Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

dokumen-dokumen yang mirip
Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Laporan Perekonomian Indonesia

1. Tinjauan Umum

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Analisis Perkembangan Industri

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. arus modal dunia yang dipengaruhi oleh berakhirnya era quantitative easing (QE)

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Bernavigasi melewati Kerentanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

PRUlink Quarterly Newsletter

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum. Pemulihan Ekonomi Nasional. Ringkasan Eksekutif

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan.

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

PRUlink Quarterly Newsletter

Transkripsi:

Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang, dengan potensi inflasi menguat. Di Amerika Serikat (AS), penguatan pertumbuhan ekonomi disertai dengan peningkatan inflasi, sejalan dengan penambahan fiskal stimulus berupa pemotongan pajak dan peningkatan pengeluaran pemerintah di tahun ini dan beberapa tahun ke depan. Di kawasan Uni Eropa (Eurozone), perbaikan siklus perekonomian berlangsung lebih kuat dari yang diperkirakan, didukung oleh penguatan permintaan sektor swasta. Bertolak belakang dengan kawasan Uni Eropa, perekonomian Inggris justru melambat di tengah ketidakpastian proses pemisahan Ingris dan Uni Eropa (Brexit). Perdagangan internasional meningkat sejalan dengan penguatan permintaan global, yang didorong oleh peningkatan siklus permintaan semikonduktor dan pengeluaran modal. Berbagai indikator sektor teknologi seperti penjualan semikonduktor global terus memberikan indikasi adanya momentum penguatan perdagangan global. Selain itu, harga komoditas energi dan logam industri juga menunjukkan perbaikan yang akan mendukung ekspor. Sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter dan peningkatan Fed Fund Rate (FFR) oleh the Fed, serta rencana Exit Strategy oleh European Central Bank (ECB), kondisi pasar keuangan global diperkirakan akan semakin ketat. Inflasi saat ini sudah menjadi fokus perhatian di AS, yang dapat memicu dilakukannya pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari perkiraan. Meskipun berbagai pasar modal global mengalami tekanan jual pada Februari 2018, pasar obligasi di beberapa negara di kawasan ASEAN+3 justru terus menerima aliran modal. Mengingat besarnya arus modal masuk ke kawasan selama lima tahun terakhir, risiko dan potensi arus modal keluar yang dipicu oleh pengetatan kondisi keuangan global atau penurunan tingkat kepercayaan harus terus dimonitor secara lebih hati-hati Sejalan dengan kodisi perekonomian global yang kondusif, permintaan domestik dan pertumbuhan ekspor yang kuat telah mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dengan tingkat inflasi yang stabil. Sebagian besar perekonomian di kawasan saat ini berada di pertengahan siklus bisnis (mid-business cycle) dengan output gap yang rendah di tengah tren peningkatan pertumbuhan. Dengan permintaan eksternal yang terus membaik, pertumbuhan ekonomi kawasan diharapkan terus bertahan di kisaran 5%. AMRO memperkirakan perekonomian di kawasan ASEAN+3 akan tumbuh 5.4% di 2018 dan 5.2% di 2019. Ekonomi Tiongkok dan Jepang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 6.6% dan 1.3% di tahun fiskal 2018. 1

Dua risiko utama jangka pendek yang perlu diantisipasi oleh negara-negara di kawasan ASEAN+3 bersumber dari sektor eksternal sebagaimana dirangkum dalam Peta Risiko Global AMRO sebagai berikut: Pengetatan kondisi keuangan global yang lebih cepat dari perkiraan akibat peningkatan FFR untuk merespon peningkatan inflasi berpotensi mendorong reaksi tajam pelaku pasar apabila respon kebijakan tidak dikomunikasikan dengan baik. Efek rambatan ke kawasan dapat terjadi melalui arus keluar modal asing, peningkatan sovereign yield dan bunga utang, serta risiko pembiayaan kembali utang; dan Peningkatan tekanan perdagangan global akibat pemberlakuan tarif oleh AS kepada lebih banyak barang impor dan partner dagang utama, termasuk negara-negara kawasan ASEAN+3, berpotensi menurunkan pertumbuhan ekspor negara kawasan. Rantai nilai tambah global (global value chains GVC) dapat mengakibatkan dampak tekanan perdagangan terhadap kawasan menjadi lebih kuat. Lebih lanjut, eskalasi tekanan perdagangan global dapat meningkatkan ketidakpastian dengan potensi rambatan ke perkonomian dan pasar keuangan global. Risiko jangka pendek lain yang perlu diperhitungkan yaitu peningkatan risiko geopolitik di kawasan, pertumbuhan ekonomi negara-negara G3 yang lebih rendah dari perkiraan, serta risiko lain sebagai dampak proteksi perdagangan. Risiko perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih tajam dari perkiraan kemungkinan tidak akan terjadi dalam jangka pendek. Selain itu, terdapat beberapa risiko non ekonomi yang juga perlu diperhitungkan seperti perubahan iklim, bencana alam, dan cyber-attack. Perbaikan permintaan eksternal memungkinkan negara-negara kawasan untuk memupuk cadangan dalam rangka mengantisipasi potensi tekanan eksternal. Mempertimbangkan besarnya peran investor asing di pasar keuangan domestik, pelepasan kepemilikan asing atas aset keuangan berdenominasi mata uang lokal dan arus keluar modal pada skenario risk-off dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar dan cadangan devisa. Namun demikian, nilai tukar negara-negara kawasan saat ini cenderung lebih fleksibel, sehingga dapat berperan lebih besar dalam meredam berbagai gejolak eksternal. Melalui intervensi terukur di pasar valas oleh otoritas, proses penyesuaian terhadap tekanan eksternal dan dampaknya pada perekonomian kawasan diharapkan dapat dikelola dengan baik. Pengambil kebijakan diharapkan dapat terus membangun ruang kebijakan (policy space) yang lebih luas, khususnya di kebijakan moneter untuk menghadapi potensi pengetatan keuangan global ke depan. Bauran kebijakan fiskal, moneter, dan makroprudensial yang dapat dilakukan sangat bergantung pada posisi siklus bisnis dan siklus kredit di masingmasing negara. Untuk perekonomian yang berada pada pertengahan siklus bisnis (mid-business cycle), otoritas tidak memiliki ruang yang cukup untuk menambah stimulus moneter atau fiskal. Sebaliknya, untuk negara yang berada pada tahap akhir siklus bisnis yang biasanya diiringi dengan peningkatan tekanan inflasi atau keseimbangan eksternal, penyesuaian tingkat kelonggaran kebijakan moneter atau penurunan fiskal stimulus dapat dipertimbangkan. Meskipun sebagian besar negara-negara di kawasan berada pada tahap awal dan pertengahan siklus bisnis, akumulasi kredit dalam beberapa periode terakhir menuntut 2

perhatian lebih dari otoritas. Dalam hal ini, otoritas dalam jangka pendek dapat lebih memprioritaskan stabilitas keuangan dibadingkan pertumbuhan ekonomi, melalui kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias). Untuk sektor yang dinilai memiliki kerentanan seperti pasar properti, kebijakan makroprudensial yang ketat dapat membantu menjaga stabilitas sistem keuangan. Sebagian besar negara-negara kawasan secara pro-aktif telah menempuh kebijakan makroprudensial yang ketat. Mempertimbangkan terbatasnya ruang bagi kebijakan moneter akibat kondisi keuangan global, kebijakan fiskal diharapkan dapat memainkan peran yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan agar kebijakan ekonomi makro secara keseluruhan menjadi tidak terlalu ketat. Namun demikian, hal ini sangat tergantung pada ketersediaan ruang fiskal dan batasan fiskal (fiscal rules) yang dianut. Kebijakan perlu senantiasa dikalibrasi dengan baik dengan mempertimbangkan berbagai kendala baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri seperti tingkat leverage dan derajat ketergantungan pada pendanaan eksternal. Momentum kebijakan untuk mendukung reformasi struktural perlu terus dijaga guna meningkatkan kapasitas produksi. Tema: Resiliensi dan Pertumbuhan di tengah Dinamika Global Studi tematik yang dilakukan AMRO difokuskan pada analisa resiliensi dan kinerja pertumbuhan kawasan di tengah perubahan fundamental dan dinamika global, terutama terkait perdagangan internasional, jaring produksi dan teknologi serta tantangan demografis. Perekonomian kawasan ASEAN+3 telah menjalankan strategi manufaktur untuk ekspor sejak beberapa dekade terakhir, dimulai dari Jepang dan Korea, diikuti oleh negara-negara utama ASEAN, dan negara-negara berkembang ASEAN lainnya. Strategi ini telah menciptakan dinamika yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan lapangan kerja, produktivitas, dan upah. Pembentukan GVC, yang terpusat di Tiongkok sebagai basis produksi, dalam beberapa dekade terakhir telah memungkinkan perekonomian di kawasan untuk meningkatkan ekspor dan mengambil manfaat dari penanaman modal asing (PMA) yang berorientasi ekspor dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi. Strategi manufaktur untuk ekspor tersebut saat ini tengah dihadapkan pada tantangan akibat perubahan struktural dalam evolusi GVC yang menunjukkan terjadinya stagnansi dengan kapasitas produksi domestik yang meningkat dan memungkinkan masing-masing negara untuk memproduksi sendiri ketimbang mengimpor bahan baku antara. Meskipun GVC secara keseluruhan telah membuat kawasan ASEAN+3 menjadi lebih kompetitif dalam menarik PMA ataupun sebagai basis produksi, di sisi lain GVC dapat mengakibatkan dampak dari berbagai tantangan jangka pendek seperti proteksionisme terhadap keseluruhan rantai produksi menjadi lebih besar. Perdagangan intra kawasan yang mampu menyerap ekspor kawasan, diharapkan dapat menjadi penyeimbang berbagai tantangan tersebut dan membantu memperkecil dampak gejolak esternal akibat kebijakan proteksionisme. Teknologi terbukti dapat menjadi pedang bermata dua bagi ekonomi yang mengadopsi strategi manufaktur untuk ekspor. Di satu sisi, pemanfaatan teknologi dan automasi dapat 3

menyebabkan sektor tersebut tidak akan lagi menciptakan kesempatan kerja sebagaimana sebelumnya. Studi kasus di sektor otomotif serta tekstil, pakaian, dan alas kaki menunjukkan bahwa negara yang terlambat dalam pengembangan tenaga kerja terampil dan tertinggal dalam penerapan teknologi baru akan sulit menjaga daya tahan dan kinerja pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, teknologi mendorong munculnya sektor jasa sebagai motor baru dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Meskipun sektor jasa sering kali dianggap sebagai sektor dengan produktivitas rendah serta pencipta lapangan kerja dengan upah rendah, hal ini tidak berlaku pada kasus teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna membuat sektor jasa menjadi dapat diperdagangkan lintas negara serta menciptakan peluang kerja bagi tenaga terampil, sebagaimana terlihat pada proses bisnis outsourcing. Teknologi juga mengubah sektor jasa menjadi komoditas yang mudah dipasarkan, mempermudah identifikasi jenis jasa yang dibutuhkan pasar, dan membuat proses pengiriman ke konsumen menjadi lebih murah dan efisien. Seperti halnya perdagangan barang, peningkatan permintaan sektor jasa intra kawasan seperti pariwisata, juga dapat menciptakan motor pertumbuhan baru bagi perekonomian. Untuk mengoptimalkan manfaat dari permintaan intra kawasan serta perkembangan teknologi dan sektor jasa, maupun dalam rangka membangun daya tahan perekonomian di kawasan, diperlukan komitmen kebijakan serta aksi nyata. Dalam menghadapi tantangan perubahan perdagangan, produksi dan teknologi, kebijakan yang dapat ditempuh oleh masing-masing negara ASEAN+3 adalah dengan membangun daya tahan melalui penguatan berbagai mesin pertumbuhan yang dimiliki, termasuk sektor jasa. Bagi kawasan ASEAN+3 secara umum, kebijakan yang dapat ditempuh adalah memperkuat konektivitas dan integrasi, dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan intra kawasan. Meskipun kawasan ASEAN+3 tetap terbuka bagi perdagangan dan investasi global, optimalisasi permintaan intra kawasan dapat menguatkan daya tahan kawasan secara keseluruhan terhadap gejolak eksternal seperti proteksionisme. Kekayaan sumber daya alam dan keragaman tahapan pembangunan di antara negara-negara ASEAN+3 merupakan sumber kekuatan bagi kawasan. Peningkatan konektivitas melalui investasi domestik dan infrastruktur intra kawasan yang disertai dengan kebijakan fasilitasi perdagangan, diharapkan dapat memaksimalkan efisiensi GVC kawasan. Biaya produksi yang relatif lebih rendah dapat membuat negaranegara kawasan menjadi lebih kompetitif dalam menerapkan strategi manufaktur untuk ekspor. Dalam rangka mendukung integrasi GVC, penurunan biaya impor bahan baku sama pentingnya dengan mendorong ekspor. Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di kawasan juga dapat membantu memfasilitasi pengolahan bahan baku yang diimpor menjadi produk ekspor. Pengembangan sektor jasa yang dinamis membutuhkan paket kebijakan khusus, dimulai dari pengkajian ulang kebijakan-kebijakan yang mungkin dapat mendorong sektor manufaktur tapi tidak menguntungkan bagi sektor jasa. Membuka sektor jasa untuk persaingan internasional dapat meningkatkan produktivitas, dan penggunaan teknologi dapat memperkuat proses liberalisasi dalam menghadapi kepentingan-kepentingan tertentu. Mengingat sumber daya manusia (SDM) dan tenaga terampil berkaitan erat dengan sektor jasa yang memiliki nilai tambah tinggi, optimalisasi ketersediaan SDM di kawasan 4

ASEAN+3 melalui kebijakan ketenagakerjaan dan imigrasi yang lebih kondusif dapat dipertimbangkan. Tantangan yang dihadapi sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan automasi terhadap lapangan kerja non-terampil perlu ditangani dengan bauran kebijakan yang komprehensif, termasuk peningkatan keterampilan tenaga kerja, imigrasi untuk mendorong mobilitas tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN+3, serta peningkatan pendidikan. Disclaimer: AREO versi Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari versi asli berbahasa Inggris. Proses penerjemahan telah dilakukan sebaik-baiknya guna memastikan akurasi hasil terjemahan. Namun demikian, dalam hal terdapat ketidaksesuaian, agar dapat menggunakan versi bahasa Inggris. (http://www.amro-asia.org/asean3-regional-economic-outlook-2018/) 5