahan atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya ketombe, adanya kutu rambut dan sebagainya (Isro in dan Andarmoyo, 2012).

Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan, distribusi dan pola rambut. Karekteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-obatan, infeksi atau penyakit tertentu. Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap bersih dan sehat yaitu: a. Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu. b. Mencuci rambut dengan menggunakan sampo. c. Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. 2.4.5. Alat Pelindung Diri (APD) Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar adalah mata, kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut, diperlukan alat pelindung diri yang harus dipakai pada organ yang akan dilindungi (Harrington dan Gill, 2003). Perlindungan tubuh atau permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja dapat digunakan untuk mencegah: 1. Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif. 2. Penyebaran zat kimia melalui kulit. 3. Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi. Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah alat pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara langsung untuk tujuan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan tempat kerja. Meskipun APD telah dipakai namun baiknya APD yang digunakan memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana pekerja terpajan. 2. Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberi perlindungan. 3. Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif. 4. Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang gerakannya maupun tanggapan panca indranya. 5. Alat pelindung diri harus tahan lama. 6. Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya tambahan karena pemakaian) baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau mungkin penyalahgunaan. Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut: 1. Pakaian kerja Yaitu pakaian seluruh tubuh (baju dan celana panjang) yang dapat melindungi kulit dari paparan debu, kotoran, pajanan panas, bahan kimia dan lainnya. Hindari bagian kaki yang terlalu panjang, terlalu lebar atau terlipat keluar dan tidak menggunakan baju yang terlalu longgar atau sempit (Harrington dan Gill, 2003). 2. Topi pengaman Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar matahari seperti di lingkungan konstruksi dan lain-lain) (Moeljosoedarmo, 2008).

3. Pelindung mata Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap iritan dan bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari. Pelindung mata ada yang berbentuk kacamata biasa, kacamata pelindung atau tameng muka (Harrington dan Gill, 2003). 4. Masker Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam bentuk debu dan gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup dengan menggunakan masker (Harrianto, 2009). 5. Sarung tangan Sarung tangan digunakan sebagai pelapis tangan dan dipakai dengan tujuan untuk melindungi tangan agar tetap hygiene (bersih) dan menghindari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Moeljosoedarmo, 2008). 6. Sepatu kerja Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda tajam atau runcing. Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia ataupun tempat kerja yang becek, tenaga kerja diberikan sepatu pengaman jenis boot yang terbuat dari karet (Moeljosoedarmo, 2008).

2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau IMT orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Penilaian IMT dapat dilakukan secara langsung melalui antropometri dengan cara mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT). Penggunaan IMT hanya berlaku pada orang dewasa berumur diatas 18 tahun, IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan dan IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, ascites dan hepatomegali (pembesaran hati) (Supariasa at.al, 2001). Menurut Supariasa at.al (2001), masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat dan penyebabnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait satu dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gizi kurang Asupan makanan Penyakit infeksi Persediaan makanan di rumah Perawatan anak dan ibu hamil Pelayanan kesehatan Kemiskinan, kurang pendidikan dan kurang keterampilan Krisis ekonomi langsung Gambar 2.2. Faktor Penyebab Gizi Kurang (Persagi, 1999 dalam Supariasaat.al). Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting karena mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu dan dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Pemantauan keseimbangan berat badan perlu dilakukan secara berkesinambungan, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal (Supariasa at.al. 2001). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m) Atau Berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)