Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN TANJUNG JOHOR KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

HUBUNGAN HIGIENE TANGAN DAN KUKU DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA SDN KENJERAN NO. 248 KECAMATAN BULAK SURABAYA

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

1. BAB I PENDAHULUAN

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR MI ASAS ISLAM KALIBENING, SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

xvii Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Yulisetyaningrum ABSTRAK

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem

Slamet Afriyadi 1), Miko Eka Putri 2) Program Studi S1 Keperawatan STIKBA Jambi 1)2) ABSTRACT

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH PERSONAL HIGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN GIANYAR

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN DI SD ATHIRAH BUKIT BARUGA MAKASSAR

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Transkripsi:

Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 ANALISIS HYGIENE PERORANGAN TERHADAP KONTAMINASI TELUR CACING PADA KUKU SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi ABSTRAK Latar belakang: Infeksi cacing pada manusia dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasinya terhadap lingkungan. Helminthiasis banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi serta keadaan hygiene dan sanitasi yang kurang. Berdasarkan observasi pada anak sekolah diketahui banyak yang memiliki kuku panjang dan tidak terawat yang akan menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung bakteri dan telur cacing. Perilaku anak-anak usia sekolah dasar yang bermain tanah dan tidak memotong kuku dengan rutin serta tidak terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun menyebabkan resiko kontaminasi penyakit cacingan cukup tinggi di wilayah Seberang Kota Jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi dan untuk mengetahui hubungan mencuci tangan dengan sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi. Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah menjadi 60 sampel. Analisis hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan: Penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku siswa dengan kontaminasi telur cacing pada kuku siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tatul Yaman (p - value 0,000). Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan siswa dengan kontaminasi telur cacing pada kuku siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tatul Yaman (p - value 0,000). Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa 106

Analisis Hygiene Perorangan terhadap Kontaminasi Telur Cacing pada Kuku Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi ANALYSIS OF PERSONAL HYGIENE TO CONTAMINATION WORM EGGS IN NAIL ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS ON PUSKESMAS TAHTUL YAMAN OF JAMBI CITY ABSTRACT Background: Helminthiasis found many areas with high humidity as well as the state of hygiene and sanitation are lacking. Based on observations in students known to many who have long fingernails and unkempt. It will be a place of attachment of a variety of bacteria and dirt containing worm eggs. The behavior of children of primary school age were playing ground and do not cut the nails regularly and are not used to wash hands with soap worming cause contamination risk is quite high in Seberang Kota Jambi. The purpose of this study was to determine the relationship nail hygiene with worm egg contamination in primary school students in the region Puskesmas Tahtul Yaman of Jambi City and to determine the relationship of handwashing with worm egg contamination in primary school students in the region Puskesmas Tahtul Yaman of Jambi City. Methode : This research is a quantitative research, using cross sectional design. The sample in this research is to 60 samples. Analysis of the relationship between variables is done by using Chi Square. Conclusions: The conclusion show there is a significant correlation between students the nail hygiene with contamination worm eggs on nails elementary school students in the region Puskesmas Tahtul Yaman (p - value 0.000). There is a significant relationship between students habit of washing hands with nail contamination worm eggs on elementary school students in the region Puskesmas Tahtul Yaman (p - value 0.000). Keywords : nail hygiene, handwashing, contamination of worm eggs on the nails of students PENDAHULUAN Penyakit cacingan (Helminthiasis) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia, cacingan akan menghambat pertumbuhan fisik, kecerdasan anak dan produktivitas kerja. Penyakit ini merupakan penyebab kesakitan terbanyak di seluruh dunia. Prevalensi Helminthiasis sangat tinggi terutama didaerah tropis. Di Indonesia Helminthiasis merupakan masalah kesehatan masyarakat terbanyak setelah malnutrisi. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius tetapi dapat menyebabkan gangguan 107

Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomis. 1 Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing di Indonesia pada tahun 1986-1991 masih tinggi prevalensinya yaitu 60%- 80%. Hal ini terjadi dikarenakan Indonesia berada dalam posisi geografis yang temperatur dan kelembaban yang sesuai untuk tempat hidup dan berkembang biaknya cacing. Pengaruh lingkungan global dan semakin meningkatnya komunitas manusia serta kesadaran untuk menciptakan perilaku hygiene dan sanitasi yang semakin menurun merupakan faktor yang mempunyai andil yang besar terhadap penularan parasit. 2 Keberadaan dan penyebaran suatu parasit di suatu daerah tergantung pada berbagai hal, yaitu adanya hospes yang peka, terdapatnya kondisi lingkungan yang sesuai bagi kehidupan parasit, kurangnya sarana air bersih, kebiasaan makan dengan tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu, pemakaiaan berulang-ulang daun dan pembungkus makanan, sayur-sayuran yang dimakan mentah, penggunaan air sungai untuk berbagai kebutuhan hidup (mandi, mencuci bahan makanan, mencuci pakaian, berkumur, gosok gigi, dan juga digunakan sebagai kakus) meningkatkan penyebaran penyakit parasit terutama penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah. 3 Infeksi cacing pada manusia dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasinya terhadap lingkungan. Helminthiasis banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi serta keadaan hygiene dan sanitasi yang kurang. Berdasarkan observasi pada anak sekolah diketahui banyak yang memiliki kuku panjang dan tidak terawat. Hal akan menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung bakteri dan telur cacing. Hasil observasi pendahuluan di wilayah Seberang Kota Jambi masih banyak ditemukan jamban yang tidak sehat yaitu tanpa menggunakan septik tank. Pada saat musim hujan wilayah seberang Kota Jambi sering terjadi banjir akibat luapan sungai Batanghari. Kondisi ini memungkinkan kontaminasi telur cacing pada tanah melalui kotoran manusia sangat tinggi. Perilaku anakanak usia sekolah dasar yang bermain tanah dan tidak memotong kuku dengan rutin serta tidak terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun menyebabkan resiko kontaminasi penyakit cacingan cukup tinggi di wilayah Seberang Kota Jambi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan kontaminasi telur cacing pada siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi dan untuk mengetahui hubungan mencuci tangan dengan kontaminasi telur cacing pada siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Pendekatan Cross Sectional melibatkan lebih banyak subjek akan tetapi banyaknya. 4 Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016. Populasi dalam penelitian ini Siswa kelas 1 dan 6 Sekolah Dasar Negeri di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi yaitu sebanyak 598 siswa. Sampel 108

Analisis Hygiene Perorangan terhadap Kontaminasi Telur Cacing pada Kuku Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi dalam penelitian ini adalah 10 % dari jumlah populasi 5 yaitu sebanyak 59,8 dibulatkan menjadi 60 siswa.pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan wawancara dan observasi kebersihan kuku dan pemeriksaan laboratorium telur cacing pada kotoran kuku siswa Sekolah Dasar Negeri di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif analitik dengan menguraikan hasil observasi, wawancara, dan pemeriksaan telur cacing pada kuku siswa sekolah dasar. dengan variabel kebersihan kuku siswa dan kebiasaan mencuci tangan dihubungkan dengan hasil pemeriksaan telur cacing. Analisis hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pemeriksaan kontaminasi telur cacing pada kuku siswa sekolah dasar di wilayah PuskesmasTahtul Yaman Kota Jambi adalah diketahui bahwa jumlah siswa yang negatif terkontaminasi telur cacing adalah sebanyak 27 sampel (45%) dan yang positif terkontaminasi telur cacing adalah sebanyak 33 sampel atau 55 %. Hasil penelitian terhadap kebersihan kuku siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi adalah bahwa kebersihan kuku siswa yang termasuk ke dalam kategori baik adalah sebanyak 23 siswa (38%) dan kebersihan kuku siswa yang termasuk kategori buruk adalah sebanyak 27 siswa (62%). Hasil penelitian terhadap kebiasaan mencuci tangan siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi adalah bahwa kebiasaan mencuci tangan siswa yang termasuk ke dalam kategori baik adalah sebanyak 18 siswa (30%) dan kebiasaan mencuci tangan siswa yang termasuk kategori buruk adalah sebanyak 42 siswa (70%). a. Hubungan kebersihan kuku dengan Berdasarkan hasil uji Chi Square mengena hubungan kebersihan kuku siswa dengan kontaminasi telur cacing seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Hasil Uji Chi Square Hubungan Kebersihan Kuku dengan Kontaminasi Telur Cacing Pada Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi No 1 2 Kontaminasi Telur Cacing Kebersihan Kuku Negatif Positif Jumlah N % N % N % Baik 22 95.7 1 4.3 23 100 Buruk 5 13.5 32 86.5 37 100 Total 27 45 33 55 60 100 OR 140.800 (15.375 1289.397) P Value 0,000 Hasil Analisis pada tabel 1 menunjukan bahwa dari 23 siswa yang memiliki kebersihan kuku baik, kontaminasi telur cacing negatif sebanyak 22 siswa (95,7%) dan positif terkontaminasi telur cacing hanya 1 siswa (4,3 %). Sedangkan 37 siswa dengan kebersihan kuku buruk, kontaminasi telur cacing negatif sebanyak 5 siswa (13,5%) dan positif 109

Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November terkontaminasi telur cacing sebanyak 32 siswa (86,5 %). Hasil Uji Statistik dengan Chi square diperoleh nilai p - value 0,000 (p< 0,05) hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku siswa dengan sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman. Berdasarkan tingkat resiko diketahui kebersihan kuku yang buruk beresiko 140,8 kali menyebabkan terjadinya kontaminasi telur cacing pada siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan kuku siswa memiliki peran dalam kontaminasi telur cacing pada siswa sekolah dasar. Berdasarkan wawancara dengan dengan siswa diketahui pada umumnya kuku siswa dipotong oleh orang tua. Apabila orang tua lupa atau tidak melakukan pemotongan kuku maka kuku siswa akan panjang dan tidak bersih. Umumnya siswa sekolah dasar masih suka bermain tanah. Kondisi ini menyebabkan kuku siswa terlihat kotor dan dipenuhi tanah atau kotoran dari tanah. Perilaku masyarakat yang masih sebagian membuang tinja di sembarang tempat menjadikan tanah banyak mengandung telur cacing. Salah satu jenis cacing yang penularannya melalui tanah adalah cacing Ascaris lumbricoides. Menurut Safar, cacing Ascaris lumbricoides dewasa hidup di dalam rongga usus halus manusia. Cacing betina dapat bertelur sampai 200.000 butir sehari, yang dapat berlangsung selama masa hidupnya yaitu kira-kira 1 tahun. Telur ini tidak menetas di dalam tubuh manusia, tapi dikeluarkan bersama tinja manusia. 6 Telur yang di buahi yang keluar bersama tinja manusia tidak infektif. Di tanah pada suhu 20 0 C-30 0 C, dalam waktu 2-3 minggu menjadi matang yang disebut telur infektif dan di dalam telur ini sudah terdapat larva. Telur infektif ini dapat hidup lama dan tahan terhadap pengaruh buruk. 6 Telur cacing gelang keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor (tercemar tanah dengan telur cacing). 7 Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai cacing dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Secara anatomis kuku terdiri dari atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda. 8 Menurut Mubarak cara-cara dalam merawat kuku antara lain: 9 a. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval (bujur) atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus. b. Kuku tidak boleh dipotong terlalu pendek karena bias melukai selaput kulit dan kulit disekitar kuku. 110

Analisis Hygiene Perorangan terhadap Kontaminasi Telur Cacing pada Kuku Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi c. Kotoran dibalik kuku tidak boleh dibersihkan dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan di bawah kuku. d. Kuku dipotong seminggu sekali atau sesuai kebutuhan. e. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu f. Kuku tidak boleh karena akan merusak bagian kuku. Kebersihan kuku siswa terwujud dengan baik apabila ada pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai pentingnya kebersihan kuku dan dampak terhadap kesehatan. Peran orang tua dan guru sanga diperlukan untuk mewujudkan kerbsihan kuku siswa. b. Hubunan kebiasaan mencuci tangan dengan kontaminasi telur cacing pada siswa Berdasarkan hasil uji Chi Square hubungan mencuci tangan dengan diketahui hasil berikut ini: Tabel 2. Hasil Uji Chi Square Hubungan Kebersihan Kuku dengan Kontaminasi Telur Cacing Pada Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi No. 1 Kebiasaan mencuci Tangan Baik Kontaminasi Telur Cacing Jumlah Negatif Positif N % N % N % 16 88.9 2 11.1 18 100 2 Buruk 11 26.2 31 73.8 42 100 Total 27 45 33 55 60 100 OR 22.545 (4.449 114.261) P Value 0,000 Hasil Analisis pada tabel 2. menunjukan bahwa dari 18 siswa yang memiliki kebiasaan mencuci tangan baik, kontaminasi telur cacing negatif sebanyak 16 siswa (88,9%) dan positif terkontaminasi telur cacing sebanyak 2 siswa (11,1 %). Sedangkan 42 siswa dengan kebiasaan mencuci tangan buruk, kontaminasi telur cacing negatif sebanyak 11 siswa (26,25%) dan positif terkontaminasi telur cacing sebanyak 31 siswa (73,8 %). Hasil Uji Statistik dengan Chi square diperoleh nilai p - value 0,000 (p< 0,05) hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan sekolah dasar di wilayah puskesmas Tahtul Yaman. Berdasarkan tingkat resiko diketahui kebiasaan mencuci tangan yang buruk beresiko 22,545 kali menyebabkan terjadinya sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi. Mencuci tangan menggunakan sabun merupakan program pemerintah yang saat ini terus digalakkan. Di setiap tempat umum wajib menyediakan tempat cuci tangan ter- 111

Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November masuk sekolah. Menurut Depkes RI tahun 2006 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 disebutkan bahwa minimal terdapat satu tempat cuci tangan dengan air bersih mengalir untuk setiap 2 kelas. Setiap tempat cuci tangan wajib disediakan sabun. 10 Hal ini menunjukkan bawah siswa harus membiasakan mencuci tangan di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kebiasaan mencuci tangan siswa yang termasuk kategori baik sebanyak 18 siswa (30%) dan kebiasaan mencuci tangan buruk sebanyak 42 siswa (70%). Hal ini menunjukkan masih banyak siswa yang tidak biasa melakukan cuci tangan. Hasil pemeriksaan kontaminasi telur cacing pada siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman menunjukkan masih banyak kotoran pada kuku siswa yang terkontaminasi telur cacing. Ada sebanyak 33 siswa (55%) yang positif terkontaminasi terlur cacing pada kotoran kukunya. Hasil Uji Statistik dengan Chi square diperoleh nilai p - value 0,000 ( p< 0,05 ) hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan siswa dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa. Berdasarkan tingkat resiko diketahui kebiasaan mencuci tangan siswa sekolah dasar yang buruk berisiko 22,545 kali menyebabkan sekolah dasar. Berdasarkan pengamatan oleh yang dilakukan di sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman umumnya di kelas atau setiap 2 kelas tidak ditemukan tempat cuci tangan menggunakan sabun. Anak-anak sangat senang main tanah menggunakan tangan. Setiap mengambil makanan di kantin tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Hal inio menunjukkan siswa sekolah dasar belum menyadari pentingnya kebersihan diri (hygiene) Menurut Depkes RI tahun 2004 bahwa hygiene adalah usaha kesehatan lingkungan dalam pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.2 Upaya hygiene antara menyediakan air minum yang steril dan air bersih untuk keperluan sehari-hari, mandi dua kali sehari, buang air besar di jamban berseptick tank, selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menjaga kebersihan diri seperti memotong kuku bila panjang dan membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu diharapkan seluruh siswa menjaga kebersihan dirinya terutama untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun khususnya sebelum makan. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan penyakit seperti cacingan diantaranya disebabkan infeksi cacing Ascaris (Ascariasis). Upaya pencegahan ascaris dapat dilakukan dengan melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan yang baik. Membuat kakus untuk menghindari pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah telur cacing mencemari makanan atau minuman, selalu memasak makanan dan minuman sebelum 112

Analisis Hygiene Perorangan terhadap Kontaminasi Telur Cacing pada Kuku Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi dimakan atau diminum, serta menjaga kebersihan perorangan yaitu mencuci tangan menggunakan sabun akan menecegah terjadinya infeksi cacing Ascaris (Soedarto,2011) 3. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku siswa dengan kontaminasi telur cacing pada kuku siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman (p - value 0,000). 2. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan siswa dengan kontaminasi telur cacing pada kuku siswa sekolah dasar di wilayah Puskesmas Tahtul Yaman (p - value 0,000). Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) anak sekolah dasar terhadap kejadian kecacingan UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih khususnya kami sampaikan kepada Bapak Asmuni HS, SKM, MM Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi, Bapak Syahrial, SPd, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekeks Kemenkes Jambi dan Bapak Dr. Sukmal Fahri, SPd, M.Kes yang memberikan saran untuk perbaikan penelitian ini DAFTAR PUSTAKA 1. Zulkoni, 2011. Parasitologi Untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan Teknik Lingkungan. Nuha Medika, Yogyakarta 2. Depkes RI, 2004, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Cacingan. Jakarta 3. Soedarto, 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. CV Sagung Seto, Jakarta 4. Azwar, S.. 2007. Metode Penelitian. Cetakan VIII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 5. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 6. Safar, 2010. Parasitologi Kedokteran. CV Yrama Widya, Bandung 7. Depkes RI, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 424/MENKES/SK/VI/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Cacingan. Jakarta 8. Alimul hidayat, 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta 9. Mubarak, Chayatin, 2005.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam Praktik. Buku Kedokteran EGC, Jakarta 10.Depkes RI (2006, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta 113