II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Rose (1997), ayam diklasifikasikan ke dalam:

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

II KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau (Gallus varius). Ayam lokal yang ada di

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik termasuk dalam kingdom Animalia, philum Chordata, kelas Aves, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BOBOT BADAN BERBAGAI JENIS AYAM SENTUL DI GABUNGAN KELOMPOK TANI TERNAK CIUNG WANARA KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau (Gallus varius). Awalnya, ayam tersebut hidup di hutan kemudian didomestikasi serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan. Ayam lokal yang terdapat di Indonesia mempunyai bentuk tubuh yang kompak dengan pertumbuhan badan relatif bagus, pertumbuhan bulunya sempurna dan variasi warnanya juga cukup banyak (Sarwono, 2003). Taksonomi ayam kampung menurut Sarwono (2003) yaitu : Kingdom Filum Subfilum Kelas Subkelas Superordo Ordo Famili Genus Species : Animalia : Chordata, : Vertebrata, : Aves, : Neonithes, : Superordo, : Galiformers, : Phasianidae, : Gallus, : Gallus Domesticus Ayam lokal terdiri dari berbagai rumpun atau galur, salah satunya yaitu ayam Sentul. Ayam Sentul termasuk salah satu dari 8 rumpun ayam

10 lokal yang diidentifikasi asli dari wilayah Jawa Barat. Delapan rumpun ayam lokal tersebut yaitu; ayam Banten (Banten), ayam Burgo (Cirebon), ayam Ciparage (Karawang), ayam Wereng (Indramayu), ayam Pelung (Cianjur dan Sukabumi), ayam Sentul (Ciamis), ayam Lamba (Garut), dan ayam Jantur (Pamanukan-Subang) (Soeparna dkk., 2005). Kata Sentul berasal dari bahasa Jawa yang artinya Kekuning-kuningan atau Kuning Keabu-abuan. Daerah Ciamis ada semacam buah yang warnanya abu-abu kekuning-kuningan, oleh karena itu ayam yang berkembang di daerah Ciamis yang mempunyai warna abu-abu ke kuning-kuningan disebut Ayam Sentul (Sartika dan Iskandar, 2007). Penampilan fisik ayam ini tergolong tipe ayam aduan, tetapi kini kebanyakan dipelihara sebagai penghasil telur dan daging. Berdasarkan warna bulu ayam Sentul dibedakan menjadi enam varietas yaitu, ayam Sentul Kelabu, ayam Sentul Geni, ayam Sentul Jambe, ayam Sentul Batu, ayam Sentul Debu dan ayam Sentul Emas (Rahmat, 2003). Ayam Sentul merupakan salah satu unggas bertipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan telur. Ayam Sentul memiliki keunggulan dari jenis ayam lokal lainnya yaitu pertumbuhan yang lebih cepat dan bobot badan yang relatif tinggi, bobot badan ayam Sentul jantan 1,3-3,5 kg dan ayam betina 0,8 2,2 kg, produksi telur 118 butir/tahun (Diwyanto dkk., 2011). Bobot ayam sentul umur lima bulan, atau akhir periode pertumbuhan yaitu sebesar 1,7 kg per ekor (Meyliyana dkk., 2013). Peternakan Warso Unggul Gemilang terletak di Jalan Cinagara, Desa Tangkil, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini berada pada ketinggian 629 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 5000 mm pertahun, dan suhu rata-rata di lokasi ini adalah 20oC dengan kelembaban 60 persen. Warso Unggul Gemilang berbatasan langsung dengan

11 Jalan Cinagara di Utara, lahan pertanian warga di Selatan, lahan pertanian dan rumahwarga di Barat dan Timur. (Citra Lestari Group, 2015). Ayam Sentul Warso merupakan ayam Sentul bibit yang dipelihara berasal dari unit penetasan milik Warso Unggul Gemilang. Ayam Sentul ini secara terus menerus diseleksi untuk mendapatkan ayam Sentul dengan kualitas yang baik. Ayam dipelihara dari periode indukan, pertumbuhan sampai periode produksi. Jumlah ayam Sentul bibit periode produksi yang dipelihara Warso Unggul Gemilang tahun 2016 sebanyak 9.971 ekor, terdiri atas 786 ekor pejantan dan 9.185 ekor betina (Citra Lestari Group, 2015). 1.1 Kebutuhan Energi dan Protein Ayam Lokal Ayam lokal memerlukan nutrien yang memadai untuk regenerasi jaringan, pertumbuhan bagian tubuh, dan reproduksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ayam lokal antara lain kemampuan genetik, pemberian ransum, dan kualitas ransum. Kualitas ransum yang baik dapat dilihat dari kandungan nutrien dan keseimbangannya. Energi dan protein merupakan kandungan nutrien yang menjadi acuan dalam menyusun ransum unggas, karena nutrien tersebut sangat penting bagi pertumbuhan yang dapat menunjang produktivitas pada periode selanjutnya. Energi diperlukan untuk semua kegiatan fisiologis dan produksi ayam, termasuk aktivitas pernapasan, sirkulasi darah, pencernaan makanan, dan sebagainya. Secara umum kebutuhan energi akan tergantung pada berat badan, temperatur lingkungan, aktivitas dan status fisiologis dari ayam tersebut. Energi berlebihan disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan energi metabolis tidak dikeluarkan oleh hewan. Oleh karena itu yang paling efisien dalam pemberian makanan pada ayam adalah membuat ransum seimbang tingkat energi dan zat-zat

12 makanan lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan, produksi telur atau hasil akhir dari pertumbuhan yang dikehendaki (Wahju, 2004). Ayam akan memenuhi energi sesuai dengan yang diperlukan. Bila energi di dalam ransum rendah, ayam akan makan lebih banyak. Begitu pula bila kandungan energi ransum tinggi, akan mengurangi jumlah makanannya (Rahayu dkk.,2011). Protein merupakan zat organik yang tersusun dari unsur karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen. Fungsi protein untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan baru, memperbaiki jaringan rusak, metabolisme untuk energi dan produksi (Anggorodi, 1994). Pemberian ransum dengan kadar protein yang lebih tinggi tidak menyebabkan peningkatan pertumbuhan maupun perbaikan nilai konversi pakan yang berarti Sedangkan pemberian ransum dengan kadar protein yang lebih rendah menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat dan efisiensi penggunaan pakan yang lebih jelek. Kekurangan asupan protein dan energi menyebabkan tertahannya kapasitas genetik tumbuh sehingga ternak tumbuh kurang optimal. Sebaliknya, apabila asupan protein dan energi berlebihan, ternak akan mengeluarkan kelebihan protein tersebut sehingga merupakan pemborosan. Jika kebutuhan energinya sudah terpenuhi, ayam akan berhenti makan. Kandungan energi yang tinggi dalam pakan akan membuat ayam lebih cepat berhenti makan (Iskandar, 2012). Kualitas ransum tergantung dari kandungan nutrisinya dan keseimbangan antara energi dan protein (Rasyaf, 2008). Sampai saat ini standar gizi ransum ayam lokal yang dipakai di Indonesia didasarkan rekomendasi Scott et al.,(1982) dan NRC (1994). Rekomendasi kandungan protein dan energi metabolis ransum untuk ayam Sentul pada usia pertumbuhan (0-22 minggu) adalah 13% protein kasar dan 2750 kkal EM/kg energi metabolis, Imbangan energi metabolis dan protein tersebut mampu mendukung produktivitas maksimal ayam Sentul diusia pertumbuhan (Widjastuti,

13 1996). Karena belum adanya ketepatan dalam penyusunan ransum khususnya tentang kebutuhan kandungan energi dan protein untuk ayam lokal, maka kebutuhan kandungan energi danprotein untuk ayam lokal di Indonesia perlu diteliti. Adapun kebutuhan zat makanan ayam lokal pada umur yang berbeda pada masa pertumbuhan,disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Lokal masa pertumbuhan Kebutuhan zat makanan Fase Pertumbuhan Starter Grower Energi Metabolis 2800-3000 2500-2800 Protein 18-21 15-17 Serat Kasar 3-4 4-5 Lemak Kasar 3-5 3-5 Kalsium 1,0 0,9 Phosphor 1,6 0,5 Sumber :Surisdiarto (2003) 2.2 Konsumsi Ransum Ayam Lokal Konsumsi ransum adalah jumlah makanan yang dimakan oleh ternak dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut (Tillman dkk., 1991). Konsumsi merupakan faktor penting yang menjadi dasar untuk menentukan produksi. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah jenis dan umur ternak,kualitas ransum yang diberikan serta lingkungan tempat ternak tersebut dipelihara. Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinyaterpenuhi ayam akan terus makan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak. Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak

14 dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004). Konsumsi ransum pada setiap jenis ayam lokal berbeda-beda, ayam Sentul betina untuk usia 42 minggu diketahui sebesar 100 g/ekor, dengan konsumsi protein kasar harian mencapai 9,94 g/ekor, dan energi metabolis mencapai 272,98 kkal/ekor (Nataamijaya dkk., 1995), konsumsi ransum ayam Sentul sekitar 80gram/ekor/hari dengan kebutuhan (protein dan energi metabolis) yaitu protein 15,44%, EM 2756,325 kkal/kg pada sistem cage (Widjastuti, 1996). Ayam Arab yang berumur 1-2 bulan kebutuhan ransum berkisar 25-45 g/hari/ekor dengan kandungan protein 18-19%dan energi metabolis 2.500 kkal/kg; umur 2-3,5 bulan kebutuhan ransum 45-60g/hari/ekor dengan kandungan protein 16-17% dan energi metabolis 2.500 kkal/kg; umur 3,5-5,5 bulan 60-80 gram/ekor/hari dengan kandungan protein 14-16% dan energi metabolis 2.400-2.500 kkal/kg; umur 5,5 bulan ke atas kandungan protein 15-16% dengan energi metabolis 2.850 kkal/kg (Sarwono, 2002). 2.4 Pertambahan Bobot Badan Ayam Lokal Pertambahan bobot badan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan adalah proses yang sangat kompleks, meliputi pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara merata (Anggorodi, 1989). Pertambahan bobot badan sangat erat kaitannya dengan peningkatan konsumsi ransum. Konsumsi ransum akan meningkat berdasarkan pertambahan bobot badan, artinya semakin tinggi pertambahan bobot badan maka akan semakin besar pula ransum yang akan dikonsumsi oleh ayam tersebut. Pertambahan bobot badan pada setiap jenis ayam lokal bervariasi tergantung umur, genetik, kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan(rasyaf, 2008), pada ayam buras umur 12 minggu sebesar 704 g (Iskandar dkk., 1998).

15 Pertambahan bobot badan diperoleh dengan pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun. Pertambahan bobot badan Ayam Arab pada umur 4 minggu berkisar antara 132 gram, dan umur 8 minggu berkisar 393 gram (Kholis dan Sitanggang, 2002). 2.5 Konversi Ransum Ayam Lokal Konversi ransum merupakan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan berat badan atau produksi telur (NRC, 1994). Konversi ransum berguna untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh selama kurun waktu tertentu. Semakin tinggi nilai konversi ransum menunjukkan semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat. Rasio konversi ransum yang rendah berarti untuk menghasilkan satu kilogram daging ayam dibutuhkan pakan dalam jumlah yang semakin sedikit (Wahju, 2004). Faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah suhu lingkungan, bentuk fisik pakan, komposisi pakan, dan zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan (NRC, 1994). Konversi ransum selama penelitian diukur berdasarkan perbandingan konsumsi ransum total selama penelitian dengan pertambahan bobot badan total selama penelitian (Rasyaf, 2008).