BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN ACEH UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH UPUN TAKA DI KABUPATEN TANA TIDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 9 Tahun : 2010 Seri : D Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 9 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA UMBUL KABUPATEN MADIUN

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BULELENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH SAPEUE PAKAT KABUPATEN PIDIE

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PARKIR KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

PERATURAN DAERAH KABU PATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 01 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH PANRANNUANGKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 14

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BUPATI SIMEULUE PEMERINTAH ACEH QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 13 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM DAERAH ANEKA USAHA DAN JASA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

1 BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka revitalisasi unit usaha hotel Wisma Blambangan pada perusahaan daerah aneka usaha, perlu ada pemisahan pengelolaan dari induk perusahaan agar mampu mandiri dan mempunyai daya saing usaha yang lebih kompetitif; b. bahwa revitalisasi unit usaha hotel Wisma Blambangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan dengan membentuk perusahaan daerah baru agar dapat meningkatkan kemanfaatan umum dan pendapatan asli daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b serta dalam rangka efektivitas pengelolaan usaha hotel Wisma Blambangan, perlu menetapkan pendirian perusahaan daerah di bidang perhotelan dengan peraturan daerah. Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bebas dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4279); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4286); 1

2 7. Undang-Undang Nomor 32 Tanun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kelima Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Banyuwangi; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi; 3. Bupati adalah Bupati Banyuwangi; 4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah APBD Kabupaten Banyuwangi 5. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Perhotelan Kabupaten Banyuwangi yang selanjutnya dapat disebut PD Perhotelan; 6. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Perhotelan Kabupaten Banyuwangi; 7. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Perhotelan Kabupaten Banyuwangi;

3 BAB II PENDIRIAN DAN NAMA Pasal 2 (1) Berdasarkan Peraturan Daerah ini didirikan Perusahaan Daerah Perhotelan Kabupaten Banyuwangi. (2) Perusahaan Daerah Perhotelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai badan hukum berhak melakukan usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III KEDUDUKAN, SIFAT, TUJUAN DAN KEGIATAN Bagian Pertama Kedudukan Pasal 3 (1) Perusahaan Daerah berkedudukan dan berkantor pusat di Banyuwangi; (2) Perusahaan Daerah dapat mendirikan atau membuka cabang-cabang serta perwakilan di tempat lain dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagian Kedua Sifat Pasal 4 Sifat Perusahaan Daerah adalah untuk mendapatkan keuntungan dan berguna bagi kemanfaatan umum. Bagian Ketiga Tujuan Pasal 5 Perusahaan Daerah didirikan dengan tujuan : a. Ikut serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian Daerah; b. Meningkatkan Pendapatan Asli daerah; c. Menciptakan lapangan kerja; d. Mewujudkan kemanfaatan bagi umum. Bagian Keempat Kegiatan Pasal 6 Perusahaan Daerah menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang : a. Perhotelan; b. Usaha-usaha lain yang terkait bidang perhotelan yang mendukung pengembangan Perusahaan Daerah.

4 BAB IV M O D A L Pasal 7 (1) Modal dasar Perusahaan Daerah adalah semua aktiva dan pasiva dari unit Hotel Wisma Blambangan; (2) Modal Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat ditambah dari penyisihan sebagian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan atau melalui hibah aset Daerah oleh Pemerintah Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; (3) Penyertaan modal dalam rangka kerjasama dengan pihak ketiga dapat dilakukan dengan persetujuan Bupati dan sepengetahuan DPRD. (4) Semua alat likuiditas disimpan pada Bank Umum atau Bank Pemerintah. BAB V SUSUNAN ORGANISASI Pasal 8 (1) Susunan Organisasi Perusahaan Daerah terdiri dari Direksi dan Badan Pengawas. (2) Susunan Organisasi dan ketentuan-ketentuan pokok kepegawaian Perusahaan Daerah diatur dengan Peraturan Bupati; (3) Dalam melaksanakan tugasnya Direksi dibantu oleh Bagian-bagian, Seksi-seksi dan Unit-unit yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati; BAB VI DIREKSI Bagian Pertama Persyaratan Pasal 9 Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia; b. Sehat Jasmani dan Rohani; c. Berumur sekurang-kurangnya 35 tahun dan tidak melebihi 55 tahun; d. Mempunyai moral dan komitmen yang baik untuk memimpin Perusahaan Daerah; e. Mempunyai pengetahuan dan profesionalisme untuk mengelola Perusahaan Daerah; f. Mempunyai pengalaman dalam mengelola perusahaan dengan penilaian baik sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan dibuktikan dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan dan/atau tempat kerja sebelumnya dengan penilaian baik; g. Memiliki tingkat pendidikan minimal Sarjana (Strata 1);

5 h. Antar direksi tidak memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping termasuk menantu/ipar; i. Tidak boleh merangkap jabatan seperti anggota direksi perusahaan lainnya, jabatan struktural maupun fungsional pada instansi atau lembaga pemerintah daerah atau pusat serta jabatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; j. Bersedia menyampaikan visi dan misi serta strategi pengelolaan Perusahaan Daerah di hadapan Tim Seleksi dan DPRD; k. Bersedia menyerahkan daftar harta kekayaan pribadi; l. Tidak menjadi pengurus struktural partai politik. Bagian Kedua Pengangkatan Pasal 10 (1) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atas usul Badan Pengawas; (2) Jumlah Anggota Direksi paling banyak 3 (tiga) orang, 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama dan 2 (dua) orang sebagai Direktur. Pasal 11 (1) Masa jabatan Direksi selama-lamanya 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan dalam kedudukan yang sama setelah masa jabatan berakhir; (2) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini apabila Direktur diangkat menjadi Direktur Utama. Bagian Ketiga Fit and Proper Test Pasal 12 (1) Bupati membentuk Tim Seleksi Calon Direksi yang dituangkan dalam Keputusan Bupati. (2) Calon Direksi sebelum diangkat harus mengikuti Fit and Proper Test yang dilakukan oleh Tim Seleksi; (3) Badan Pengawas mengusulkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang calon untuk masing-masing jabatan Direksi kepada Tim Seleksi untuk dilakukan Fit and Proper Test; (4) Penyampaian visi dan misi serta strategi pengelolaan perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf j dilakukan pada saat Fit and Proper Test;

6 Bagian Keempat Tugas dan Wewenang Pasal 13 Direksi dalam mengelola perusahaan mempunyai tugas sebagai berikut : a. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan b. Menyampaikan Business Plan 4 (empat) tahunan dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan Bupati; c. Membina Pegawai; d. Mengurus dan mengelola kekayaan perusahaan; e. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; f. Mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan; g. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan laba/rugi kepada Bupati melalui Badan Pengawas; Pasal 14 (1) Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak atas nama direksi; (2) Masing-masing Direktur sesuai bidangnya berhak dan berwenang bertindak atas nama Direksi setelah mendapatkan persetujuan atau kuasa dari Direktur Utama (3) Apabila Direktur Utama berhalangan tetap menjalankan pekerjaannya atau apabila jabatan tersebut kosong dan penggantinya belum diangkat atau belum menjabat jabatannya, maka Direktur Utama dijabat oleh Direktur berdasarkan penunjukan sementara oleh Bupati; (4) Apabila semua Direksi berhalangan tetap menjalankan pekerjaan atau jabatan direksi kosong seluruhnya dan penggantinya belum diangkat atau belum menjabat jabatannya, maka untuk sementara waktu tugas pengelolaan perusahaan dijalankan oleh seorang pejabat yang ditunjuk oleh Bupati. Pasal 15 Direksi dalam mengelola perusahaan mempunyai wewenang sebagai berikut : a. Mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. Menandatangani neraca dan perhitungan laba/rugi perusahaan daerah; c. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain; d. Menandatangani pinjaman yang tidak membebani APBD setelah mendapat persetujuan Bupati. Pasal 16 Direksi memerlukan persetujuan atau pemberian kuasa dari Bupati dalam hal : a. Mengadakan perjanjian-perjanjian kerjasama usaha dan/atau pinjaman yang mungkin dapat berakibat terhadap berkurangnya aset dan membebani anggaran perusahaan;

7 b. Memindahtangankan, menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak dan/atau tidak bergerak milik perusahaan; c. Penyertaan modal dalam perusahaan lain; d. Mengadakan pinjaman dan obligasi; e. Mengadakan investasi baru; f. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan; g. Mengadakan tindakan-tindakan lain yang dipandang perlu bagi perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pasal 17 Persetujuan atau pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 diberikan oleh Bupati dengan pertimbangan dari Badan Pengawas. Pasal 18 Direktur Utama dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pengelolaan perusahaan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan Pengawas. Bagian Kelima Penghasilan dan Tunjangan Direksi Pasal 19 (1) Penghasilan Direksi terdiri dari : a. Gaji; b. Tunjangan. (2) Besarnya gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Bupati atas usul Direksi melalui Badan Pengawas. Bagian Keenam Cuti Pasal 20 (1) Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut : a. Cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. Cuti besar/cuti panjang selama 3 (tiga) bulan untuk setiap satu kali masa jabatan; c. Cuti bersalin 3 (tiga) bulan bagi Direktris; d. Cuti alasan penting; e. Cuti sakit. (2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Bupati atau pejabat yang ditunjuk melalui Badan Pengawas; (3) Direksi selama melaksanakan cuti mendapatkan penghasilan penuh dari perusahaan.

8 Bagian Ketujuh Pemberhentian Pasal 21 Direksi diberhentikan dengan alasan : a. Atas permintaan sendiri; b. Meninggal dunia; c. Karena alasan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. Tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program yang telah disetujui; e. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perusahaan; f. Dihukum pidana berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; g. Terbukti ada hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf h. Pasal 22 (1) Apabila Direksi mengalami keadaan atau diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf c, d, e dan g, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf e terbukti, maka Badan Pengawas segera melaporkan dan mengusulkan kepada Bupati agar Direksi tersebut diberhentikan sementara dari jabatannya. (3) Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada Anggota Direksi yang bersangkutan, Badan Pengawas dan Anggota Direksi lainnya disertai dengan alasan-alasannya. (4) Dalam hal terjadi pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud ayat (3) dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam suatu sidang yang khusus diadakan untuk itu oleh Badan Pengawas, dalam waktu 1 (satu) bulan sejak anggota direksi tersebut diberitahukan tentang pemberhentian sementaranya. Jika Anggota Direksi yang bersangkutan tidak hadir dalam persidangan tersebut, yang bersangkutan dianggap menerima apapun yang diputuskan oleh Badan Pengawas. b. Dalam sidang itu Badan Pengawas memutuskan apakah Anggota Direksi yang bersangkutan dapat diusulkan untuk diberhentikan ataukah pemberhentian sementara itu dibatalkan dan segera menyampaikan keputusannya secara tertulis kepada Bupati.

9 c. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterimanya keputusan sidang tersebut dalam huruf b, Bupati mengeluarkan keputusan dan menyampaikan secara tertulis kepada Anggota Direksi lainnya. Dalam hal pemberitahuan tersebut di atas tidak dilakukan dalam waktu yang ditentukan, maka pemberhentian sementara itu menjadi batal menurut hukum. d. Jika sidang yang dimaksud dalam ayat (4) tidak diadakan oleh Badan Pengawas dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pemberhentian sementara diberitahukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan keputusan pemberhentian sementara oleh Bupati yang bersangkutan menjadi batal menurut hukum. (5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf f terbukti, maka Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati. Pasal 23 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf a, b, c dan g adalah diberhentikan dengan hormat. (2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf d, e dan f adalah diberhentikan dengan tidak hormat. (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf b selain diberikan uang duka 5 (lima) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara profesional sesuai masa jabatannya. (4) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf c selain diberikan uang pesangon sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara pofesional sesuai masa jabatannya. (5) Direksi diberhentikan karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Pasal 24 Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Badan Pengawas sudah mengajukan calon Direksi kepada Tim Seleksi untuk dilakukan Fit and Proper Test. Pasal 25 (1) Bupati mengangkat Pelaksana Tugas (Plt) apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. (2) Pengangkatan Pelaksana Tugas ditetapkan dengan keputusan Bupati untuk masa jabatan paling lama 6 (enam) bulan.

10 BAB VIII BADAN PENGAWAS Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 26 (1) Untuk melakukan pengawasan terhadap perusahaan diangkat Badan Pengawas yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan bertanggung jawab kepada Bupati. (2) Personalia Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari : a. Pejabat Daerah; b. Profesional. (3) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Badan Pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki integritas, bertanggungjawab, jujur dan amanah; b. Menyediakan waktu yang cukup; c. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar; d. Tidak menjadi pengurus struktural partai politik. Pasal 27 Jumlah Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang, seorang diantaranya ditunjuk sebagai ketua merangkap anggota. Pasal 28 (1) Badan Pengawas diangkat paling banyak untuk 2 (dua) kali masa jabatan. (2) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun. (3) Pengangkatan Badan Pengawas yang kedua kali dilakukan apabila: a. Mampu mengawasi perusahaan sesuai dengan program kerja; b. Mampu memberikan saran kepada Direksi agar perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 29 Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengawasi kegiatan operasional perusahaan daerah; b. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi; c. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap rencana perubahan status kekayaan perusahaan; d. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap rencana pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain; e. memberikan pendapat dan saran atas laporan kinerja perusahaan daerah.

11 Pasal 30 Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut : a. Memberikan penilaian kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; b. Memeriksa Direksi yang diduga merugikan perusahaan; c. Mengkaji Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan untuk mendapatkan pengesahan Bupati; d. Menerima dan melakukan koreksi pertanggungjawaban keuangan dan program kerja Direksi tahun berjalan. Bagian Ketiga Penghasilan Pasal 31 Badan Pengawas karena tugasnya menerima uang jasa. Pasal 32 (1) Ketua Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 40 % (empat puluh persen) dari gaji Direktur Utama. (2) Sekretaris Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 35 % (tiga puluh lima persen) dari gaji Direktur Utama. (3) Anggota Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari gaji Direktur Utama. Pasal 33 Selain uang jasa, kepada Badan Pengawas setiap tahun diberikan jasa produksi. Bagian Keempat Pemberhentian Pasal 34 Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan : a. Atas permintaannya sendiri; b. Meninggal dunia; c. Karena alasan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. Tidak melaksanakan tugasnya; e. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perusahaan; f. Dihukum pidana berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; g. Terbukti ada hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (3) huruf c.

12 Pasal 35 (1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 huruf c, d, e dan g, Bupati menunjuk Inspektur Kabupaten untuk segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan dari hasil pemeriksaan terhadap Badan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini terbukti, Bupati paling lama 15 (lima belas) hari kerja segera mengeluarkan Keputusan Bupati tentang pemberhentian Badan Pengawas yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 huruf c, d, e, f dan g. Bagian Kelima Sekretariat Badan Pengawas Pasal 36 (1) Untuk membantu tugas-tugas Badan Pengawas ditunjuk seorang Sekretaris dari unsur Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi. (2) Honorarium Sekretaris ditetapkan oleh Badan Pengawas dan dibebankan kepada perusahaan. BAB IX TATA KERJA Pasal 37 (1) Bagian-bagian dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi. (2) Seksi-seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian. (3) Unit-unit dipimpin oleh Kepala Unit berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi. BAB X URAIAN TUGAS Pasal 38 Uraian tugas organisasi perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB XI PEMERIKSAAN Pasal 39 Pemeriksaan terhadap perusahaan diminta dan/atau tidak diminta wajib dilakukan pemeriksaan menurut peraturan perundang-undangan.

13 BAB XII KEPEGAWAIAN Pasal 40 (1) Kedudukan hukum pegawai, gaji, pensiun bagi Direksi dan pegawai perusahaan diatur dengan peraturan kepegawaian perusahaan yang ditetapkan oleh Bupati. (2) Direksi dapat mengangkat dan memberhentikan pegawai/pekerja perusahaan menurut peraturan kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB XIII TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI PEGAWAI Pasal 41 (1) Semua pegawai perusahaan termasuk Anggota Direksi dalam kedudukan selaku pegawai yang diberikan tugas maupun tidak untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan seperti uang, surat-surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena tindakannya melawan hukum, atau karena melalaikan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka dengan langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi perusahaan diwajibkan mengganti kerugian tersebut. (2) Ketentuan-ketentuan tentang tuntutan ganti rugi terhadap pegawai daerah dan tata tertib pegawai perusahaan daerah berlaku sepenuhnya terhadap pegawai perusahaan. (3) Semua pegawai perusahaan yang dibebankan tugas penyimpanan, pembayaran, penyerahan uang, surat-surat berharga milik perusahaan dan barang-barang persediaan milik perusahaan yang disimpan dalam gudang-gudang atau tempat penyimpanan yang khusus dan semata-mata digunakan untuk keperluan itu diwajibkan memberikan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugasnya kepada Direksi. (4) Semua surat bukti dan surat lainnya bagaimanapun sifatnya yang termasuk bilangan akuntansi dan administrasi perusahaan, disimpan di tempat lain yang ditunjuk oleh Direksi atas persetujuan Badan Pengawas. (5) Untuk keperluan pemeriksaan yang bertalian dengan penetapan pajak, maka pemeriksaan auditor pada umumnya, surat bukti dan surat lainnya dimaksud ayat (4) pasal ini untuk sementara dapat dipindahkan kepada auditor.

14 BAB XIV TAHUN BUKU Pasal 42 Tahun buku perusahaan adalah tahun takwin. BAB XV ANGGARAN PERUSAHAAN Pasal 43 (1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai berlaku maka Direksi diwajibkan mengirimkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan untuk dimintakan persetujuan dari Bupati. (2) Bupati mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tersebut pada ayat (1) diatas berdasarkan pertimbangan dari Badan Pengawas. (3) Anggaran tambahan atau perubahan anggaran terjadi dalam tahun buku yang bersangkutan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Bupati. BAB XVI PENGELOLAAN BARANG MILIK PERUSAHAAN Pasal 44 Tata cara penjualan, pemindahtanganan ataupun pembebanan atas aktiva tetap Perusahaan Daerah serta penerimaan jangka menengah/panjang dan pemberian pinjaman dalam bentuk apapun serta tidak menagih lagi dan penghapusan dari pembukuan piutang dan persediaan barang oleh Perusahaan Daerah diatur oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan. BAB XVII KERJASAMA ANTARA PERUSAHAAN DENGAN PIHAK KETIGA Pasal 45 Kerjasama antara Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga dilakukan oleh Direksi Perusahaan Daerah yang dituangkan dalam nota kesepakatan (MoU) setelah mendapat persetujuan Bupati. Pasal 46 Nota Kesepakatan (MoU) sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 memuat: 1. Identitas para pihak; 2. Jenis dan nilai modal para pihak; 3. Bidang usaha; 4. Perbandingan Modal; 5. Hak, Kewajiban dan sanksi; 6. lain-lain yang dianggap perlu.

15 BAB XVIII PERHITUNGAN TAHUNAN DAN PENETAPAN LABA Bagian Pertama Perhitungan Tahunan Pasal 47 (1) Setiap tahun Direksi mengirimkan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi kepada Bupati melalui Badan Pengawas. (2) Neraca dan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diaudit oleh akuntan yang ditunjuk oleh Bupati dengan biaya Perusahaan Daerah. (3) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan akuntan selesai, Direksi mengirimkan hasil pemeriksaan akuntan dimaksud serta pandangan Direksi tentang masa depan Perusahaan Daerah kepada Bupati. (4) Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah laporan dimaksud disampaikan, Bupati tidak mengajukan keberatan atas perhitungan tahunan itu, maka perhitungan itu dianggap telah disahkan. Bagian Kedua Penetapan Laba Pasal 48 Penggunaan laba bersih, terdiri atas : a. Pendapatan Asli Daerah sebesar 50 % b. Badan Pengawas sebesar 5 % c. Direksi sebesar 10 % d. Jasa Produksi sebesar 10 % e. Kas Perusahaan sebesar 25 % BAB XIX PEMBUBARAN Pasal 49 (1) Pembubaran dan penunjukan likuidator perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Sisa kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likuidasi menjadi hak Pemerintah Daerah. (3) Pertanggungjawaban likuidator diserahkan kepada Bupati.

16 BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 50 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi Nomor 2 Tahun 1988 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Aneka Usaha Blambangan Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi sepanjang menyangkut pengaturan hotel Wisma Blambangan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 51 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 52 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi. Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 16 Desember 2011 BUPATI BANYUWANGI, Diundangkan di Banyuwangi Pada tanggal 23 Desember 2011 H. ABDULLAH AZWAR ANAS SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Drs. Ec. H. SUKANDI, M.M. Pembina Utama Madya NIP. 19560225 198212 1 002 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2011 NOMOR 10/E.