BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2017. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Kandang bertingkat dengan ukuran 75 35 15 cm dan per petakan dengan ukuran 10 10 15 cm yang terbuat dari kawat, 20 buah tempat makan, 20 buah tempat air minum, 2 buah lampu pijar,1 buah penggaris, buku, pensil, timbangan digital untuk mengukur berat telur, thermometer untuk mengukur suhu kandang, oven, alat uji Kjeldahl, alat uji Soxlet, statif, alat titrasi, labu Erlenmeyer 50mL, pipet tetes, gelas ukur, neraca analitik, cawan petri dan selongsong. Bahan yang digunakan ialah burung puyuh sebanyak 60 ekor, tepung biji kangkung sebagai bahan perlakuan, ransum, air, obat-obatan, dan vitamin anti stres. Dalam pengujian, diambil telur yang pertama keluar secara acak dengan jumlah 5 ulanga, selenium, H2SO4 pekat, NaOH 40%, asam borat 5%, larutan HCl, dan chloroform. 3.3 Rancangan Percobaan Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Dalam penelitian ini rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat faktor dengan masing-masing lima kali pengulangan. Masing-masing faktor sebagai berikut: R1: Ransum yang tidak mengandung Tepung Biji Kangkung. R2: Ransum yang mengandung 5 % Tepung Biji Kangkung. 17
18 R3: Ransum yang mengandung 10 % Tepung Biji Kangkung. R4: Ransum yang mengandung 15 % Tepung Biji Kangkung. 3.4 Langkah Kerja 3.4.1 Persiapan alat dan bahan Persiapan kandang untuk memelihara puyuh, alat yang akan digunakan untuk membuat ransum, alat yang akan digunakan untuk uji fisik telur. 3.4.2 Pembuatan ransum Pakan burung puyuh yang digunakan merupakan pakan jadi lalu dicampurkan dengan tepung biji kangkung sesuai perlakuan. 3.4.3 Pemberian perlakuan Tahapan pelaksanaan dimulai dengan menyiapkan 60 ekor burung puyuh betina produktif (umur 14 hari). Kemudian dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan, pembagian ini dilakukan secara acak. Setiap kelompok perlakuan ditempatkan dalam kandang 10 10 15 cm yang dilengkapi tempat pakan dan tempat air minum yang terbuat dari paralon. Masing-masing kelompok perlakuan berjumlah 15 ekor burung puyuh dibagi menjadi 3 ulangan pada setiap perlakuan, sedangkan untuk setiap ulangan terdiri 5 ekor burung puyuh. Pemeliharaan dengan perlakuan pakan dilakukan selama 40 hari. Dimana untuk 7 hari awal digunakan sebagai aklimatisasi pakan agar hewan coba beradaptasi dengan perubahan komponen pakan, sedangkan 33 hari berikutnya dihitung sebagai hari pengamatan. Air minum diberikan secara ad libitum dan diganti setiap pagi hari selama perlakuan berlangsung. Gambar 3.1 Kandang puyuh
19 Pakan diberikan pagi hari, vitamin ditambahkan dalam air minum sesuai dosis yang dianjurkan. Pengambilan sampel telur yang akan dianalisis dilakukan pada saat puyuh mulai bertelur dan diambil secara acak, telur diambil 3 butir dan dijadikan 1 sampel, ditimbang, dan selanjunya diuji menggunakan metode Kjeldahl untuk mengetahui kadar protein pada albumi dan uji soxlet untuk mengetahui kadar lemak pada yolk di dalam telur puyuh. Formulasi ransum dan nutrient ransum yang dibuat seperti pada tabel 3.1 dan tabel 3.2: Tabel 3.1 Formulasi Ransum Perlakuan NO. BAHAN R1 (%) R2 (%) R3 (%) R4 (%) 1 Jagung 51.9 50.9 50.9 48.9 2 Dedak Halus 9 5 0 0 3 Bungkil Kedelai 17 17 17 10 4 Tepung Ikan 11 11 11 15 5 Minyak Kelapa 4 4 4 4 6 Tepung Tulang 3 3 3 3 7 Kalsium Karbonat 3.5 3.5 3.5 3.5 8 Tepung biji kangkung - 5 10 15 9 Premix 0.5 0.5 0.5 0.5 10 DL-Methionin 0.1 0.1 0.1 0.1 TOTAL 100 100 100 100 Tabel 3.2 Nutrien Ransum Nutrien R1 R2 R3 R4 PK (%) 20.393 20.460 20.483 20.024 LK (%) 8.666 8.5182 8.3522 8.251 SK (%) 4.590 4.827 4.992 5.476 EM (Kkal/Kg) 2910.930 2910.94 2928.35 2908.66 Ca (%) 3.190 3.198 3.205 3.511 P Available (%) 0.876 0.909 0.941 1.105 Methionin (%) 0.514 0.504 0.493 0.518 Lysin (%) 1.220 1.198 1.172 1.185
20 Keterangan: PK : Protein Kasar LK : Lemak Kasar SK : Serat Kasar EM : Energi Metabolisme 3.5 Pengamatan 3.5.1 Uji Protein Uji Kjeldahl merupakan uji protein yang sederhana, metode ini sudah banyak mengalami penyesuaian. Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. cocok untuk mengetahui kadar protein yang tidak larut atau yang sudah mengalami koagulasi (Bakhtra, Rusdi, & Mardiah, 2016). Pada uji protein ini, yang diambil menjadi sampel adalah bagian albumen. Metode kjeldahl seperti berikut: a. Pengeringan Sampel Dikeringkan dengan menggunakan oven dalam suhu 60 o C selama 3 hari. Pengeringan ini bertjuan untuk menghilangkan kadar air dalam sampel. b. Disgesti Sampel di timbang 1g lalu dimasukan ke labu kjeldahl lalu di digesti. Dimasukan selenium ke labu kjeldahl sebanyak 2g dan tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 20ml, lalu di destruksi sampai warna hijau bening, dinginkan lalu masukan ke labu destiasi. c. Netralisasi Larutan tadi ditambahkan dengan NaOH 40%, dipanaskan nitrogen yang menguap bersama. Uap air akan ditangkap oleh asam borat 5% ber indikator campuran dihasilkan kurang lebih 50 ml dengan ditandai warna hijau. larutan NaOH mengubah ammonium sulfat menjadi gas ammonia. Gas amonia yang terbentuk dilepaskan dari larutan dan berpindah keluar dari labu digesti masuk ke labu penerima, yang berisi asam borat berlebih. Rendahnya ph larutan di labu mengubah gas amonia menjadi ion amonium serta mengubah asam borat menjadi ion borat
21 d. Titrasi Larutan di titrasi dengan HCl yang normalitasnya sudah diketahui sampai titik akhir yaitu larutan berwarna merah muda seulas. e. Perhitungan Selanjutnya hasil dihitung menggunakan rumus: &N = x mol (Vs Vb)cm3 14g 1000 cm3 mg mol 100 Dimana Vs dan Vb adalah volume titrasi sampel dan blanko, 14g adalah berat molekul untuk nitrogen N. Penetapan blanko biasanya dilakukan pada saat yang sama dengan sampel untuk memperhitungkan nitrogen residual yang dapat mempengaruhi hasil analisis. Setelah kadar nitrogen ditentukan, dikonversi menjadi kadar protein dengan faktor konversi yang sesuai: %Protein = F x %N 3.5.2 Uji Lemak Uji soxhlet merupakan ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik (Maligan, 2014). Pada uji lemak ini bagian yang diambil adalah bagian yolk. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Sampel di oven dengan suhu 60 o C selama 3 hari. b. Sampel yang sudah di gerus, di timbang seberat 1g, lalu dimasukan ke dalam selongsong. c. Selongsong di pasangkan ke alat soxhlet lalu dipanaskan selama 8 jam. d. Sampel di angkat lalu di oven agar semua pelarutnya menguap. Suhu pada oven adalah 105 o C. e. Setelah mongering, sampel ditimbang, itu merupakan berat lemak (g), setelah itu diakukan perhitungan. Perhitungan menggunakan rumus berikut:
22 %Lemak = berat lemak(g) berat sampel 100% 3.6 Analisis Data Anaisis data menggunakan statistic one way ANOVA (Analysis of Variance) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan, dimana analisis ini digunakan untuk dapat membedakan diantara perlakuan. Pada segi kepercayaan digunakan taraf 95% (a = 0.05). Apabila hasil menunjukan < 0.05 maka ada perbedaan yang nyata.