BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISTILAH. HALAMAN PENGESAHAN..iv HALAMAN PERNYATAAN...v. HALAMAN PERSEMBAHAN..vi

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

III. GAMBARAN UMUM. 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan. keluarganya karena fungsi dari rumah tinggal selain sebagai tempat

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dengan senantiasa harus sebagai bentuk perwujudan wawasan

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

TINGKAT PEMENUHAN DAN AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN GENUK TUGAS AKHIR

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang sebagai wadah dimana manusia, hewan dan tumbuhan bertahan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian adalah suatu usaha untuk menghimpun pabrik-pabrik alami biologis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta (DIY) di bagian selatan dibatasi Samudera Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

PENDAHULUAN Latar belakang

APARTEMEN MAHASISWA DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Bekasi merupakan wilayah sub urban, dan merupakan kota satelit penopang

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UU 9/1996, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 9 TAHUN 1996 (9/1996)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan taraf ekonomi yang ada di daerahdaerah di Indonesia. Dibukanya keran Investasi melalui PMA dan juga PMDN kemudian membawa banyak investor kemudian yang menanamkan modalnya di wilayah Bekasi. Mengakibatkan perubahan yang teramat besar dari struktur wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri tersebut juga membawa perubahan dalam struktur kota yang ada di Bekasi. Wilayahwilayah terbangun yang tadinya hanya berjarak sekitar 2 KM dari pusat kota kemudian berkembang. Banyak wilayah-wilayah yang dahulu merupakan tanah sawah, rawa, ataupun perkebunan kemudian tergantikan oleh fasilitas-fasilitas Industri. Pada awalnya kawasan Industri berkembang di wilayah-wilayah yang jaraknya dekat dengan batas kota Jakarta dan dekat dengan jalan Negara yang menghubungkan Jakarta dengan Bekasi. Dengan adanya kawasan-kawasan tersebut membuat wilayah-wilayah sekitar kawasan industri tersebut turut berkembang. Misalnya saja dengan berdirinya pemukiman-pemukiman untuk pegawai pabrik. Kondisi tersebut makin bertambah pesat ketika konsepsi Jabotabek mulai dilaksanakan, Bekasi diproyeksikan sebagai sebuah wilayah yang mampu dapat menopang beban penduduk yang sebelumnya terkonsentrasi sangat besar di Jakarta.

153 Selain sebagai daerah limpahan penduduk Bekasi juga diproyeksikan sebagai sebuah wilayah yang juga dapat menopang perekonomian Jakarta. Dengan semakin padatnya wilayah Jakarta dan juga harga tanah yang semakin bertambah mahal mengakibatkan banyak Investasi kemudian mengalir ke wilayah Bekasi. Wilayah yang paling merasakan dampak ini adalah wilayah Kecamatan Bekasi yang merupakan ibukota dari kabupaten Bekasi dan beberapa wilayah yang juga berada dekat secara geografis dengan Jakarta. Selain masuknya investasi di bidang industri, kemudian investasi bidang properti juga semakin gencar terjadi. Kompleksitas yang terjadi karena saling ada keterkaitan satu sama lain, seperti masuknya industri dan konsepsi Jabotabek yang membawa dampak pertambahan penduduk yang sangat pesat. Sehingga pertambahan penduduk tersebut juga harus dibarengi dengan dibangunnya perumahan-perumahan. Struktur kota Bekasi menjadi berubah, wilayah-wilayah terbangun semakin bertambah akibat adanya industri dan pemukiman-pemukiman baru. Dengan dibangunnya pusat-pusat pemukiman dan juga wilayah industri di Bekasi maka kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupan pun bermunculan misalnya saja pusat-pusat perdagangan eceran, jasa, perkantoran, pemerintahan dan fasilitas penunjang lainnya. Perkembangan kota yang dialami oleh Bekasi ditimbulkan karena kebutuhan dan kemauan masyarakat kota yang selalu berkembang akibat dari adanya pertambahan penduduk, kemajuan pendidikan, kemajuan kebudayaan dan sebagainya. Adanya perkembangan kota di Bekasi juga

154 dapat dilihat pada perubahan struktur dari agraris ke struktur yang non agraris. Perubahan wajah Bekasi khusunya di wilayah Kecamatan Bekasi yang kemudian menjadi Kota Administratif yang sebelumnya adalah wilayah agraris dengan masyarakat yang bercorak agraris kemudian berkembang menjadi masyarakat perkotaan. Bekasi mau tidak mau juga harus siap menjadi sebuah kota dan seluruh aspek agraris yang sebelumnya ada di wilayah tersebut sedikit demi sedikit hilang tergantikan oleh budaya kekotaan. Dalam kurun beberapa puluh tahun status administratif wilayah Bekasi selalu berubah-ubah mengikuti pola keputusan politik pemerintahan yang terus berganti. Perubahan-perubahan status administratif tersebut terus terjadi mulai dari masa kolonial, Pendudukan Jepang sampai dengan pasca kemerdekaan. Perubahan status administratif Bekasi terus berubah ketika terjadinya peralihan antara RIS ke pemerintah Negara kesatuan Republik Indonesia. Peralihan tersebut kemudian membawa Bekasi menuju sebuah status baru yaitu menjadi sebuah Kabupaten sendiri. Setelah adanya perubahan status admistratif tersebut, wajah Bekasi yang tadinya perkampungan yang diselimuti hutan-hutan dan rawa serta juga bagian dari kabupaten Jatinegara kemudian berubah Pada tahun 1960 ibukota kabupaten dipindah dari Jatinegara ke wilayah Kecamatan Bekasi. Dengan perubahan struktur tersebut juga membawa dampak pada perubahan masyarakat. Perkembangan yang terjadi di wilayah Bekasi terjadi ketika dimunculkan konsep gagasan JABOTABEK melalui Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976.

155 Pokok-pokok kebijaksanaan di dalam pengembangan wilayah Jabotabek diantaranya adalah untuk menekan jumlah penduduk yang terus bertambah serta dapat meratakan penyebarannya yang tidak hanya terjadi di kota Jakarta melainkan ke kota-kota penyangga disekitarnya. Wilayah-wilayah yang termasuk didalam Jabotabek itu adalah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan juga depok. Beberapa kawasan hinterland ini dipilih karena mempunyai peran penting bagi Ibukota Jakarta. Urbanisasi secara besar-besaran memberikan dampak terhadap perkembangan permukiman, hal ini juga yang mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan membangun permukiman skala besar di sekitaran kota-kota hinterland, kemudian dijalankannya program pembangunan Perum Perumnas yang menjadi pendorong perkembangan kota-kota tersebut termasuk di Bekasi. Dampak lain yang ditimbulkan adalah masuknya Industrialisasi di Bekasi. Penyebaran industri yang hanya terpusat di Jakarta terkait dengan terbatasnya tanah merupakan masalah utama. Ketika ruang arus gerak penanaman modal ke DKI Jakarta mulai sempit kemudian dicarilah solusi mencari daerah lain yang masih kosong dan yang terdekat dengan Jakarta. Karena investor dalam memilih lokasi didasarkan pada perhitungan dekat dengan daerah pemasaran hasil industri kemudian terpilihnya daerah-daerah yang dekat dengan Jakarta dan salah satunya adalah wilayah Bekasi. Wilayah Bekasi yang dahulu hanya didominasi oleh lahan-lahan pertanian sedikit demi sedikit kemudian berubah seiring dengan masuknya

156 pembangunan seperti pengembangan pemukiman, industri, rekreasi, dan fasilitasfasilitas penunjang perkotaan. Lahan-lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian semakin sempit, misalnya saja daerah-daerah yang dahulu merupakan areal perkebunan seperti di wilayah Pondok Gede banyak yang disulap menjadi lahan permukiman.. Imbas yang didapat setelah konsep Jabotabek dijalankan sangatlah berpengaruh terhadap peluasan wilayah kota. Wilayah-wilayah pinggiran yang tadinya hanya berupa sawah-sawah kemudian berubah menjadi kawasan-kawasan industri. Misalnya saja di kawasankawasan yang langsung berbatasan dengan Jakarta seperti yang ada di wilayahwilayah khususnya yang masuk dalam Kecamatan Bekasi yang sekarang berkembang menjadi kota. Pertambahan penduduk juga memliki andil besar terhadap perubahan tata ruang kota. Ketika kepadatan penduduk semakin bertambah namun luas wilayahnya tidak bertambah, dampaknya meluas kepada semakin besar pula ruangruang kosong yang kemudian digunakan untuk menunjang pertambahan penduduk tersebut khususnya didalam penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang. Perkembangan yang terjadi di wilayah Bekasi sangatlah kentara terlihat di wilayah Kecamatan Bekasi yang pada tahun 1983 telah dinaikan statusnya menjadi Kota Administratif Bekasi. Beberapa faktor yang menguntungkan bagi wilayah Kecamatan Bekasi khususnya karena letaknya yang sejak jaman kolonial Belanda menjadi daerah inti pusat wilayah Bekasi ketika masih menjadi kawedanan. Ditambah lagi dengan posisi strategisnya yang dekat dengan Jakarta bahkan berbatasan langsung dan dilalui oleh

157 Jalan Negara membuat wilayah ini sangat terpengaruh sekali khususnya sebagai daerah limpahan baik itu limpahan ekonomi, sosial, budaya dari wilayah tetangganya tersebut. Dengan dibangunnya pusat-pusat pemukiman dan juga wilayah industri di Bekasi maka kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupan pun bermunculan misalnya saja pusat-pusat perdagangan eceran, jasa, perkantoran, pemerintahan dan fasilitas penunjang lainnya. Perkembangan kota yang dialami oleh Bekasi ditimbulkan karena kebutuhan dan kemauan masyarakat kota yang selalu berkembang akibat dari adanya pertambahan penduduk, kemajuan pendidikan, kemajuan kebudayaan dan sebagainya. Adanya perkembangan kota di Bekasi juga dapat dilihat pada perubahan struktur dari agraris ke struktur yang non agraris. Perubahan wajah Bekasi khusunya di wilayah Kecamatan Bekasi yang kemudian menjadi Kota Administratif dan setelah itu berdiri sendiri menjadi Kotamadya Bekasi yang sebelumnya adalah wilayah agraris dengan masyarakat yang bercorak agraris kemudian berkembang menjadi masyarakat perkotaan. Bekasi mau tidak mau juga harus siap menjadi sebuah kota dan seluruh aspek agraris yang sebelumnya ada di wilayah tersebut sedikit demi sediki hilang tergantikan oleh budaya kekotaan.