1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan jenis penyakit yang ada di rumah sakit. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, pencegahan penyakit untuk menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit. Pada pasal 63 UU RI. No. 36 Tahun 2009 tentang penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan menyatakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan atau akibat kecacatan, atau menghilangkan cacat yang dilakukan dengan pengendalian, pengobatan, dan atau perawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Agar rumah sakit dapat melaksanakan pelayanan kesehatan secara efektif, efisien dan bermutu diperlukan suatu ukuran yang pasti baik menyangkut upaya kesehatan, pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan, pemeliharaan 1
2 dan pengobatan terkait dengan penyakit atau masalah kesehatan, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan kulit pasien agar senatiasa terjaga dengan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit pasien akan menjadi salah satu indikator dalam kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integritas kulit dapat disebabkan karena trauma pada kulit, tertekannya kulit dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan lesi primer yang dapat memperburuk dan dengan cepat menjadi lesi sekunder, seperti pada luka tekan atau dekubitus. Akibat dari kerusakan integritas kulit tersebut akan membutuhkan asuhan keperawatan yang lebih luas (Potter dan Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya perawatan (lama perawatan di rumah sakit) yang akan memperlambat program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) bagi pasien tersebut. Salah satu penyakit yang disebabkan kerusakan integritas kulit adalah dekubitus. Dekubitus merupakan kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak di atas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama.
3 Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Sutanto, 2008). Menurut Sabandar (2012), mengatakan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit menderita 3-10% dan 2,7 % berpeluang terbentuknya/terjadinya dekubitus baru. Sedangkan Mukti, (2013) mengatakan bahwa prevalensi luka dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5-10% terjadi di ruang perawatan jangka panjang, dan 7-12% terjadi di perawatan rumah, sehingga membutuhkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit (Morison, 2003). Dekubitus mengakibatkan nyeri yang berkepanjangan, gatal-gatal disekitar luka, rasa yang tidak nyaman, kulit terluka dapat menyebabkan infeksi. Infeksi memperlambat penyembuhan ulkus yang dangkal dan berakibat fatal terhadap ulkus yang dalam, serta masalah yang serius terhadap morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia (Sari, 2007). World Health Organization (WHO, 2010) Kejadian dekubitus di Amerika tergolong masih cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa insidens terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi
4 ditatanan perawatan acute care, 15-25% ditatanan perawatan jangka panjang atau longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah/homecare. Masalah ini menjadi problem yang cukup serius baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan dan memperlambat program rehabilitas bagi penderita. Indonesia berada diperingkat keempat jumlah banyaknya kejadian atau kasus terjadinya dekubitus di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Hans, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka penyakit yang mengakibatkan kejadian dekubitus tertinggi yaitu karena kencing manis, stroke, fraktur dan karena tirah baring lainnya yang cukup lama membutuhkan perawatan. Selain itu juga disebabkan karena pelayanan petugas kesehatan, masalah pengetahuan dan sikap petugas kesehatan menjadi peran penting dalam penyembuhan dekubitus. Pengetahuan merupakan landasan utama dan penting bagi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Meskipun pengetahuan sudah dimiliki perawat, namun sikap perawat juga menjadi peranan penting dalam masalah penanganan ulkus dekubitus. Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil memberikan gambaran bahwa kasus ulkus dekubitus pada tahun 2014 mencapai 3,92 % dari 51 pasien tirah baring yang dirawat di bagian perawatan intensif care. Mungkin perawat belum melaksanakan perawatan luka dekubitus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), karena sebagian perawat hanya memiliki pengetahuan dasar tentang upaya pencegahan terhadap kejadian
5 dekubitus. Hal ini tentu saja tidak cukup peranannya dalam upaya mencegah terjadinya ulkus dekubitus, disini perawat belum mengetahui bahwa diperlukan adanya pengetahuan khusus yaitu mengenai pengkajian risiko dekubitus. Perawat dan bidan yang telah mengikuti pelatihan perawatan luka dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang baru 8 orang (1,6%) dari 133 orang perawat dan bidan yang ada di RSUD Tengku Sulung, hal ini sangat jauh dari harapan untuk mendapatkan pelayanan yang baik terhadap pasien dengan dekubitus. Pada periode Januari sampai Desember tahun 2015 dari kejadian infeksi saluran kemih, Pnemonia, sepsis dan dekubitus pada ruangan bedah, ruangan anak, ruangan penyakit dalam, ruangan VIP, ruangan kebidanan dan ruangan perinatologi, ditemukan kejadian dekubitus pada ruangan rawat inap seperti : ruang bedah 2,4 %, ruangan penyakit dalam 1,8%, ruangan VIP 0,5%, dan ruangan ICU 9,1%. Data temuan pemantauan infeksi periode Januari sampai Desember tahun 2015 cukup tinggi oleh karena itu perlu peningkatan pengetahuan dan sikap perawat serta bidan dalam memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan serta pemantauan kondisi pasien terhadap tindakan yang diberikan. Tenaga yang ada di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil tahun 2015 sebanyak 70 orang, pendidikan Ners 1 orang (0,7%), S1 Keperawatan 2 orang (1,5%), D3 Kebidanan 40 orang (30,1%), D3 keperawatan 50 Orang (37,6%) dan SPK 40 orang (30,1%). Tenaga kebidanan banyak diperbantukan ke
6 ruangan bedah, penyakit dalam dan ICU dengan jumlah 11 orang. Hal ini menyebabkan tenaga kesehatan seperti bidan bekerja tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, belum pernah mengikuti pelatihan asuhan keperawatan khususnya pasien dengan Diabetes mellitus yang komplikasi dengan dekubitus. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Keperawatan, mengatakan memang jumlah tenaga keperawatan kurang bila di sesuaikan dengan kondisi dilapangan, ini dikarenakan adanya ketidak samaan pendapat pemerintah daerah dengan pihak rumah sakit dalam menyediakan jumlah formasi bagi penerimaan tenaga keperawatan. Kasie Keperawatan juga mengatakan tentang pentingnya mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan khususnya perawatan luka seperti dekubitus, pihak rumah sakit sudah mengusulkan, akan tetapi keputusan untuk mengadakan pelatihan dipegang oleh pihak BKD Kabupaten Inhil. Upaya untuk penambahan tenaga keperawatan akan jadi usulan utama oleh pihak RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil. Sedangkan respon perawat dan bidan tentang kejadian dekubitus berhubungan dengan ketepatan prosedur tindakan perawat dan bidan dalam melakukan tindakan Ganti Perban (GP) ini sangat membantu dalam proses penyembuhan luka, asalkan dilakukan dengan rutin dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan. Pada saat dilakukan survei awal pada 10 perawat dan bidan, 5 bidan dan 3 orang perawat mengatakan luka dekubitus dapat sembuh sendiri dengan
7 perawatan luka biasa dan 2 perawat lainnya mengatakan perawatan luka dekubitus harus dilakukan sesuai dengan SOP. Perawat dan bidan mengatakan belum pernah mengikuti pelatihan perawatan luka dekubitus. Perawat dan bidan juga mengatakan sering lalai dalam melakukan perawatan luka dekubitus karena sikap perawat dan bidan kurang carring dengan tindakan perawatan luka. Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan perawat supervisi, mengatakan memang ada beberapa orang perawat yang melakukan tindakan perawatan luka dekubitus yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), seperti tidak memakai handscond, membersihkan luka tidak menggunakan rifanol terlebih dahulu hanya mendeep luka dengan betadin saja karena sering menggunakan peralatan dan bahan yang tidak lengkap dibawa untuk membersihkan luka dekubitus. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (Perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada rencana penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016?
8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perawatan dekubitus oleh tenaga kesehatan (perawat dan bidan) pada pasien dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016. e. Untuk mengetahui hubungan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) tentang dekubitus dengan perawatan dekubitus di RSUD Tengku Sulung Pulau Kijang Inhil 2016.
9 D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan (perawat dan bidan) dalam melakukan perawatan dekubitus ditempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit pada umumnya. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan perbaikan dalam pelayanan bagi pasien dengan dekubitus, hasil penelitian ini juga dapat memberikan dukungan bagi perawat dan bidan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam upaya yang maksimal dalam pelayanan kesehatan khususnya pada pasien dengan dekubitus.