BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PENGEMBANGAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI SEBAGAI KAWASAN BUSINESS BARU KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN BUDAYA SETEMPAT. Betty Goenmiandari NRP

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

2014 DAMPAK KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP LINGKUNGAN KERATON KANOMAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Merciana Daverta, 2013 Kepedulian Masyarakat Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap Kota Bandung Terhadap

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan bahwa lahan di perkotaan semakin terbatas dan nilai lahan yang semakin meningkat serta mayoritas penduduk dari tingkat ekonomi rendah, menimbulkan permukiman-permukiman padat di kawasan yang dianggap strategis yaitu kawasan pusat kota, industri dan perguruan tinggi. Pengembangan permukiman baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspekaspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan. Seiring dengan pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk, permukiman baru berkembang tidak terkendali disepanjang sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya. Budaya sungai yang merupakan ciri khas masyarakat sepanjang sungai mengalami pergeseran diakibatkan oleh perubahan orientasi bermukim dari masyarakat 1

sungai menjadi masyarakat daratan sehingga mengakibatkan rusaknya lingkungan permukiman di bantaran sungai. Beberapa Undang-undang yang melindungi kekhasan budaya suatu daerah adalah : a. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada pasal 6 ayat 2, yang yang menyatakan bahwa penguasaan sumber daya air yang dikuasai oleh negara tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu. b. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya pasal 1 ayat 1, bahwa benda yang dilindungi berupa cagarbudaya adalah benda buatan manusia atau benda alam, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Banyak kota-kota besar yang kita saksikan saat ini tumbuh dan berkembang pada daerah aliran sungai. Sungai telah memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah peradaban dan kebudayaan manusia. Sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal adanya suatu perkembangan peradaban manusia di lembah sungai. Sungai memiliki peranan yang penting dalam perkembangan sistem hubungan aktivitas dan struktur internal suatu kota. Begitu pula yang terjadi di Kota Pontianak yang banyak dialiri sungai. Kota Pontianak adalah kota dimana sebuah sungai besar, yaitu Sungai Kapuas yang membelah kota ini. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai yang sangat ramai untuk lalulintas air baik skala regional maupun lokal dan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan untuk air wudhu. Selain itu aktivitas penduduk di daerah aliran sungai adalah bercocok tanam dan mencari ikan, tapi peranan sungai dalam kehidupan seharihari terus berkembang, yang mendorong pertumbuhan permukiman di sepanjang sungai. Dan semakin lama permukiman terus berkembang tidak hanya di tepi sungai, tapi sudah masuk ke daratan. Masyarakat di tepian Sungai Kapuas hanya 2

membangun sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, kondisi sosial budaya dan kemampuan ekonomi masyarakat setempat. Kehidupan masyarakat di Kota Pontianak sudah mendarah daging dengan Sungai Kapuas dan sulit untuk terlepas darinya. Aktivitas yang terjadi serta pembangunan fisik dari kota ini lebih cenderung ke arah tepian sungai. Masyarakat menilai, sungai ini telah menjadi sumber penghidupan bagi mereka, mulai dari mencari nafkah hingga membangun rumah-rumah tempat mereka tinggal pun tidak jauh dari bantaran Sungai Kapuas ini. Perkembangan yang sangat tampak dari bantaran sungai ini adalah permukiman masyarakat yang berada di sekitarnya. Hal ini menjadi sebuah permasalahan yang sangat penting untuk dibahas, dimana pertumbuhan penduduk akan terus meningkat dan kawasan bantaran sungai ini merupakan kawasan yang sangat penting bagi masyarakat Kota Pontianak. Melihat hal tersebut, tidak heran jika kawasan bantaran Sungai Kapuas ini menjadi padat akan permukiman. Penumpukan pembangunan di bantaran sungai ini tentu akan membuat visual Kota Pontianak menjadi tidak sedap dipandang dan terkesan kumuh. Belum lagi sampah-sampah rumah tangga yang akan memenuhi sungai ini jika terjadi ledakan permukiman masyarakat di sungai ini. Di lain sisi, kawasan tepian sungai ini sangat tidak aman, dimana pada saat tertentu, seperti musim hujan, air sungai ini akan meluap dan membanjiri daerah sekitarnya. Permukiman tepian Sungai Kapuas ini semakin lama semakin terlihat kumuh. Permukiman yang padat, kepadatan penduduk yang semakin tinggi, sampah-sampah yang berserakan, infrastruktur yang tidak memadai serta banjirbanjir yang selalu terjadi menjadi penyebab utama beberapa area di Kelurahan Banjar Serasan sudah memasuki tahap kekumuhan. Lingkungan masyarakat yang kotor adalah akibat dari aktivitas masyarakat yang dilakukan di Sungai Kapuas. Dampak dari keberadaan sampah-sampah ini adalah pemandangan yang buruk serta bau yang tidak sedap. Permukiman kumuh ini terlihat juga dari masyarakatnya yang berpenghasilan rendah. Hal ini mengakibatkan masyarakat itu tidak mampu memenuhi dan memperbaiki kehidupan mereka. Masyarakat tersebut tidak 3

mampu untuk membangun rumah yang baik, namun mereka membangun rumah yang bersifat seadanya atau non permanen. Pada akhirnya mereka terjebak di dalam kekumuhan lingkungan tempat mereka tinggal. Kelurahan Banjar Serasan terletak dekat dengan pusat kota. Melihat kepadatan penduduk dan bangunan yang ada, Kelurahan Banjar Serasan terdesak oleh pembangunan kota yang tinggi. Sehingga masyarakat yang berpenghasilan rendah di Kelurahan Banjar Serasan terpaksa untuk terus membangun permukiman tempat mereka tinggal tanpa memperdulikan pola permukiman, standar bangunan perumahan, lingkunganyang bersih dan sebagainya. Masyarakat Kelurahan Banjar Serasan ingin tetap hidup di tepian Sungai Kapuas, walaupun mereka hidup dibawah garis kemiskinan. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan beberapa area di Kelurahan Banjar Serasan terlihat kumuh. Saat ini pemerintah Kota Pontianak belum memberikan kebijakan yang jelas mengenai penataan kawasan tepian sungai ini. Pemerintah tidak terlalu memikirkan masalah mengenai pembangunan fisik di bantaran sungai ini. Pemerintah Kota Pontianak justru menganggap dengan tingginya angka pembangunan fisik di bantaran sungai ini akan memiliki daya tarik tersendiri bagi Kota Pontianak. Pemerintah tidak ingin melepaskan dari argumen bahwa dari Sungai Kapuas inilah masyarakat bisa hidup dan beraktivitas. Perdebatan ini masih terus terjadi, dimana ada beberapa pihak menginginkan pemerintah Kota Pontianak merelokasi kawasan tepian Sungai Kapuas ini dan merencanakan kawasan ini dengan rencana yang lebih baik lagi. Tanggapan dari masyarakat sekitar mengatakan bahwa, mereka memang merasa Sungai Kapuas ini adalah sumber penghidupan mereka, namun di lain sisi mereka terkadang merasa keberatan karena sungai yang semakin kotor, sering terjadinya banjir, dan keterbatasan lahan permukiman. Mereka tidak ingin terus bergantung pada sungai ini, dan mereka ingin lingkungan hidup yang lebih baik untuk keluarga mereka. Realita yang terjadi adalah mengapa masih terdapat keinginan dari pemerintah ataupun masyarakat yang menyatakan bahwa kawasan sungai ini dibiarkan berkembang untuk daerah permukiman pada umumnya, padahal mereka sendiri merasakan bahwa Kota Pontianak akan terus berkembang dan akan lebih 4

baik jika masyarakat tidak terlalu fokus dengan membangun permukiman di tepian sungai karena akan memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan manfaatnya. Berkembangnya permukiman di tepian Sungai Kapuas ini yang selalu meningkat setiap tahunnya perlu diteliti lebih lanjut agar nantinya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di dalamnya dan perlu diketahui bagaimana perkembangannya hingga saat ini. Studi ini akan dilakukan terhadap Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. Pemilihan lokus studi didasarkan atas pertimbangan bahwa kelurahan ini merupakan salah satu kelurahan yang berada tepat di tepian Sungai Kapuas yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini terlihat mulai banyak wilayah terbuka hijau yang terkonversi menjadi wilayah terbangun. Selain itu pula letak strategis Kelurahan Banjar Serasan yang berada dekat dengan pusat Kota Pontianak akan memberikan gambaran mengenai perkembangan permukiman di perkotaan Pontianak sekaligus permukiman tepian sungai dimana daerah ini merupakan salah satu wilayah padat Kota Pontianak. Perkembangan permukiman tepian sungai ini akan semakin menarik dimana kita ketahui keberadaan permukiman di tepian sungai ini merupakan ciri khas Kota Pontianak sebagai waterfront city yang sebagian besar aktivitas masyarakat melibatkan Sungai Kapuas. Namun di lain sisi, keberadaan permukiman tepian sungai ini yang terus berkembang tiap tahunnya juga dapat menimbulkan masalah tersendiri. Masalah-masalah ini dapat terlihat ketika pengendalian perkembangan permukiman yang tidak baik sehingga ada dampak negatif, seperti visual kota yang buruk, degradasinya lingkungan tepian sungai, kekumuhan dan sebagainya. Dampak kekumuhan adalah dampak yang paling dapat dirasakan oleh masyarakat. Selain pemandangan pusat kota yang buruk, bau-bau sampah yang berserakan di tepian sungai menjadi hal negatif ikut dirasakan. Hal ini tentu tidak boleh terjadi, sebab Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia yang menjadi salah satu ikon bagi Negara Indonesia. Untuk itulah diperlukan kajian yang lebih lanjut mengenai permasalahan ini agar menjadi sebuah kajian yang menyeluruh. 5

1.2 Alasan Pemilihan Lokasi 1.2.1 Pemilihan Lokasi 1. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia yang saat ini telah menghidupi sebagian warga masyarakat yang berada di tepiannya. Keberadaan Sungai Kapuas merangsang berkembangnya pembangunan di sekitarnya sehingga daerah tepian Sungai Kapuas merupakan cikal bakal berkembangnya Kota Pontianak. 2. Kelurahan Banjar Serasan secara geografis berada di tepian aliran Sungai Kapuas, sehingga kelurahan ini dapat mewakili dan memberikan gambaran mengenai perkembangan permukiman di daerah tepian Sungai Kapuas. 3. Kelurahan Banjar Serasan berada tidak jauh dari pusat Kota Pontianak dan terletak di tepian aliran Sungai Kapuas. Pemanfaatan lahan yang terjadi di kelurahan ini cukup tinggi sehingga perlu diteleti lebih lanjut mengenai perkembangan permukiman di wilayah tersebut. 4. Penduduk yang heterogen dan tidak cuma berasal dari penduduk setempat menjadi salah satu pendukung berkembangnya pembangunan di Kelurahan Banjar Serasan. 5. Kelurahan Banjar Serasan menunjukkan adanya perkembangan yang lebih pesat dari kelurahan-kelurahan lainnya di tepian Sungai Kapuas. Hal ini dikarenakan lokasi Kelurahan Banjar Serasan yang sangat dekat dengan jembatan penghubung Kapuas I. 1.3 Rumusan Masalah Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan Barat. Sungai ini memberikan kehidupan bagi masyarakat yang bermukim di tepiannya. Dari masa ke masa Sungai Kapuas ini menjadi salah satu perangsang berkembangnya aktivitas kehidupan masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan pusat kegiatan dan pusat kota Pontianak berada di tepian Sungai Kapuas. Dewasa ini, Sungai Kapuas yang merupakan salah satu ikon Kota Pontianak, memusatkan sebagian besar kegiatan-kegiatan perekonomian di sungai 6

ini, seperti keberadaan pelabuhan nasional, pusat perikanan dan tambak-tambak, transportasi air, dan sebagainya. Hal ini tentu memberikan dampak bagi kehidupan di sepanjang tepian Sungai Kapuas. Dengan berkembangnya kegiatankegiatan perekenomian di Sungai Kapuas, menyebabkan perkembangan di sepanjang tepian Sungai Kapuas cukup besar. Hal ini terlihat dari banyaknya lahan-lahan terbangun memadati tepian-tepian Sungai Kapuas di Kota Pontianak. Salah satu yang berkembang cukup pesat di tepian Sungai Kapuas ini adalah area permukiman masyarakat. Masyarakat tentu akan lebih memilih tempat bermukim yang dapat menunjang kehidupan mereka. Sungai Kapuas yang selalu memberikan penghidupan bagi sebagian masyarakat kota, menjadikan masyarakat tersebut untuk bermukim dan bertempat tinggal di tepiannya. Kelurahan Banjar Serasan merupakan satu dari sekian banyak kelurahan yang berada di tepian Sungai Kapuas. Letak strategis kelurahan ini yang berada tidak terlalu jauh dari pusat kota, memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat yang bermukim disini. Aksesibilitas yang tergolong baik dan infrastruktur yang memadai tentu dapat menunjang kehidupan masyarakat yang bermukim disini. Awal tahun 2000 hingga sekarang merupakan titik mula berkembang pesatnya permukiman di kelurahan ini. Berkembangnya permukiman di Kelurahan Banjar Serasan ini ternyata memiliki dampak negatif bila tidak dikendalikan. Masyarakat yang tinggal di kelurahan ini adalah masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Mereka membangun rumah-rumah mereka seadanya (non permanen) tanpa memiliki pola yang baik. Sehingga permukiman ini terkesan semrawut. Selain itu, lingkungan yang kotor juga mewarnai kelurahan ini. Akibatnya pemandangan yang tidak enak dipandang mata serta bau yang tidak sedap menjadi dampak negatif yang paling dirasakan. Hal ini lah yang menjadi faktor utama bahwa masih ada beberapa area di Kelurahan Banjar Serasan yang termasuk dalam kategori Permukiman kumuh. Adanya hal menarik yang terlihat pada perkembangan Kelurahan Banjar Serasan. Alur perkembangan yang unik terlihat di kelurahan ini, yaitu pada periode tahun 1990 perkembangan Kelurahan Banjar Serasan yang cenderung mendekati sungai karena tuntutan mata pencaharian masyarakat setempat. Namun 7

di awal tahun 2000 ternyata masyarakat Kelurahan Banjar Serasan lebih cenderung membangun permukiman di bagian darat. Hal ini disebabkan kebutuhan akan lahan permukiman di daerah perkotaan serta kebutuhan masyarakat akan transportasi darat. Pada periode 2010 masyarakat Kelurahan Banjar Serasan kembali membangun di daerah tepian sungai. Masuknya investorinvestor yang membangun komersil di Kelurahan Banjar Serasan, menilai bahwa view sungai memiliki nilai ekonomis. Sehingga para investor pun tertarik untuk membangun komersil di tepian sungai. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut bagaimana perkembangan permukiman di Kelurahan Banjar Serasan ini dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya serta permukiman kumuh dan faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi bagi masyarakat luas mengenai perkembangan permukiman di tepian Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. 1.4 Pertanyaan Penelitian Seperti yang telah dijabarkan di latar belakang, permasalahan ini menjadi sesuatu yang harus dikaji lebih lanjut. Dimana ternyata ruang yang ada dapat mempengaruhi persepsi pemikiran masyarakat dan pemerintah. Hal ini jelas menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak mengenai perkembangan permukiman di Kelurahan Banjar Serasan. Untuk menggambarkan perkembangan permukiman di tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka timbulah keinginan untuk melakukan sebuah penelitian dengan tujuan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Seperti apakah perkembangan permukiman di sepanjang kawasan tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan permukiman di tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan? 8

1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan dan mendeskripsikan perkembangan permukiman di tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur 2. Mengidentifikasi dan memverifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman di tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian disini ditujukan tidak hanya bagi peneliti, namun bagi siapa saja yang tertarik dengan permasalahan yang terjadi. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat membantu masyarakat memahami lebih jauh mengenai berbagai faktor/variabel yang menjadi dasar dan mempengaruhi perkembangan permukiman terutama di daerah tepian sungai. 2. Memberikan acuan dalam penyusunan strategi-strategi kepada pemerintah daerah, kota, pusat maupun stakeholder tentang kebijakan-kebijakan penataan kawasan permukiman tepian sungai, sehingga dapat mengembalikan citra kota. 3. Memberikan sumbangan ilmu perencanaan mengenai pentingnya penataan kawasan permukiman untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. 1.7 Batasan Penelitian 1.7.1 Fokus Substansi pencermatan dan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan permukiman di tepian Sungai Kapuas dan mengetahui faktor-faktor penyebab berkembangnya permukiman ini. 9

1.7.2 Lokus Area yang menjadi lokus penelitian adalah pada wilayah tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. 1.7.3 Lingkup Penelitian Temporal Penelitian dilakukan dari Bulan Februari 2011 hingga Bulan Mei 2011. Periodisasi penelitian diambil dari tahun 1990 hingga 2010. Hal ini dilakukan keterbatasan data untuk periode sebelum tahun 1990, sehingga tidak dapat mendeskripsikan permukiman pada periode tersebut. 1.8 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai permukiman tepian sungai sebelumnya sudah pernah diteliti. Akan tetapi, penelitian ini mempunyai perbedaan fokus, lokus dan metode penelitian yang digunakan. Untuk menunjukan keaslian penelitian ini, berikut tabel penelitian mengenai permukiman adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Penelitian dengan Fokus Permukiman No Nama/Tahun Judul Lokasi Metode 1 Fathurrakhman, Karakteristik Permukiman Tepian Kalimantan Kualitatif - 2001 Sungai Mahakam Studi Kasus Timur Deskriptif Kecamatan Samarinda Seberang 2 Nu man, 2004 Karakteristik Perkembangan Permukiman Tepian Sungai Siak Studi Kasus Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Provinsi Riau Fenomenologi Induktif Historis 10

3 Ajeng, 2005 Kajian Perubahan Spasial Permukiman Masyarakat Desa Anjir Serapat Timur Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas, Kalimantan Barat Induktif - Kualitatif - Deskriptif 4 Jantharida HP, Perkembangan Pola Permukiman Kalimantan Rasionalistik - 2010 Kampung Raja Pangkalan Bun Tengah Deduktif - Kalimantan Tengah Deskriptif Sumber : Perpustakaan Arsitektur dan Perencanaan UGM Yogyakarta Tahun 2012 Penelitian ini memiliki fokus tentang perkembangan permukiman tepian Sungai Kapuas. Metode yang digunakan ialah deduktif kualitatif deskriptif. Lokus atau lokasi penelitian berada di salah satu kelurahan yang ada persis di tepian Sungai Kapuas, yaitu di Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak. Selain melihat perkembangan permukiman yang terjadi di tepian Sungai Kapuas, peneliti juga ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi tepian Sungai Kapuas sebagai tempat permukiman. 1.9 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian mengenai Perkembangan Permukiman Tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka 11

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang terkait dengan penelitian dan kerangka pemikiran, antara lain teori mengenai permukiman, dan perundang-undangan yang mengatur mengenai permukiman. Bab III Metode Kerja Penelitian Bab ini berisikan tentang pendekatan paradigma penelitian, unit amanatan dan unit analisis, alat dan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta tahapan penelitian. Bab IV Deskripsi Wilayah Penelitian Bab ini berisikan tentang kondisi wilayah berupa kondisi geografis, letak geografis dan sosio demografi penduduk di Kota Pontianak pada umumnya dan Kelurahan Banjar Serasan pada khususnya. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisikan pembahasan tentang perkembangan permukiman di sepanjang tepian Sungai Kapuas selama 20 (dua puluh) tahun terakhir dengan mengambil fokus penelitian di Kelurahan Banjar Serasan. Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini berisi mengenai hasil pembahasan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Selain itu terdapat saran atau rekomendasi yang berguna untuk menindak lanjuti penelitian yang telah dilakukan. 12