Sejarah. Arung Sejarah Bahari Suatu Pendekatan Edukatif Melihat Laut Dari Perspektif Sejarah

dokumen-dokumen yang mirip
MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BANDA NAIRA DALAM PRESPEKTIF SEJARAH MARITIM Kilas Balik Ekspedisi Spice Islands

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA. Pendekatan pada teori teori proporsi pada arsitektur

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

Kekayaan Alam Indonesia dan Isyarat Islam untuk Memanfaatkan Sumber Daya Alam

Konsep Manajemen Pengelolaan Pesisir & Pulau- Pulau Kecil. Perencanaan Kawasan Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013

Maritim Adalah Akar Budaya Kita 1

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HI-TECH

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.

Luncur Buku Mehmet Ozay & Bincang Kebudayaan Aceh dan Turki 19 Nopember 2014

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Benteng Fort Rotterdam

GEOPOLITIK Program Studi Manajemen

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

Basta Dalam Jejaring Perdagangan Lokal Persepektif masa lalu dalam Konteks Masa Kini Mezak Wakim 1

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

KONSEP NEGARA MARITIM DAN KETAHANAN NASIONAL Oleh Pusjianmar

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Kontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

TOR SIMPOSIUM PEMBANGUNAN MARITIM Membangun Skenario Laut Banda sebagai Ruang Sejahtera Bersama

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA 1

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

MEMBANGUN DAN MEMPERKOKOH KEAMANAN NASIONAL DENGAN VISI MARITIM. Oleh: Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio

Transkripsi:

Arung Sejarah Bahari Suatu Pendekatan Edukatif Melihat Laut Dari Perspektif Sejarah Stenli R. Loupatty 1 A. Pengantar Nenek Moyangku Orang Pelaut, Menentang Badai Membelah Samudera merupakan suatu ungkapan yang mrnggambarkan kedekatan masyarakat di nusantara dengan laut. Hal ini bukanlah suatu ungkapan atau khiasan semata, melainkan sebuah fakta yang dibuktikan dengan kondisi geografis kepulauan nusantara yang lebih didominasi wilayah laut. Dalam konsep ke-indonesiaan yang digagas oleh pendiri negara ini mencoba untuk memetaakan wilayah NKRI dalam dua aspek yang sangat mendasar yaitu wilayah laut dan darat sebagaimana yang di maklimatkan dalam pembukaan UUD 1945. Namun fakta pembangunan di negeri ini cenderung mengabaikan wilayah laut dan mengedepankan wilayah darat, padahal sesungguhnya kita memahami potensi wilayah kelautan di nusantara dan khususnya Maluku turut memberikan jaminan untuk kemakmuran dan kesejahteraan anak-anak bangsa di negeri ini. Peristiwa Sipadan dan Ligitan yang direbut oleh Malaysia membuktikan kepada kita bahwa begitu lemahnya pertahanan bangsa dan kepekaan anakanak bangsa di negeri ini terhadap wilayah laut dan pulau-pulau terdepan. Upaya untuk menemukan dunia baru (kepulauan rempah-rempah) telah dilakukan oleh bangsa-bangsa di Eropa Sejarah hingga ke Timur Asia. Harumnya bunga Cengkeh dan Pala menjadi salah satu primadona dan daya tarik bagi orangorang luar untuk datang ke Nusantara. Hal ini kemudian membuka ruang terbentuknya suatu rute atau jalur pelayaran yang menghubungkan masyarakat Nusantara dengan dunia luar. Jalur sutra merupakan salah satu jalur perdagangan yang dirintis oleh pelautpelaut Cina untuk menemukan kepulauan rempah-rempah (space island) yang terbentang dari negeri Cina hingga ke Maluku. Keberadaan jalur pelayaran ini sangat dirahasiakan keberadaannya dari bangsa-bangsa Eropa. Masuknya orang-orang luar ke Nusantara membuka babakan sejarah baru dalam lintasan sejarah bangsa ini. Tujuan kehadiran orang-orang luar tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mencari rempah-rempah, sehingga daerah yang dituju adalah kepulauan Maluku. Masyarakat Maluku merupakan salah satu kelompok masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat maritime hak ini dapat dilihat dari kondisi geografis kepualaun Maluku yang didominasi atau dihubungkan dengan laut. Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang mengungkap berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di kepulauan Maluku. Kedekatan masyarakat Maluku dengan laut sesungguhnya merupakan suatu fakta masa lalu yang hingga kini masih dijumpai dalam berbagai praktek hidup masyarakat, khususnya kelompok masyarakat yang mendiami wilayah pesisir. Memahami tanda-tanda alam dan waktu yang tepat untuk melakukan serta pengetahuan untuk menjaga dan melindungi ekosistem wilayah pesisir 1 Teknis Peneliti BPNB Ambon Buletin Kanjoli 35 Vol.6 No.5 2012

merupakan salah satu ciri masyarakat pesisir di kepulauan Maluku yang masih tetap dipertahankan. Dunia kelauatan di kepulauan Maluku sesungguhnya masih memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah ini, namun fakta membuktikan lain. Sumber daya perikanan dan kelautan yang begitu melimpah dan menjanjikan belum dieksplorasi secara optimal. Kurang pengetahuan dan pemahaman masyarakat untuk mengembangkan pola hidup yang berorientasi ke laut sangatlah terbatas serta kurangnya perhatian pemerintah untuk merangsang dan mendorong masyarakat dalam mengembangkan pola hidup yang berorientasi ke laut dan memanfaatkan potensi kelautan belumlah maksimal. Untuk itu diperlukannya suatu konsep pembangunan yang sinergis dan korelatif antara pemerintah dan masyarakat yang ada di daerah pesisir. Bertolak dari uraian di atas muncul suatu pertanyaan kritis untuk kita semua untuk apa kita melakukan Kegiatan Arung Sejarah Bahari??? 2. Laut Dalam Prespektif Sejarah Berbicara mengenai dunia maritim masyarakat Nusantara tidak dapat dilepaspisahkan dengan sejarah perniagaan dan perdagangan rempahrempah yang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan negara-negara di Timur Asia hingga ke benua Eropa. Terbukanya rute pelayaran dari Eropa ke kepulauan Nusantara membuka babakan sejarah baru dalam dunia maritim. Dalam masa ini laut dijadikan sebagai media untuk merangkai pulau-pulau dengan menggunakan kapal-kapal yang digerakan oleh angin. Corak kehidupan maritim telah ditunjukkan oleh masyarakat di Nusantara dengan melakukan berbagai ekspedisi untuk berbagai tujuan politik. Sejalan dengan itu Usman Thalib 2006 :1 menjelaskan bahwa peradaban-peradaban yang tumbuh ketikan itu seperti kerajaan Sriwijaya di Sumatera, Majapahit di pulau Jawa pada awalnya berorientasi ke laut. Mengenai Sriwijaya dilukiskan tentang berkembangnya niaga laut, dengan armada-armada kapal yang besar yang berlayar dalam jarak jauh diperairan Nusantara dan di luar perairan itu. Kajian sejarah juga mengemukakan tentang kerajaan Majapahit yang dengan armadanya menjelajah jauh ke pelosokpelosok Nusantara untuk suatu tujuan politis yakni mempersatukan wilayahwilayah ke dalam kekuasaannya. Selain itu Sartono Kartodirdjo mengemukakan terdapat kerajaan di Nusantara terkenal dengan aktivitas kebahariannya yang tangguh, seperti kerajaan Banten, Buton, Ternate Tidore. Sejarah kebahariaan masyarakat di Nusantara sesungguhnya telah berjalan sebelum masuknya penetrasi Eropa ke Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan keterjalinan dalam perdagangan rempah-rempah yang dirintis oleh pelaut-pelaut (pedagang) Nusantara dan Timur Asia dengan masyarakat di kepulauan Maluku. Bukti peninggalan sejarah kebaharian masa lalu dalam dunia perdagangan yang menghubungkan Maluku dengan kerajaan-kerajaan di Jawa dan Sumatera yaitu jalur Selatan yang di mulai dari Sumatera menuju pantai Utara Jawa-Bali-Lombok (NTB)- kepulauan Buletin Kanjoli 36 Vol.6 No.5 2012

Flores (NTT)- kepulaua Maluku Tenggara-Banda Seram-Hitu dan ke Ternate (Maluku Utara). Pelayaran seperti ini biasanya dilakukan dengan kapal layar serta menjadikan angin sebagai tenaga penggerak dan pelayaran yang dilakukan selalu menyinggahi pulau-pulau yang berdekatan (pelayaran antar pulau). Dengan pengetahuan dan peralatan yang terbatas para pelaut biasanya menggunakan musim angin untuk berlayar, biasanya angin barat dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk berlayar menuju Maluku pun sebaliknya musim angin Timur dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk kembali. Terbentuknya interaksi perdagangan antara masyarakat di kepulauan Maluku dengan pedagang-pedagang Nusantara dan Timur Asia mendorong terbentuknya pusat-pusat perdagangan (kota-kota dagang) sebagaimana yang diungkap S. Loupatty dkk. 2006:34. Selain pelayaran dari dan ke Maluku, orang-orang Maluku juga telah mengembangkan rute-rute pelayaran lokal yang menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain, untuk kepentingan perdagangan maupun juga kepentingan lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Usaman Thalib 2006:17, di kepulauan Banda pada masa itu tidak terdapat pohon cengkeh namun para pelaut-pelaut Banda telah menjual cengkeh pada pelaut-pelaut Nusantara dan Timur Asia. Upaya untuk menemukan dunia baru (kepulauan rempah-rempah) menjadi salah satu misi bangsa-bangsa di daratan Eropa, hal ini dibuktikan dengan beberapa ekspedisi yang gagal menemukan kepulauan Maluku namun menemukan dunia baru (benua baru) yang dilakukan oleh Colombus. Pada tahun 1511 Alfonso de Albuquerque berhasil menaklukan Malaka dan Malaka dijadikan sebagai pintu masuk untuk menemukan kepulauan rempah-rempah. Setelah berhasil menaklukan Malaka Alfonso mengirimkan dua buah kapal layarnya pada pertengahan bula November 1511 untuk menemukan kepulauan rempah-rempah. Kedua kapal itu masing-masing dinakodai oleh de Abreu dan Fransisco Serrau yang dipandu oleh seorang nahkoda melayu bernama Ismael. Pelayaran yang dilakukan memakan waktu dua bulan lebih disaat angin barat bertiup dan pada pertengahan bulan Januari Fransesco serrau berhasil menemukan kepulauan Banda yang kaya dengan pohon Pala. Masuknya penetrasi bangsa Eropa ke kepulauan Nusantara berdampak pada aktivitas kemaritiman yang selama ini dilakukan oleh pelautpelaut Nusantara dan Timur Asia serta merubah orientasi dan pola hidup yang cenderung berorientasi ke darat. Setelah menguasai Maluku kurang lebih tiga setengah tahun keberadaan Portugis kemudian diambil oleh Belanda pada tanggal 23 Februari 1605 yang ditandai dengan direbutnya benteng pertahanan Nosa Sendora Da Annuciada dan diganti namanya menjadi New Victoria. Dalam kurun waktu tiga setengah abad menguasai Nusantara dan juga kepulauan Maluku, Belanda mampu merubah tradisi kebaharian dengan kebijakan-kebijakan yang dipandang menguntungkan Belanda yaitu dengan mengembangkan tanam paksa (Culture stellsel). Rakyat dipaksa untuk Buletin Kanjoli 37 Vol.6 No.5 2012

mengembangkan perkebunan cengkeh dan pala dan hanya dijual kepada pihak Belanda dengan harga yang murah. Salah satu kebijakan Belanda untuk menghindari over produksi rempahrempah dalam perdagangan di pasaran internasional, Belanda mengembangkan pelayaran Hongi Tochteen. Pelayaran Hongi menggunakan armada kora-kora yang digerakan oleh tenaga manusia (pendayung) dan dilengkapi persenjataan. Dalam pelayaran ini sering terjadi perang dengan kapal-kapal pedagang Timur Asia dan Nusantara. Selain itu perkebunan cengkeh rakyat yang tidak bersedia untuk dijual pada Belanda ditebang. Armada Hongi ini kemudian dijadikan sebagai salah satu armada perang Belanda. 3. Dunia Maritim Orang Maluku Laut Adalah Kehidupan dan Laut Adalah Sejarah adalah suatu ungkapan yang sangat tepat untuk merepresentasikan kedekatan orang Maluku dengan laut. Dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau dan didominasi oleh wilayah laut masyarakat Maluku dapat dikategorikan sebagai masyarakat maritim. Hal ini dapat terlihat daalm tradisi kebaharian yang sejak lama dikembangkan oleh masyarakat pesisir, praktek-praktek hidup yang bercorak kebaharian sering kali diekspresikan dalam berbagai karya seni baik dalam syair lagu dan tarian seperti penggalan syair lagu berikut ini Lembe-lembe to yando yo, Lembe to toyando maule Sawa-sawa to yando yo, Sawa to yando maule Lembe-lembe toma ina, sawa-sawa di laut e Pengakuan tentang kedekatan orang Maluku dengan dunia kebaharian juga terungkap dalam penggalan syair Chairil Anwar : cerita untuk Dien Tamaela sebagai berikut: Beta Pattirajawane yang dijaga datuk-datuk Cuma Satu Beta Pattirajawane titisan laut berdarah laut Kedekatan orang Maluku dengan laut juga tergambar dalam praktekpraktek hidup tiap hari yang dilakoni sebagai suatu perwujudan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Keahlian membuat perahu juga menjadi satu pengetahuan dasar yang sejak lama dikembangkan antara lain Arumbae, Arombae Rurehe, Kole-kole yang semua peralatan transportasi ini dipakai untuk melaut (mencari ikan) dan menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lainnya untuk keperluan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan untuk mengetahui tanda-tanda alam yang tepat untuk berlayar (Nanaku) serta kemampuan untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mencari ikan di laut (Tanoar). Selain praktek hidup ramah lingkungan yang merupakan suatu upaya masyarakat Maluku dalam menjaga dan melestarikan wilayah pesisir juga terapresiasi lewat praktek sasi. Tradisi kebaharian orang Maluku juga nampak pada peran-peran dalam sistem pemerintahan adat dimana terdapat pembagian wilayah antar marga yang bertugas sebagai penjaga pantai (kapitan Buletin Kanjoli 38 Vol.6 No.5 2012

laut) dan kapitan darat. Argumentasiargumentasi di atas sangat cukup untuk menjelaskan betapa kuatnya kedekatan orang Maluku dengan dunia kebahariannya. 4.Arung Sejarah Bahari Suatu Pendekatan Edukatif Terjadinya peristiwa Sipadan dan Ligitan yang direbut Malaysia menimbulkan luka yang dalam bagi seluruh anak bangsa di negeri ini. Kurangnya kepedulian dan kepekaan terhadap pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan Negara tetangga menjadi salah satu masalah kekinian. Cara pandang terhadap laut dalam pembelajaran di sekolah seringkali mengabaikan aspek laut sebagai medium pemersatu. Laut selalu dipandang dalam konsep yang memisahkan suatu daratan dengan daratan yang lain, asumsi ini kemudian menjadikan masyarakat lebih banyak berfikir untuk mengembangkan wilayah daratan. Kondisi yang lebih parah adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan generasi muda serta rasa takut sering kali menjauhkan mereka dengan laut, namun sesungguhnya potensi perikanan dan kelauta di Maluku masih memberikan jaminan kehidupan di masa yang akan datang jika dikelola secara optimal. Untuk itu diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang laut serta keterlibatan pemerintah untuk memberikan motivasi dan dukungan bagi masyarakat khususnya yang ada di daerah pesisir. Upaya pemerintah untuk melindungi wilayah teritorial kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI) terus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab Negara. Sejalan dengan itu Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Direktorat Geografi Sejarah menggagas suatu ide untuk mendekatkan generasi muda Indonesia yang cinta akan laut dan mengembangkan pola hidup yang berorientasi ke laut serta memiliki rasa persatuan dan kesatuan serta nasionalisme dikalangan generasi muda. Arung Sejarah Bahari merupakan suatu ide yang tercetus dari berbagai pendekatan disiplin ilmu antara lain; sejarah, budaya, perikanan, kemaritiman dan pertahanan keamanan. Upaya ini bertujuan menciptakan generasi muda Indonesia (Maluku) yang memiliki kecintaan kepada bangsa dan negara yang diwujudnyatakan dalam perilaku hidup. Sehingga lewat kegiatan arung sejarah bahari disaat ini, generasi muda dituntut untuk dapat memahami dan mengetahui sejarah masa lalu bangsanya, budaya kemaritiman orang Maluku, potensi dan peluang pengembangan sumber daya perikanan dan kelautan di Maluku yang semuanya itu akan melahirkan semangat perssatuan dan kesatuan bagi generasi muda serta menumbuhkan rasa cinta pada bangsa dan negara dalam konteks kewilayaan baik laut maupun darat. 5. Kesimpulan Dari paparan materi diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai dasar dalam penyajian disaat ini antara lain: a. Sejarah kemaritiman bangsa Indonesia sesungguhnya telah dimulai sejak dahulu dari masa munculnya kerajaan Sriwijaya dan Buletin Kanjoli 39 Vol.6 No.5 2012

Majapahit yang tampil dengan armada-armada lautnya. b. Sejarah kemaritiman masyarakat Nusantara tidak dapat Sejarah kebaharian orang Maluku, serta menambahkan persatuan dan kesatuan bagi generasi muda sebagai manifestasi kecintaan pada bangsa dan negara. dilepaspisahkan dengan dunia b. Menanamkan rasa cinta akan laut dan perniagaan dan perdagangan untuk mengembangkan pola hidup yang mencari rempah-rempah. Pelayaran berorientasi pada laut. dan perniagaan yang dilakukan cenderung menggunakan peralatan Daftar Pustaka dan pengetahuan seadanya. Pelayarana pada masa ini lebih J.W.Ajawaila Makala Orang-Orang di banyak menggunakan angin sebagai Maluku dan Budaya Maritim tenaga penggerak dan pelayaran antar dismapaikan dalam seminar budaya pulau c. Masuknya penetrasi bangsa Eropa untuk mencari kepulauan rempahrempah turut memberikan dampak bagi perniagaan dan perdagangan serta tradisi kebaharian masyarakat Nusantara maupun Maluku secara khusus. d. Dari berbagai dinamika kebaharian, pelayaran dan perdagangan rempahrempah masa lalu mengakibatkan wilayah laut Nusantara menyimpan berbagai kisah dan peristiwa sejarah maritim BKSNT Ambon 2006 Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate Tidore, dan Ambon Dian Rakyat Jakarta 2004 S. Loupatty dkk, Sejarah Terbentuknya Kota Dagang Banda Hitu dan Ambon abad 15-17 BKSNT Ambon 2006 Usman Thalib, Dunia Maritim Orang Banda Neira, BKSNT Ambon 2006 A, Watloly, Buku Ajar Filsafat Manusia Kepulauan, Unpatti 2010 M. Wakim, Banda Perspektif Sejarah BPSNT Ambon 2011 yang patut diketahui dan dipahami oleh generasi muda e. Sejak dahulu tradisi kebaharian telah melekat dan dikembangkan kini masih dijumpai dalam praktekpraktek hidup masyarakat pesisir khususnya menyangkut pemahaman dan pengetahuan untuk memanfaatkan laut, menentukan waktu yang tepat untuk melaut, serta kemampuan untuk membaca tandatanda alam. a. Pentingnya Arung Sejarah Bahari sebagai sebuah bentuk pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami sejarah masa lalu orang Maluku, dunia Buletin Kanjoli 40 Vol.6 No.5 2012