Alamat Redaksi/ Tata Usaha _FB S LTNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARIA. Karangmalang, yogya karta 5 52gl tetp. (0274) ,550g43, Fax 54g207

dokumen-dokumen yang mirip
MODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Alamat Redaksi/ Tata Usaha _FB S LTNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARIA. Karangmalang, yogya karta 5 52gl tetp. (0274) ,550g43, Fax 54g207

MODALITAS KONNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

Teori Modalitas sebagai Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

2015 ANALISIS VERBA TIDAK BERATURAN BENTUK KALA LAMPAU PERFEKT DALAM BUKU

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

Adverbia Penanda Modalitas dalam Novel Karya Andrea Hirata: Suatu Kajian Stuktur dan Makna

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

TEMA C-LINGUISTIK C25

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan seharihari.dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu. serta latar belakang suatu bangsa (Simatupang, 1999 : 8)

MODALITAS DALAM BAHASA JAWA

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

TATARAN LINGUISTIK (3):

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA

Artikel oleh Dzikrullah Hakam Allif Mubarak ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 9 Agustus 2012 Pembimbing I

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

Transkripsi:

rssn 0854-2937

ISSN 0854. h JURNAL ILMIAH BAHASA, sastra, DAN PENGAJARANNYA Penerbit FAKULIAS BAHASA DAN SENI LNTVERSTTAS NEGEnT vobvaranra Frekuensi terbit : dua kali setahun Terbit pertama kali : Januari 1993 Alamat Redaksi/ Tata Usaha _FB S LTNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARIA Karangmalang, yogya karta 5 52gl tetp. (0274) 549207,550g43, Fax 54g207 Redaksi Ketua Sekretaris PenyuntingAhli Penyunting Independen Penyunting pelaksana Ketua Anggota Penyunting Bahasa Perencana Kulit Bendahara & Sirkulasi Dr. Zamzani Sri Harti Widyastuti, M.Hum : Prof. Dr. Suminto A. Sayuti Prof. Drs. H. Soeparno Prof. Dr. Susilo Slpardo Prof. Dr. Marsono Prof. Dr. J. Bismoko Prof. Dr. Joko Nurkamto Sutrisna Wibawa, M.pd Dr. Suhardi Kastam Syamsi, M.Ed Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro Dr. Gunawan Supardjo. M.Ed Sulis Triyono, M.pd Alice Armini, M.Hum Dr. Maman Suryaman Drs. Bambang priyanto Drs. Djoko Maruto Hesti Mulyani, M.Hum Dra. DwiAstuti Hariyono Sugeng Tri Wuryanto, S.pd (rrny) (rrny) (rrmp) (ucm) (usd) (rrns) (rrny) (rrny) Redaksi mensharapkan masukan dengm maka_lah yang masalah Eun*r, Sastra, berhubr;- dan per a&mmdapatnorrb"rrr;ffi;;;;y-#1tl;ffi,*lri:i: maru"t r.rn *'i,i* b^-l:.^-, lsljafan' Naskah yang dimuat j*qfl*"* mnkah tirrak s.tulu mence.mink" ;G ;;;;;o;", redaksi

dlksl furnal llmiah Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya FAKULTAS BAHASA DAN SENI U N IVERSITAS N EGERI YOGYAKARTA Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional No.55/DIKTUKepl2005 tanggal 17 November 2005 tentang Hasil Akreditasi Jumal Ilmiah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. DIKSI (Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya) telah terakreditasi sebagai Jurnal Ilmiah Nasional sampai dengan November 2008 Vol. : 14. No. 1 Januara2A0T

DAFTAR ISI RepresentationofJavaneseMessianicManifestointheDomainoflmperial Literatures O1ehMoch.Ali Cablaka sebagai Inti ModelKarakterManusia Banyumas Oleh Sugeng PriYadi American Individualism and Its Ambiguity in Sinclair Lewis' Main Sffeet oijn"*w"landari OlehBambangYulianto """""""i""""""""'i"""""""":"""' 11-18 u--25 26-37 PeningkatanKemampuanMenulisPuisiSiswaKelasVSDNegeriSumtersari Woman's Values in Society as Reflected in Marge Pi ercy's"barbie DolP o1ehasihsigitpadmanugraha..''...'.'..'...:...'.,.'. ModalitasKd nnendaltmkalimatbahasajerman 57'66 Oleh SulisTriYono """""' perilaku verbal wanita dalam Interaksi sosial di Pusat-Pusat Perbelanjaan di DaerahlstimewaYogyakarta n _L^--- 67-80 OlehZamzam,f adkriatunmusfiroh'danyalukenyrahayu NilaiTheologis dalamseratwedhatama 81-88 OlehPurwadi FenomenaHomoseksualdalamNovellndonesiaMutakhir 8g'g7 OlehWiYaflni ResensiBuku: Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan 98-101 OlehAnwarEfendi

MODALITAS KONNEN DALAM KALIMAT BAIIASAJERMAN oleh Sulis Triyono FBS Universitas Negeri Yogyakarta Abstract This article is an introduction to the basic concept ofusing the modality of kdnnen 'can'in German sentences.tbe ktinnenunit ofmodality functions to reveal the speaker's attitude and has the status of a verb modifier. Modality is divided in function by some linguists into different areas like epistemic modality, modalitymarking adverb, and deciderative and optative mode devices. On the basis of the results of a study conducted, it could be concluded that the modality unit of kdnnen'ean'in a sentence in German has the characteristics as follows: (1) it is merely an atffibutive element in a verb phrase rather than a core one so that if deleted the sentence remains gramm atical,(2) its relation to any other element is loose in nature, and (3) its position is so firm that it cannot be permutated with any other element in a sentence. In addition, in sentences the kcinnin modality varies in meaning according to sentence context. The meaning expressed by the krinnen modality can be ofpossibility, ability, or permission. Keywords : the kri nn e nmodality A. PENDAIIULUAN Pada prinsipnya, bahasa terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu (Ramlan, 1986: 25). Bentuk bahasa terdiri atas satuansatuan gramatikal yang berupa wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem. Bentuk-bentuk itulah yang digunakan olehpara penutur bahasa dalam suatu komunikasi verbal. Dalam kalimat bahasa Indonesia, kita sering mendengar atau bahkan menggunakan modalitas dapat dan konstruksi lain yang mengandung modalitas itu seperti terdapat, mendat:at, dapat saja, dan lain sebagainya. Satuan-satuan itu ada yang menggambarkan sikap pembicara, yang kemudian dikenal dengan modalitas, seperti modalitas dapat dalam kalimat bahasa Indonesia berikut ini. (1) Dia dapat menyelesaikan tugas itu dalam duahari. (2) Saya dapat mengemudikan mobil. Namun dalam kalimat bahasa Jerman fungsi modalitas dapat dan konstruksikonstruksi lain yang mengandung modalitas memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan modalitas dapat dalam kalimat balasa Indonesia. "Kedua kalimat dalam bahasa Indonesia fada data (1) dan (2), apabila dialihbahasakan ke dalam kalimat bahasa Jerman akan memiliki bentuk sebagai berikut. (3) Er kann seine Aufgabe in ztvei Tagen machen. 'Dia dapat menyelesaikan tugas itu dalam duahari'. (4) Ich kann dasauto steuern. 'Saya dapat mengemudikan mobil'. Dalam kalimat bahasa Jerman, modalitas dapat ditandai dengan kata k<innen. Bentuk k<innen dalam kalimat bahasa Jerman akan mengalami berbagai perubahan bentuk bergantung dari slot nominatif dalam kalimat yang mengisi fungsi subjek dalam kalimat 57

58 bahasa Jerman itu. Perubahan modalitas konnen 'dapat' sebagai akibat adanya pengaruh subjek dalam kalimat bahasa Jerman disebut konjugasi. Variasi bentuk konjugasi modalitas konnen sebagai berikut. Kalau kita cermati data (3) dan (4) pada kedua kalimat bahasa Jerman tersebut di atas, bentuk modal konnen berubah menjadi bentuk kann disebabkan oleh akibat adanya proses konjugasi penyesuaian bentuk kata ganti orang kedua tunggal pada data (3) dan kata ganti orang pertama tunggal pada data (4). Data nomor (3) Er kann seine Aufgabe in zwei Tagen machen'dia dapat menyelesaikan tugas itu dalam dua hari'. Kata er sebagai kata ganti orang kedua tunggal mempengaruhi bentuk modal koruren menjadi bentuk kann. Sedangkan verba inti machen 'menyelesaikan' yang mengikuti modalitas kcinnen, letaknya berubah menjadi di akhir kalimat. Kalimat pada data (3) tersebut sebelumnya adalah Er macht seine Aufgabe in zwei Tagen'Dia menyelesaikan tugas itu dalam dua hari'. Demikian pula pada data (4) Ich kann das Auto steuem 'Saya dapat mengemudikan mobil'. Bentuk modal konnen berubah menjadi bentuk kann sebagai akibat adanya peran ich sebagai kata ganti orang pertama tunggal. Sedangkan kedudukan verba inti steuern 'mengemudikan' yang terikat fungsinya dengan modal konnen letaknya juga berada dibelakang kalimatbahasa Jerman. Kedudukan modalitas konnen'dapat' dalam kalimat bahasa Jerman seperti tersebut di atas, mempunyai status sebagai pewatas verba, sehingga satuan itu tidak dapat digunakan sebagai verba utama (Alwi, 1992: 96). Modalitas konnen 'dapat' apabila berfungsi sebagai verba utama, maka dalam kalimat bahasa Jerman tidak diikuti oleh verba lain yang terletak di akhir kalimat. Dalam ragam lain, modalitas k<innen'dapat' dalam kalimat bahasa Indonesia digunakan sebagai bentuk lain dari mendapat yang menyatakan memperoleh, sehingga dapat digunakan sebagai verbautama. Fungsi modalitas kiinnen'dapat' dalam kalimat bahasa Indonesia tidak selalu berterima dalam kalimat bahasa Jerman. Hal ini disebabkan oleh adanya fitur keluwesan modalitas konnen 'dapat' dalam bahasa Indonesia yang sangat longgar. Sedangkan modalitas k6nnen 'dapat' dalam bahasa Jerman bersifat tak longgar. Kata dapat yang dimaksudkan dalam uraian di atas, misalnya: (5) Jangan bicara terlalu keras jika kamu tidak ingin dapatteguran dari guru. (6) Tadi adik dapatuang dari ibu. Akan tetapi modalitas konnen 'dapat' tersebut tidak selalu dapat dialihbahasakan ke dalam bahasa Jerman dengan bentuk kalimat yang sama. Kalimat pada data (5) dalam bahasa Jerman akan menjadi 'Wenn der Lehrer dich nicht schlestes Gelaun hiitte, spreche bitte nicht Zri laut!' dan kalimat pada data (4) menjadi Die Mutter hat dem jungeren Bruder das Geld gerade abgegeben. Modalitas konnen 'dapat' sebagai modalitas seperti halnya modalitas lainnya tidak mempunyai arti tersendiri, tetapi bertugas menunjukkan cara (modus) yang digunakan untuk menyatakan makna pikiran atau untuk mengubah arti suatu ungkapan (Hollander dalamalwi, 1992:7) Pembicaraan mengenai satuan pewatas verba yang menggambarkan sikap pembicara ini memang sudah banyak dilakukan. Akan tetapi umumnya pembicaraan itu menyangkut hal-hal yang umum, seperti oleh Alwi (1992) dan Sudaryanto (1983), sedang pembicaraan yang hanya sepintas dilakukan oleh Kridalaksana ( 1 9 86) dan Verhaar ( 1 996). DIKSI Vol. : 13. No. 2 Juli 2006

59 Tulisan ini mengkaji modalitas krinnen 'dapat' dalam kalimat bahasa Jerman yang bgrltatus sebagai pewatas verba, yakni yang oleh Sudaryanto (lgg3) disebut pendesak potensial, oleh Alwi (1992) disebut modalitas epistemik, oleh Kridalaksana (19g6) disebut adverbia penanda modalitas, dan oleh Verhaar (1996) dinamakan alat modus desideratif atau optatif seperti pada contoh data (l) dan e). Delrgan demikian, satuan dapat yangberstatus di luar contoh data nomor (3) dan (a) untuk s ementara dikesampingkan. Permasalahan dalam tulisan ini adalah penggunaan modalitas krinnen 'dapat, dalam kalimat bahasa Jerman sebagai pewatas verba. Permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagaiberikut. L Bagaimana ciri-ciri sintaksis modalitas konnen 'dapat' dalam bahasa Jerman? 2. Apa makna modalitas krinnen 'dapat,dalam kalimatbahasajerman? Secara garis besar fulisan ini bertujuan untuk mengamati modalitas,k<ipnen,dapat, dalam kalimat bahasa Jerman. 'Berdasarkan ancangan di atas, tulisan ini diharapkan dapat mengungkap hal-hal sebagai berikut: (l) ciri sintaksis modalitas kcinnen 'dapat, 'dalam kalimat bahasa Jerman, dan iz> makna modalitas k<innen, dapat, dalam kalimat bahasa Jerman. B. FUNGSIMODALITASKONNEN limakan (kuenya)l Unsur leksikal yang biasa digunakan untuk mengungkapkan *oiditur, antara lain dapat, boieh, bisa, mau, mamprl akan, harus, dan sudah. Hal inilah yang dikategorikan sebagai kelonggaran unsur leksikal modalitas konnen'dapat' dalam kalimat bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa Jerman bersifat tidak longgar karena fungsi modalitas krinnen 'dapat, banya memiliki dua yl$u, yaitu sebagai subjektiv dan objektiv. Makna subjektiv modalitas konnen,dapai yaitu kemungkinan, kemampuan, dan izin. Makna obj ektiv yaitu'dapat' dan bukan berarti bersifat longgar menjadi bentuk leksikal *mendapat atau dalam bahasa Jemran disebut 'bekommen,. Modalitas k<innen'dapat' menurut Engel ( I 991 : 477) dan Buscha (1992: 32) fid;k berdiri sebagai verba inti, melainkan sebagai verba faltu yang menjelaskan verba intin-ya dalam kalimatbahasajerman. Secara jelas, Kridalaksan a (19g4: 125) memberi batasan rnodalitas sebagai cata pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antar pribadi atau makna kemungkinan, kehaiusan, kenyataan dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia kelu'*,esan modalitas konnen'dapat' dinyatakan dengan kata-kata seperti barangkali,- harus, 1kan, dan.sebagainya atau dengan adverbia kalimat ssperti pada hakekatnlra, menurut hemat saya, dan sebagainya. Pendapat para ahli yang satu dengan ahli yang lain mengenai modalitas sampai saat ini masih sering berbeda-beda. Akan- tetapi, mereka umumnya sepakat bahwa modalitas merupakan gambaran sikap pembicara dan statusnya sebagai pewatas verba. Bentuk yang menggambarkan sikap pembicara itu, ada iang berapa unsur gramatikal dan ada pula yang berupa unsur leksikal. Dalam bahasa Indonesia, pengungkap_ 1n sikap pembicara itu lazim I diwu3riatan dengan unsur leksikal. Meskipun tidak menutup kemungkinan muncul pula dalam unsur gramatikal, seperti pemakaian di dalam kalimat bahasa Indonesia diminum (esnya)! Senada dengan hal itu, Alwi (1992: 5) setuju bahwa modalitas lebih banyak berhubungan dengan sikap pembicara terhadap apa ymtg dikemukakan dalam tuturannya. Meskipun demikian, sikap pembicara itu masih memerlukan penelasan lebih lanjut. Dalam penjelasannya Alwi (Ibid, 36_252) membedakan modalitas menjadi 4 (empaq macam, yaitu modalitas intensional (keingingan, harapan, ajakan, permintaan), modalitas epistemik (kemungkinan, keteramalan, keharusan, kepastian), modalitas deontik (izin, perintah) dan modalitas dinamik (kemampuan). Dengan menggunakan istilah pendesak yang dirumuskan sebagai pewatas verba yang Modalitas Kdnrten dalam Kalimat Bahasa Jerman (suiis Triyono)

60 mengisi fungsi predikat, Sudaryanto (1983: 177) mengungkapkan bahwa apayang disebut modalitas itu identik dengan pendesak, yang berupa pendesak interogatif (apa, apakah, -kah, dsb), pendesak potensial (dapat, bisa, mampu), pendesak desideratif (mau, hendak, perlu, harus), pendesak habitual (suka, senang, biasa, takut, mudah, sulit), dan pendesak dubitatif (mungkin, barangkali). Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, terlihat bahwa satuan modalitas ktinnen 'dapat' sejajar dengan satuan bisa, mampu dan boleh sebagai pendesak potensial. Pendesak potensial merupakan pendesak sekunder, dalam arti bahwa identitasnya sebagai pendesak ditentukan oleh ada tidaknya kesamaan watak dengan negatif dan interogatif dalam hal ketentuan letaknya (Sudaryanto, 1983: 73). Pendesak di sini mempunyai status sebagai pembatas verba dan dalam bahasa Indonesia cenderung dihipotesiskan terdapat mengawali verba dalam struktur P O. Sedangkan dalam bahasa Jerman sering disebut adanya unsur inti yang bersifat objektiv dan bersifat subjektiv ditinj au dari sikap pembicara. C. MODALITAS KONNEN DALAM KALIMATBAHASAJERMAN Seperti telah diuraikan di atas, modalitas konnen 'dapat' dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengungkapkan sikap pembicara dan mempunyai status sebagai pewatas verba. Satuan modalitas konnen'dapat' itu olch beberapa linguis digolongkan dalam wadah yang berbeda-beda, seperti modalitas epistemik pendesak potensial dan adveria penandamodalitas. Dalam bahasa Jerman, bentuk modalitas kcirnnen 'dapat' muncul sebagai pewatas verba seperti dalam bahasa Indonesia. Modalitas ini sering disejajarkan dengan modalitas bisa, boleh, dan mampu. Modalitas k6nnen 'dapat' tidak berdiri sebagai verba inti, melainkan sebagai verba bantu yang menjelaskan verba intinya dalam kalimat bahasa Jerman. Berikut disajikan datanya: ( 1) Ursula kann charmant Blaxlem 'Ursula bisa bercakap-cakap dengan amat menarik'. (2) Der Turm konnte einstiirzeu 'Menara itu bisamelindunginya'. (3) So kann man das nicht machen 'orang itu tidak bisa membuatnya'. Modalitas k<innen'dapat' pada kalimat Ursula kann charmant pleudgrn akan menjelaskan bahwa Ursula dapat menjadi charmant. Letak kann dalam kalimat berada pada posisi kedua, sedangkan plaudern berada di akhir suatu kalimat. Untuk mempermudah penjelasan di atas berikut digambarkan posisi modalitas konnen'dapat' pada kalimat bahasa Jerman sebagai berikut. Ursula kann charmant plaudem 1238 Pada posisi nomor 1 ditempati Ursula yang berfuirgsi sebagai Subjek (S) dalam kalimat. Posisi kedua kann berfungsi sebagai modalitas (M). Posisi ketiga diduduki charmant. Posisi ketiga ini sifatnya sangat longgar, dapat ditempati oleh Ergflzung (E) 'keterangan'atau oleh objek Dativ (D) dan/atau Akkusativ (A) dan bahkan oleh S. Akan tetapi tidak mungkin ditempat oleh M. Posisi terakhir dalam kalimat bahasa Jerman di atas selalu ditempati oleh verba inti. Oleh karena itu, kalimat Ursula kann charmant pfugglgm dapat msnjadi Charmant kann Ursula plaudem tanpa mdmpengaruhi makna dalam kalimat. Untuk mbmudahkan pengertian ini, disaj ikan struktur gramatikal kalimatnya sebagai berikut. Ursula kann charmant plaudem t23e Charmant kann Ursula plaudern t23e *Plaudern kann Ursula cha.rma$ t23e * Ursula kann plaudern cha{inal[ t23e Kalimat bertanda * (bintang) tersebut di atas, tidak berterima karena tidak gramatikal dantidakbermakna. DIKSI Vol. : 13. No. 2 Juli 2006

61 Der Turm konnte einsttirzen 'Menara itu bisa melindunginya', tidak dapat dibalik seperti pada kalimat Ursula kann charmant plaudem yang menjadi Charmant kann Ursula plaudem. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya unsur E atau D ataua dalam kalimat. Sedangkan pada kalimat pada data (3) So kann man das nicht machen'orang itu tidak bisa membuatnya' dapat menjadi Man kann so das nicht machen seperti tersebut di atas, tanda mempengaruhi makna dalam kalimat. Dengan demikian, konstruksi kalimat yang mengandung modalitas kdnnen 'dapat' dalam bahasa Jerman selalu tetap dan tidak dapat digantikan posisinya oleh kata lain. Jadi, kesimpulannya adalah posisi modalitas konnen 'dapat' pada kalimat bahasa Jerman selalu berada pada slot kedua dan verba inti selalu berada pada akhir suatu kalimat. 1. Kadar Keintian Modalitas Kiinnen dalam Kalimat Bahasa Jerman Sebagai pewatas verba, kehadiran modalitas konnen 'dapat' merupakan atribut dari verba dalam konstruksi frase verbal. Sedangkan yang dimaksud frase verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata golongan verba (Ramlan, 1986: 159). Persamaan distribusi itu bisa diketahui denganjelas dari databerikut ini. (a) Die GroBmutter kann den Brief nicht lesen, sie sieht ohne Brille schlecht. 'Nenek itu tidak dapat membaca surat karena tidak memakai kacamata'. (5) Die Kinder kcinnen ihre Hausaufgabe gut machen. 'Anak-anak itu dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik'. (6) Ich kann mir das Leben im21. Jahrhundert nicht vorstellen, daz:u fehlt mir die notige Phantasie. 'Saya tidak dapat membayangkan bisa hidup pada abad ke-21, walau masih ada kekurangannya'. Kalimat (4), (5), dan (6) di atas, mengandung frase verbal dapat membaca, dapat mengerjakan, dan dapat membayangkan yang distribusinya sama dengan verba membaca, mengerjakan dan me,mbayanglau- Dengan demikian, modalitas dapat d*larrr kalimat tersebut sebagai atribut. Atribut pada kalimat (4), (5), dan (6) bisa dilesapkan menjadi kalimat (4a), (5a), dan (6a). Akan tetapi, setelah dikaji ulang mempengaruhi keutuhan makna dalam kalimat dan hubungan semantis gramatikal antarbagiannya menjadi berubah. Atribut yang dilesapkan pada kalimat (4), (5), dan (6) tersebut menjadi kalimat dengan makna baru sebagai berikut. (4a) Die GroBmutter liest den Brief nicht, sie sieht ohne Brille schlecht. (5a) Die Kinder machen ihre Hausaufgabe gut. (6a) Ich stelle mir das Leben im2l. Jahrhundert nicht vor, dant fehlt mir die niitige Phantasie. Suatu bukti bahwa kalimat dengan menggunakan modalitas konnen'dapat' sebagai atribut dari verba dalam konstruksi frase verbal memiliki tingkat tinggi atau rendah kadar keintian modalitasnya digunakanlah teknik lesap. Apabila kalimat yang salah satu unsurnya dilesapkan tetap gramtikal berarti kadar keintian unsur itu rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila salah satu unsur dalam kalimat tersebut tidak dapat dilesapkan berarti kadar keintian unsur itu tinggi. Hal itu tentunya perlu meodapat perhatian bahwa dari proses pelesapan itu, memunculkan suatu kalimat yang tidak mengambarkan secara jelas tentang sikap pembicara atat tidak. Apabila unsur dalam kalimat yang dilesapkan tersebut tetap memiliki makna yang sesuai dengan sikap pembicara, maka kadar keintiannya rendah. Dan sebaliknya, apabila tidak sesuai dengan makna sikap pembicara, maka kadar keintian modalitas konnen'dapat' dalam kalimat tinggi. Berdasarkan teknik lesap pada kalimat (4a), (5a), dan (6a) tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga kalimat itu tetap gramatikal dan hubungan antar unsur-unsurnya tidak berubah. Akan tetapi, makna yang terkadung di dalamnya tidak sesuai dengan sikap pembicara. Dengan demikian, kadar keintian modalitas konnen 'dapat' dalam kalimat bahasa Jerman tinggi. Modalitas Krinnen dalam Kalimat Bahasa Jerman (Sulis Triyono)

62 2. Hubungan rntara Modalitas Kiinnen dan Bagian Lain dalam Kalimat Bentuk bahasa yang digunakan oleh masyarakat penuturnya terdiri atas satuansatuan yang sering disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem (Ramlan, 1986: 25). Dalam suatu tuturan, satuan-satuan itu akan selalu terdiri atas satuan-satuan yang lain sesuai dengan tingkat keluasan satuan itu. Satuan gramatikal kalimat misalnya, terbentuk atas satuan lain yang lebih kecil seperti klausa, frase, kata, dan satuan lainnya. Hubungan antarsatuan gramatik itu ada yang erat, tetapi ada pula yang longgar. Hubungan yang erat artinya antarsatuan itu tidak dapat disisipi satuan lain, sebaliknya hubungan yang longgar mengindikasikan bahwa antara satuan gramtik yang diwatasi dengan safuan yang mewatasi bisa disisipi oleh satuan gramatik lain. Hubungan antara modalitas konnen 'dapat'dengan satuan gramatik lain dalam suatu kalimat ternyata bersifat longgar karena antara modalitas k<innen'dapat' dengan satuan lain itu bisa disisipi satuan lain. Data yang bisa diamati: (7) Die Schriler konnen ihre Haufaufgabe machen. 'Murid-murid dapat mengerjakan pekerjaanrumah'. (8) Die Schtiler krinnen ihre Haufaufgabe in einer Sfunde machen. 'Murid-murid dapat mengerjakan pekerjaan rumah dalam waktu satu jam'. (9) Die Schiiler konnen ihre Haufaufgabe in einer Stunde fertig machen. 'Murid-murid dapat mengerjakan pekerjaan rumah dalam waktu satu jam selesai'. Hubungan modalitas konnen 'dapat' dengan satuan lainpadakalimat (7), (8), dan (9) tersebut bersifat longgar ditinjau dari unsur gramatikalnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan menggunakan teknik sisip. Kalimat (8) merupakan hasil dari teknik sisip pada kalimat (7) yang telah disisipi dengan satuan gramatikal in einer Stunde 'dalam wakhr satu jam'. Pada kalimat (8), penyisipan dilakukan setelah satuan modalitas konnen dengan satuan lain. Sedang pada kalimat (9) telah disisipi dengan satuan gramatikal in einer Stunde fertig'dalam waktu satu jam selesai'. Penyisipan dilakukan setelah satuan modalitas konnen dengan satuan lain. Secara gramatikal letak modalitas koruren selalu berada di slot kedua atau sebagai pengisi predikat dan verba inti di akhir kalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahr,va secara gramatikal hubungan rnodalitas konnen dengan satuan unsur lainnya bersifat longgar. 3. Ketegaran Letak Modalitas Kiinnen dalam Kalimat Bahasa Jerrnan Salah satu sifat kata adalah mempunyai mobilitias luar. Di dalam suatu satuan gramatik yang lebih luas, kata mempunyai kebebasan untuk berpindah tempat. Meskipun demikian, kebebasan itu juga bergantung pada valensi sintaksis dalam satuan itu, sehingga ada kata yang letak ketegarannya rendah dan kata yang letak kete garannya kuat. Modalitas konnen yang merupakan pewatas verba mempunyai ketegaran letak yang cukup kuat (Sudaryanto, 1983: 186). Hal ini bisa dilihat dari ketidakkemungkinan satuan modalitas konnen ditempatkan selain di posisi kedua atau berada pada fungsi predikat. Sedangkan letak verba inti berada di akhir suatu kalimat. Dengan demikian, modalitas konnen 'mengisi fungsi predikat dalam kalimat bahasa ' Jerman sebagai berikut. ( 1 0) Der Ftinfliihrige kann bereits lesen, seine Mutter hat es ihm beigebracht. 'Anak berusia 5 tahun mulai bisa membaca, ibu yang mengaj arinya'. (11) *Der Ftinfiiihrige bereits kann lesen, seine Mutter hat es ihmbeigebracht. (12) *Der Fiinfiiihrige bereits lesen kann, seine Mutter hat es ihm beigebracht. Kalimat (11) dan (12) setelah dilakukan teknik permutasfi menjadi tidak gramatikal (bertanda *). Teknik permutasi modalitas pada kalimat bahasa Jerman tersebut digunakan untuk menguji tingkat ketegaran letak modalitas konnen dalam suatu kalimat. Di dalam pengujian ketegaran letak rnodalitas DIKSI Vol. : 13. No. 2 Juli 2006

konnen dengan menggunakan teknik permutasi dihipotesiskan bahwa apabila modalitas kitnnen dapat dipindah-pindah letaknya dfam suatu kalimat, maka tingkat ketegaran letak modalitas ktinnen rendah' Dan sebaliknya' apabila tidak bisa dipindah-pindah'-.1aka tingkat ketegaran letak modalitas menjadi kuat' Berdasarkan pengujian dengan teknik permutasi pada kalimat (11) dan (12) iinyatakan Uanwa kedua kalimat tersebut tidak berterima secara gramatikal' Dengan demikian' dapat disimpulkan bahwa ketegaran letak modalitas konnen dalam kalimat bahasa Jerman bersifat kuat. Ketegaran itu bersifat mutlak karena letak modalitas bahasa Jerman tidak dapat dipindah-pindahkan, tidak seperti kalimat Aiam bahasa Indonesia yang dapat dipindahpindah tanpa mempengaruhi makna, misalnya: (13) Pemeriksaan Imam Samudra dapat saja dipercepat dari j adwal semula' (13a) Dapat saja pemeriksaan Imam Samudra dipercepat dari jadwal semula' (13b) Pemeriksaan Imam Samudra dipercepat dari j adwal semula dapat saja' Berdasarkan data (13) dalam bahasa Indonesia, kalimat yang mengandung modalitas kiinnen yang sudah disisipi satuan lain seperti saja, menjadi bentuk dapat+saja dimungkinkan berada di depan subjek' Hal ini Uisa dlbumikan dengan menggunakan teknik permutasi, sehingga menjadi kalimat (13a) dan 1t :U; t.tup gramatikal dan berterima' 4. Makna Modalitas Kiinnen dalam KalimatBahasaJerman Sebagai alat komunikasi verbal, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersiiat arbitrer (Cheer, 1990: 1)' Demikian pula hubungan antara kata dengan maknanya juga bersiiat arbitrer' Artinya tidak ada hubrrrgun wajib altata deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya' Akan ietapi, hubungan itu bersifat konvensional' artinya disepakati setiap anggota masyarakat suatu bahasa untuk memaknai hubungan itu' Sebagai bentuk alat komunikasi verbal' modalitas dapat juga mempunyai makna' Makna modalitas kdnnen YanB mengungkapkan sikap Pembicara tatiannya dengan makna epistemik dan malrna muasal, yaitu kemungkinan, kemampuan' dan izin. Makna epistemik dan makna muasal dalam kalimat bahasa Jerman diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut' ^. MaknaKemungkinan Modalitas ktinnen dalam suatu kalimat bahasa Jerman bisa memunculkan Mtiglichkeitsbedeutung'makna kemungkinan'' Data yang dapat ditunjukan adalah: (14) Siekann auch daran gedachthaben 'Dia mungkin juga sudah memikirkan-.. rrya' ( 1 4a) * Sie hat auch daran gedacht konnen '*Dia dapatjuga sudah memikirkannya' (14b) * Sie darf auch daran gedacht haben ' *Dia boleh juga sudah memikirkannya' (14c) *Sie ist auch in der Lage, daran gedacht zuhaben '*Dia mampu juga sudah memikirkannya' Berdasarkan paparan data (14) di atas dapat kita cermati bahwa untuk opsi verba i#rnim *kdnnen 'dapaf, *darf 'boleh', dan *in der Lage sein 'mampu' tidak dapat dipasangkan' karena dalam konteks kalimat bahasa Jerman tdtsebut di atas hanya memiliki satu opsi kiinnen yang berarti mungkin' Pada data (14a) dalam U""tot kalimat Perfekt posisi kedua dalam kalimat itu diisi oleh verba bantu hat' Padahal, seharusnya diisi oleh modalitas konnen;dapat'. Sedangkan verba bantu hl"o berada puau *t i, kalimat, sehingga kalimat (14a) secara gramatikal tidak berterima' Pada data'(lab) dan (14c) secara gramatikal dapat dibenarkan, tetapi secara semantik terdapat kesalahan, karena penggunaan modalitas kiinnen memiliki makna kemungkinan' Sedangkan penggunaan leksikon.-yang Iangsung mengacu pada makna *dapat, *boleh' dan"*mimpu seperti pada data (1ab) dan (1ac) menjadi tidak sesuai dengan konteks-kalimat' Dengan demikian, makna kalimat Sie kann aucidaran gedacht haben berarti 'Dia mungkin Modalitas Kdnnendalam Kalimat Bahasa Jerman (Sulis Triyono)

64 juga sudah memikirkannya.' Demikian pula terjadi pada kalimat yang terdapat pada data sebagai berikut. (l 5) Erkannnichtgekomrnensein 'Dia uuugkrn tidak bisa datang' (1 5a) *Er ist nicht gekommen konnen 'Dia tidak dapat datangl (1 5b) *Erdarft nicht gekommen sein 'Dia boleh tidak datang' (15c) *Er ist in derlage zu kommen 'Diamampudatang' Akan tetapi, kalimat Er kann nicht gekommen sein mimiliki dua kemunekinan. Kemungkinan pertama adalah es ist unmdglich, dass er gekommen ist'dia tidak mungkin bisa datang'dan kemungkinan kedua es ist mriglich, dass er nicht gekommen ist'dia mungkin tidak bisa datang'. Oleh karena itu, opsi yang dipilih dapat berupa dua kemungkinan itu. Er kann nicht gekommen sein dalam bahasa Jerman dipengaruhi oleh peran modalitas konnen dalam konteks yafig dimaksud oleh pembicara dan sikap pembicara. Oleh karena itu, disebut sebagai makna subjektiv pembicara. Hal ini dapat dijelaskan bahwa argumen pertama Er kann nicht gekommen sein yang berarti'dia tidak mungkin bisa datang' disebut sebagai Negation des Modalverben'makna negativ modalitas'. Sedangkan untuk argumen kedua Er kann nicht qekommen sein yang berarti 'dia mungkin tidak bisa datang' disebut sebagai Negation des Hauptverbs'makna negativ verba inti'. (16) Ich kann nur schreiben, wenn du mir Papier gibst. 'Saya mungkin hanya bisa menulis saja, apabila kamu memberiku kertas'. (16a) *Ich schreibe nur, werm du mir Papier gibst. (16b) *Ich daff nur schreiben, wenn du mir Papiergibst. (l6c) *Ich bin in der Lage. nur zu schreiben, wenn du mir Papier gibst. Seperti pada data (14)dan (15) tersebut di atas, bahwa keberterimaan secara gramatikal berpengaruh terhadap keberterimaan secara semantik. Makna semantik tidak terlepas dari konteks dalam kalimat dan bentuk gramatikalnya. Modalitas konnen'dapat' pada kalimat di atas, ternyata hanya dapat diganti dengan satuan mungkin yang menggambarkan makna'kemungkinan', sehingga bisa diidentifikasi bahwa modalitas konnen di atas mempunyai makna'kemungkinan'. b. MaknaKemampuan Modalitas konnen 'dapat' juga mempunyai Fiihigkeitsbedeutung'makna kemampuan'. Data yang bisa di amati : (17) Man kann dort schon schwimmen, das Wasser ist warm genug. 'Orang itu sudah bisa (mampu) berenang karena airnya cukup hangat'. (18) Martin kann jetzt schon schwimmen, seine Tante hat es ihm beigebracht. lmartin sekarang sudah bisa (mampu). berenang, tantenyayang mengajarinya'. (19) Sie konnte nicht sehen, weil es zu dunkle war. 'Dia tidak mampu melihat karena terlalu gelap'. Pada ketiga kalimat bahasa Jerman tersebut, makna k<innon memiliki arti kemampuan. Hal ini dapat diuji dari kalimat IMan kann dort schon schwimmen 'orang itu bisa berenang'. Makna kann schwimmen'bisa berenang'pada kalimat tersebut berarti mampu berenang. Demikian pula pada kalimat (18) dan (19) memiliki makna mampu, Modalitas krinnen pada kalimat (18) dan (19) hanya bisa diganti dengan satuan mampu yang menyatakan makna'kemampuan', sehingga bisa diidentifikasi bahwa satuan modalitas konnen itu mempunyai makna'kemampuan'. c. Maknalzin Selain mempunyai makna kemungkinan (Mtiglichkeitsbedeutung) dan makna kemampuan (Fiihigkeitsbedeutung), modalitas konnen dalam bahasa Jerman memiliki Erlaubnisbedeutung 'makna izin'. Data dapat diamati pada paparan di bawah ini. DIKSI Vol. : 13. No.2 Juli 2006

65 (20) Meinetwegen kann er machen, was er will. 'Tak apalah, dia boleh mengerjakan, sesuai keinginannya'. (21) Wer mit dem Sprachtest fertig ist, kann nachhause gehen. 'Siapa yang telah selesai mengerjakan ujian, bolehpulang'. Untuk memudahkan kita mencermati gejala kebahasaan yang mengandung makna Lin uduluh data pada kalimat (21) sebagai berikut. (21) Wer mit dem Sprachtest fertig ist, @ nach Hause gehen. ' SiaPa Yang telah selesai mengerj akan uj ian, boleh pulang'' (21a) *Wer mit dem Sprachtest fertig ist, dar:[ nachhause gehen. (21b) xwer mit dem Sprachtest fertig ist, ist nach Hause gegalggn. (21c) *Wer mit dem Sprachtest fertig ist, ist nachhause. Data (21) menunjukan bahwa penggunaan modalitas konnen pada kalimat bahasa Jerman hanya bisa diganti dengan modalitas konnen dalam bahasa lndonesia artinya'boleh' yang menyatakan makna'izin'' Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modalitas ktinnen dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai makna'izin'' Untuk mengungkap makna izin dalam kalimat bahasa Jerman tersebut menggunakan rnakna subjektiv modalitas konnen karena ditinjau dari sikap pembicara. Dengan demikian, data (2la), (zlb), dan (zlc) secara semantik tidak berterima. D. PENUTUP 1. Simpulan Modalitas dalam bahasa Jerman mempunyai fungsi dan makna sesuai dengan konteksnya masing-masing. Modalitas atau pendesak potensial dalam bahasa Jerman menggambarkan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Pengungkapan itu bisa dengan unsur gramatikal dan bisa pula dengan unsur leksikal. Kajian modalitas ini termasuk kajian pada modalitas epistemik atau pendesak potensial. Berdasarkan perilaku sintaksisnya modalitas kiinnen dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai ciri-ciri: (1) bukan sebagai unsur inti, hanya sebagai atribut dalam frase verba, sehingga jika dilesapkan kalimatnya tetap gramatikal, (2) hubungan unsur modalitas konnen dengan unsur-unsur lain bersifat longgar, (3) ketegaran letak modalitas kiinnen sangat kuat dan bersifat mutlak sehingga tidak bisa dipermutasikan dengan unsur lain dalam suatukalimat. Selain itu, modalitas k6nnen dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai makna yang berbeda-beda bergantung pada konteks kalimatnya. Makna yang dinyatakan oleh modalitas ktinnen berupa makna 'kemungkinan','kemampuan', dan'izin'' 2. Implikasi Berdasarkan pengkajan tersebut di atas, dapat dikemukakan implikasinya dalam pengajaran bahasa Jerman sebagai berikut' Modalitas konnen dalam kalimat bahasa Jerman berfungsi untuk menyatakan sikap pembicara. Dalam merealisasikan sikap pembicara untuk mengungkapkan makna kemungkinan, makna mampu, dan makna izin dapat digunakan modalitas konnen' Kadar keintian modalitas konnen tersebut sangat tinggi. Sebagai pewatas verba, kehadiran modalitas konnen 'dapat' merupakan atribut dari verba dalam konstruksi fr ase verbal' Secara gramatikal hubungan arttata modalitas kiinnen dan unsur lainnya dalam kalimat bahasa Jerman bersifat longgar. Modalitas konnen memiliki ketegaran yang bersifat mutlak karena letak modalitas konnen dalam kalimat bahasa Jerman tidak dapat dipindah-pindahkan. Letak modalitas konnen dalam kalimat pada posisi kedua dan pasangan verba inti yang terkait dengan modalitas berada pada akhir kalimat, seperti berikut: Die Kinder kiinnen ihre Hausaufgabe gut machen. Posisi pertama diduduki die Kinder 'anak-anak'. Pada posisi kedua diisi oleh modalitas konnen 'dapat'' Posisi ketiga diisi oleh ihre Hausaufgabe 'pekerjaan rumahnya'. Posisi keempat diisi Modalitas Kdnnen dalam Kalimat Bahasa Jerman (Sulis Triyono)

66 Ergdnzung (E) gut'baik'. Posisi terakhir dalam kalimat itu diisi oleh verba inti machen 'mengerjakan', Dengan demikian, kalimat Die Kinder konnen ihre Hausaufgabe gut machen berarti 'anak-anak itu dapat mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik'. DAF'TAR PUSTAKA Alwi, Hasan, 1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yo gyakarta: Kanisius. et. al. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buscha, Joachim & Irene Zoch. 1992. Der Infinitiv. Zur Theorie und Praxis des Deutschunterrichts fiir Ausliinder. Leipzig: Langenscheidt Verlag Enzyklopiidie. Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineha Cipta. Engel, Ulrich. 1991. Deutsche Grammatik. Heidelberg : Julius Groos Verlag. Grebe, Paul. 1973. Duden. Die Grammatik. Mannheim: Duden Verlag. Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Ramlan, M. 1986. Ilmu Bahasa Indonesia, S intaksis. Yo gy akafta: Karyono. Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia, Keselarasan Pola Umum. J akarta: Dj ambatan. 1984. Metode Linguistik Bagian Pertama, ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1986. Metode Linguistik Bagian Kedua, Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Verhaar, J.W.M. 1986. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. DIKSI Vol. 13. No.2 Juli 2006