BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

AGUS ZAINURI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk itu pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

Zuhrina Aidha Staff Pengajar FKM UINSU Medan ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud dengan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

EVALUASI PROGRAM PENANGANAN GIZI KURANG MELALUI ASUHAN COMMUNITY FEEDING CENTER (CFC)

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata (Depkes RI, 2004). Mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, dikembangkan paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif tanpa harus mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian program promosi kesehatan mendapat peran yang penting dalam pembangunan kesehatan dan penopang utama bagi setiap program kesehatan (Depkes RI, 2008). Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan untuk bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan 1

2 derajat kesehatannya serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah dan gangguan kesehatan tersebut terlanjur datang (Depkes RI, 2008). Salah satu masalah atau gangguan kesehatan yang cukup mendapat perhatian saat ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk pada balita. Diperkirakan 15% balita di dunia memiliki kekurangan berat badan, dan prevalensi tertinggi terdapat di Asia Selatan yaitu 1 dari 3 orang balita memiliki berat badan kurang. Dibeberapa negara, tercatat 1 dari 3 anak meninggal setiap tahunnya akibat buruknya kualitas gizi (Anonim, 2013). Menurut data yang dirilis lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (2009), setiap 6 detik terdapat 1 balita di dunia yang meninggal karena gizi buruk dan kelaparan, dan 90% balita yang mengalami gizi buruk tersebut, berada di Afrika dan Asia. Hal ini membuat direktur organisasi pangan PBB Food and Agriculture Organization (FAO) meminta para pemimpin dunia untuk serius memperhatikannya. Anak-anak yang mengalami gizi buruk itu merupakan bagian dari milliaran manusia di dunia yang kini terancam kelaparan (Anonim, 2009). Masalah gizi kurang dan gizi buruk mendapat perhatian yang serius dunia, hal ini terlihat dari adanya kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang mendukung gerakan pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk, 2 dari 5 indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (indikator kelima) (Depkes RI, 2005).

3 Laporan akhir tahun 2012 Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat bahwa dari 23 juta balita di Indonesia, 8 juta jiwa atau 35% mengidap gizi buruk kategori stunting, sementara untuk kasus gizi buruk tercatat sebanyak 900 ribu bayi atau sekitar 4,5% dari total jumlah bayi di seluruh Indonesia (Solicha, 2013). Dampak dari gizi buruk ini adalah kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa. Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi (Litbang, 2008). Prevalensi kurang gizi secara nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) sudah terlihat ada penurunan. Penurunan terutama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010 atau turun sebesar 0,5%. Walau terjadi penurunan tetapi balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang perlu mendapat perhatian, bahkan jika di suatu daerah ditemukan gizi buruk > 1% maka termasuk masalah berat (Depkes RI, 2008). Propinsi Sumatera Utara (2010), prevalensi gizi buruk sebesar 7,8%, dan gizi kurang 13,5%, hal ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk di Sumatera Utara masih lebih tinggi atau sekitar dua kali prevalensi gizi buruk nasional. Untuk Kota Medan, pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 124 kasus gizi buruk, dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu menjadi 131 orang balita. Kasus terbanyak

4 ditemukan di kecamatan Medan Helvetia yaitu sebanyak 13 kasus. Tingginya kasus gizi buruk tersebut didukung karena dilaksanakan kegiatan secara aktif untuk menjaring balita gizi buruk melalui operasi timbang wajib yang dilaksanakan oleh seluruh puskesmas dan puskesmas pembantu sehingga balita yang selama ini tidak pernah datang ke posyandu dapat terjaring pada saat operasi ini. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat, bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini merupakan kelompok usia yang paling menderita akibat kurang gizi (Sihadi, 2009). Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji penyebab-penyebab gizi buruk dan bagaimana gizi buruk tersebut ditanggulangi, baik penanggulangan yang dilakukan oleh pihak keluarga balita yang terkena gizi buruk, juga oleh pemerintah (dalam hal ini adalah program penanggulangan gizi buruk yang diluncurkan oleh Departemen Kesehatan). Pengkajian gizi buruk ini tidak terlepas dari kejadiankejadian gizi buruk yang terus bermunculan di berbagai daerah. Walaupun terkadang laporan gizi buruk terkadang kontradiktif, dimana gizi buruk dianggap seakan-akan sebagai aib yang harus disembunyikan atau terkadang menjadi sebuah masalah yang harus dimunculkan, tergantung kepentingan yang membuat laporan tersebut. Namun menurut instansi kesehatan formal, angka gizi buruk masih relatif tinggi.

5 Berbagai strategi telah dikembangkan untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi buruk yang ditemukan yaitu dengan dilaksanakannya upaya pencegahan melalui pendekatan komprehensif, yang mengutamakan promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat), dan upaya penanggulangan berupa kegiatan pengobatan dan pemulihan bagi penderita gizi buruk. Strategi promosi kesehatan yang sudah dilakukan di Kota Medan untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi buruk adalah berupa dukungan kebijakan, salah satunya adalah dengan adanya Pencanangan Medan Bebas Gizi Buruk Tahun 2015 di kecamatan Medan Labuhan tahun 2011. Dukungan dana dan prasarana, penyebarluasan informasi kesehatan tentang gizi balita melalui media cetak dan elektronik, pembentukan kader gizi masyarakat, supervisi gizi buruk dan pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang dan gizi buruk. Intervensi pemerintah terhadap pencegahan gizi buruk yang sudah dilakukan, belum berjalan dengan baik karena terkesan belum didukung oleh partisipasi masyarakat dalam pencegahan gizi buruk. Kurangnya keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam pencegahan gizi buruk dapat menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap program pemerintah. Oleh karena itu upaya pencegahan gizi buruk pada balita harus melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat bertanggungjawab dan ikut berperan aktif dalam pencegahan gizi buruk. Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai analisis implementansi strategi promosi kesehatan yang telah dilakukan di Kota Medan selama ini (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) dan

6 pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan tahun 2014. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) dan apakah ada pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) dan bagaimana pengaruh dari strategi promosi kesehatan tersebut terhadap partisipasi masyarakat dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan tahun 2014. 1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian, dapat dirumuskan, yaitu: ada pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) terhadap partisipasi masyarakat dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan tahun 2014.

7 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi dan masukan dalam perencanaan strategi promosi kesehatan bagi Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Kesehatan Kota Medan dalam meningkatkan status gizi balita. 2. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program pembinaan gizi masyarakat, pada tingkat Kabupaten, Propinsi, maupun Pemerintah Pusat. 3. Bagi puskesmas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan korektif terhadap perkembangan dan tuntutan masyarakat akan peningkatan program pembinaan gizi masyarakat sehingga upaya dalam rangka menurunkan angka gizi buruk dapat tercapai secara optimal. 4. Diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan konsep dan pengetahuan bidang manajemen promosi kesehatan, khususnya aspek strategi promosi kesehatan.