BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (irfan, 2012)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat persalinan. Di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan jenis penyakit yang ada di rumah sakit. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, pencegahan penyakit untuk menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit. Pada pasal 63 UU RI. No. 36 Tahun 2009 tentang penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan menyatakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan atau akibat kecacatan, atau menghilangkan cacat yang dilakukan dengan pengendalian, pengobatan, dan atau perawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Agar rumah sakit dapat melaksanakan pelayanan kesehatan secara efektif, efisien dan bermutu diperlukan suatu ukuran yang pasti baik menyangkut upaya kesehatan, pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan, pemeliharaan 1

2 dan pengobatan terkait dengan penyakit atau masalah kesehatan, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan kulit pasien agar senatiasa terjaga dengan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit pasien akan menjadi salah satu indikator dalam kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integritas kulit dapat disebabkan karena trauma pada kulit, tertekannya kulit dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan lesi primer yang dapat memperburuk dan dengan cepat menjadi lesi sekunder, seperti pada luka tekan atau dekubitus. Akibat dari kerusakan integritas kulit tersebut akan membutuhkan asuhan keperawatan yang lebih luas (Potter dan Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya perawatan (lama perawatan di rumah sakit) yang akan memperlambat program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) bagi pasien tersebut. Salah satu penyakit yang disebabkan kerusakan integritas kulit adalah dekubitus. Dekubitus merupakan kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak di atas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama.

3 Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Sutanto, 2008). Menurut Sabandar (2012), mengatakan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit menderita 3-10% dan 2,7 % berpeluang terbentuknya/terjadinya dekubitus baru. Sedangkan Mukti, (2013) mengatakan bahwa prevalensi luka dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5-10% terjadi di ruang perawatan jangka panjang, dan 7-12% terjadi di perawatan rumah, sehingga membutuhkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit (Morison, 2003). Dekubitus mengakibatkan nyeri yang berkepanjangan, gatal-gatal disekitar luka, rasa yang tidak nyaman, kulit terluka dapat menyebabkan infeksi. Infeksi memperlambat penyembuhan ulkus yang dangkal dan berakibat fatal terhadap ulkus yang dalam, serta masalah yang serius terhadap morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia (Sari, 2007). World Health Organization (WHO, 2010) Kejadian dekubitus di Amerika tergolong masih cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa insidens terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi

4 ditatanan perawatan acute care, 15-25% ditatanan perawatan jangka panjang atau longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah/homecare. Masalah ini menjadi problem yang cukup serius baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan dan memperlambat program rehabilitas bagi penderita. Indonesia berada diperingkat keempat jumlah banyaknya kejadian atau kasus terjadinya dekubitus di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Hans, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka penyakit yang mengakibatkan kejadian dekubitus tertinggi yaitu karena kencing manis, stroke, fraktur dan karena tirah baring lainnya yang cukup lama membutuhkan perawatan. Selain itu juga disebabkan karena pelayanan petugas kesehatan, masalah pengetahuan dan sikap petugas kesehatan menjadi peran penting dalam penyembuhan dekubitus. Pengetahuan merupakan landasan utama dan penting bagi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Meskipun pengetahuan sudah dimiliki perawat, namun sikap perawat juga menjadi peranan penting dalam masalah penanganan ulkus dekubitus. Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil memberikan gambaran bahwa kasus ulkus dekubitus pada tahun 2014 mencapai 3,92 % dari 51 pasien tirah baring yang dirawat di bagian perawatan intensif care. Mungkin perawat belum melaksanakan perawatan luka dekubitus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), karena sebagian perawat hanya memiliki pengetahuan dasar tentang upaya pencegahan terhadap kejadian

5 dekubitus. Hal ini tentu saja tidak cukup peranannya dalam upaya mencegah terjadinya ulkus dekubitus, disini perawat belum mengetahui bahwa diperlukan adanya pengetahuan khusus yaitu mengenai pengkajian risiko dekubitus. Perawat dan bidan yang telah mengikuti pelatihan perawatan luka dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang baru 8 orang (1,6%) dari 133 orang perawat dan bidan yang ada di RSUD Tengku Sulung, hal ini sangat jauh dari harapan untuk mendapatkan pelayanan yang baik terhadap pasien dengan dekubitus. Pada periode Januari sampai Desember tahun 2015 dari kejadian infeksi saluran kemih, Pnemonia, sepsis dan dekubitus pada ruangan bedah, ruangan anak, ruangan penyakit dalam, ruangan VIP, ruangan kebidanan dan ruangan perinatologi, ditemukan kejadian dekubitus pada ruangan rawat inap seperti : ruang bedah 2,4 %, ruangan penyakit dalam 1,8%, ruangan VIP 0,5%, dan ruangan ICU 9,1%. Data temuan pemantauan infeksi periode Januari sampai Desember tahun 2015 cukup tinggi oleh karena itu perlu peningkatan pengetahuan dan sikap perawat serta bidan dalam memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan serta pemantauan kondisi pasien terhadap tindakan yang diberikan. Tenaga yang ada di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil tahun 2015 sebanyak 70 orang, pendidikan Ners 1 orang (0,7%), S1 Keperawatan 2 orang (1,5%), D3 Kebidanan 40 orang (30,1%), D3 keperawatan 50 Orang (37,6%) dan SPK 40 orang (30,1%). Tenaga kebidanan banyak diperbantukan ke

6 ruangan bedah, penyakit dalam dan ICU dengan jumlah 11 orang. Hal ini menyebabkan tenaga kesehatan seperti bidan bekerja tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, belum pernah mengikuti pelatihan asuhan keperawatan khususnya pasien dengan Diabetes mellitus yang komplikasi dengan dekubitus. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Keperawatan, mengatakan memang jumlah tenaga keperawatan kurang bila di sesuaikan dengan kondisi dilapangan, ini dikarenakan adanya ketidak samaan pendapat pemerintah daerah dengan pihak rumah sakit dalam menyediakan jumlah formasi bagi penerimaan tenaga keperawatan. Kasie Keperawatan juga mengatakan tentang pentingnya mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan khususnya perawatan luka seperti dekubitus, pihak rumah sakit sudah mengusulkan, akan tetapi keputusan untuk mengadakan pelatihan dipegang oleh pihak BKD Kabupaten Inhil. Upaya untuk penambahan tenaga keperawatan akan jadi usulan utama oleh pihak RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil. Sedangkan respon perawat dan bidan tentang kejadian dekubitus berhubungan dengan ketepatan prosedur tindakan perawat dan bidan dalam melakukan tindakan Ganti Perban (GP) ini sangat membantu dalam proses penyembuhan luka, asalkan dilakukan dengan rutin dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan. Pada saat dilakukan survei awal pada 10 perawat dan bidan, 5 bidan dan 3 orang perawat mengatakan luka dekubitus dapat sembuh sendiri dengan

7 perawatan luka biasa dan 2 perawat lainnya mengatakan perawatan luka dekubitus harus dilakukan sesuai dengan SOP. Perawat dan bidan mengatakan belum pernah mengikuti pelatihan perawatan luka dekubitus. Perawat dan bidan juga mengatakan sering lalai dalam melakukan perawatan luka dekubitus karena sikap perawat dan bidan kurang carring dengan tindakan perawatan luka. Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan perawat supervisi, mengatakan memang ada beberapa orang perawat yang melakukan tindakan perawatan luka dekubitus yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), seperti tidak memakai handscond, membersihkan luka tidak menggunakan rifanol terlebih dahulu hanya mendeep luka dengan betadin saja karena sering menggunakan peralatan dan bahan yang tidak lengkap dibawa untuk membersihkan luka dekubitus. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (Perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada rencana penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016?

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perawatan dekubitus oleh tenaga kesehatan (perawat dan bidan) pada pasien dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. e. Untuk mengetahui hubungan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016.

9 D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) dalam melakukan perawatan dekubitus ditempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit pada umumnya. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan perbaikan dalam pelayanan bagi pasien dengan dekubitus, hasil penelitian ini juga dapat memberikan dukungan bagi perawat dan bidan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam upaya yang maksimal dalam pelayanan kesehatan khususnya pada pasien dengan dekubitus.