Analisa Pengaruh Perubahan Rapat Arus terhadap Pembentukan Passive Layer Al 2 O 3 pada Proses Hard Anodizing Material QQA-250/4, AMS 4037

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Pengaruh Perubahan Rapat Arus Terhadap Pembentukan Passive Layer Al 2 O 3 Pada Proses Hard Anodizing Material QQA-250/4, AMS 4037

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN RAPAT ARUS TERHADAP PEMBENTUKAN PASSIVE LAYER Al 2 O 3 PADA PROSES HARD ANODIZING MATERIAL QQA-250/4, AMS 4037

BAB II DASAR TEORI. Pengaruh penambahan konsentrasi..., Martino R. Hutasoit, FT UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Hasil anodizing aluminium 1XXX dengan suhu elektrolit o C dan variasi waktu pencelupan (a) 5 menit. (b) 10 menit. (c) 15 menit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH ARUS PADA PROSES ANODISASI ALUMINUM TERHADAP KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN LAJU KOROSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimental nyata (true experimental research). Dalam hal ini

PENGARUH KUAT ARUS PADA PROSES ANODIZING TERHADAP KARAKTERISTIK VELG MOBIL MERK BSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PROSES ANODIZING TERHADAP KARAKTERISTIK VELG RACING MERK SPRINT

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN

I. PENDAHULUAN. Aluminium digunakan secara luas, karena mempunyai sifat sifat seperti

OPTIMASI PROSES PELAPISAN ANODISASI KERAS PADA PADUAN ALUMINIUM

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Rapat Arus dan Asam Borat terhadap Kualitas dan Morfologi Hasil Elektrodeposisi Kobal pada Substrat Tembaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

PENGARUH KUAT ARUS DAN WAKTU TERHADAP HASIL PEWARNAAN DAN MASSA ALUMINIUM PADA PROSES ANODIZING DENGAN ELEKTROLIT H 2 SO 4 15%

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK TERHADAP KEKERASAN, KECERAHAN DAN KETEBALAN LAPISAN OKSIDA HASIL PROSES ANODIZING PADA ALUMINIUM

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Studi Pengaruh Temperatur dan Rapat Arus Anodisasi dalam Larutan Asam Oksalat Terhadap Pembentukman Lapisan Anodisasi Berpori pada Paduan Al-Mg-Zn

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating. dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pengujian anodizing pada aluminium seri 6, maka

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Pemotongan Sampel. Degreasing dengan larutan Acetone

Analisa Pengaruh Material Abrasif Pada Blasting Terhadap Kekuatan Lekat Cat dan Ketahanan Korosi di Lingkungan Air Laut

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LISTRIK PADA PROSES ANODIZING TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN LOGAM ALUMINIUM SERI 2XXX

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir berikut ini : Pelat Baja Tipe SPHC JIS G Pembuatan Spesimen Uji

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Melimpahnya aluminium

Pengaruh Rapat Arus dan Waktu Anodizing Terhadap Ketebalan Lapisan Aluminium Oksida pada Aluminium Paduan AA 2024-T3

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI WAKTU PENCELUPAN PADA PROSES ANODIZING ALUMINIUM SERI 1XXX

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

F277 Analisa Pengaruh Perubahan Rapat Arus terhadap Pembentukan Passive Layer Al 2 O 3 pada Proses Hard Anodizing Material QQA-250/4, AMS 4037 Muhammad Alief Rizal Romadhoni 1, Agussalim 2 dan Doty Dewi Risanti 1 1 Departemen Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: d.d.risanti@gmail.com 2 Indonesian Aerospace Company, Bandung, e-mail: agussalim@indonesian-aerospace.com Abstrak Hard anodizing merupakan salah satu surface treatment yang diberikan pada logam aluminium dengan memanfaatkan prinsip elektrolisis untuk membentuk lapisan pasif di permukaan logam dasar. Pada penelitian ini digunakan aluminum alloy 2024 T3, dimana material ini memiliki sifat mekanik material lebih kuat jika dibandingkan dengan aluminium biasa namun memiliki ketahanan korosi yang buruk diakibatkan kandungan unsur tembaga (Cu) pada campuran ini. Salah satu variabel yang mempengaruhi proses ini adalah rapat arus yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan rapat arus, yaitu 2 A/dm 2, 4 A/dm 2, dan 6 A/dm 2. Dari hasil penelitian yang didapatkan nilai ketebalan, kekerasan, coating weight, dan ketahanan abrasi memiliki kecenderungan untuk naik. Untuk sifat elektrokimia nilai V corr pada rapat arus 6 A/dm 2 yang memiliki sifat paling reaktif yaitu sebesar -0,465 V dikarenakan kualitas oksida yang terbentuk memiliki porositas yang paling rendah. Kemudian untuk nilai I corr didapatkan nilai paling kecil adalah pada rapat arus 4 A/dm 2 dengan 7,82 x 10-9 A, hal tersebut mempengaruhi nilai laju korosi pada rapat arus ini menjadi yang paling rendah juga dengan nilai laju korosi sebesar 1,42 x 10-10 mm/yr. Berdasarkan penelitian ini, rapat arus 4 A/dm 2 merupakan rapat arus yang paling optimum. Kata kunci hard anodizing, rapat arus, sifat mekanik, sifat elektrokimia. D I. PENDAHULUAN ALAM dunia industri pesawat terbang banyak digunakan aluminium alloy 2024 T3. Pada material ini, unsur yang paling dominan adalah unsur tembaga (Cu) yang mampu meningkatkan sifat mekaniknya, namun tidak dengan ketahanannya terhadap korosi [1]. Logam dengan campuran utama tembaga cenderung sulit untuk dilakukan proses anodizing hal tersebut disebabkan oleh fasa intermetalik (Al- Cu, Al-Cu-Fe, dan Al-Cu-Mg) yang membuat pertumbuhan oksidasi yang meningkat, timbulnya reaksi parasit anodik yang menurunkan efisiensi faradik, dan secara tidak langsung meningkatkan pertumbuhan porositas serta peningkatan cacat pada permukaan lapisan oksida [2]. Hard anodizing adalah perlakuan yang sangat penting dan berguna yang diberikan pada logam non ferrous (dalam hal ini aluminium alloy). Hard Anodizing merupakan sebuah metode elektrokimia yang bertujuan mengubah permukaan aluminium menjadi lapisan pasif dalam bentuk oksida (Al 2 O 3 ) dengan menerapkan arus listrik kedalam larutan anodizing yang merupakan asam sulfat (H 2 SO 4 ) [3]. Proses tersebut membuat aluminium alloy memiliki peningkatan sifat mekanik seperti hardness dan ketahanan abrasi yang lebih baik dari logam yang dilapisi [4]. Cacat pada permukaan oksida aluminium alloy memiliki beberapa faktor, antara lain adalah tingginya arus listrik, rendahnya temperatur anodizing, perbedaan distribusi medan listrik, tegangan listrik yang tinggi. Hal tersebut dapat membuat permukaan oksida yang terbentuk menjadi tidak merata atau bahkan akan mengalami burning (tergerusnya aluminium alloy) [5]. Untuk mengurangi kecacatan pada permukaan oksida dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain mengurangi nilai kerapatan arus dan meningkatkan suhu anodizing [3]. Hal tersebut sangat efektif untuk mengurangi cacat permukaan oksida yang tidak merata, namun hal tersebut akan membuat kualitas oksida akan berkurang karena akan membuat struktur menjadi lebih lunak dan meningkatkan porositas yang membuat material tidak mampu bertahan dalam kondisi kritis [2]. Karena hal tersebut, perlu dilakukan sebuah penelitian untuk menguji bagaimana kondisi yang tepat dan benar agar lapisan oksida yang terbentuk dari proses hard anodizing sesuai standard yang diinginkan oleh produsen dan mengurangi cacat permukaan anodizing yang sering terjadi pada proses hard anodizing. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Eksperimen Adapun beberapa kerja dalam eksperimen ini diawali dengan spesimen preparation, yaitu merupakan tahap penyiapan material uji yang akan dilakukan surface treatment untuk menghilangkan sudut runcing yang ada pada spesimen agar tidak membuat spesimen mengalami burning dengan kikir dan pisau kait. Kemudian spesimen dilakukan tahap pembersihan dari kotoran berupa minyak, lemak, tinta, dan kotoran lainnya yang dapat dibersihkan dengan manual cleaning. Langkah pembersihan ini menggunakan larutan MEK (Methyl Ethyl Keton). Setelah itu spesimen dilakukan racking untuk menyusun spesimen pada rack spesimen. Spesimen diikat dengan kawat berdiameter 3 mm. Setelah tahap persiapan, kemudian masuk pada proses alkaline cleaning yang merupakan proses pembersihan lemak, finger print, dan minyak pada permukaan spesimen yang

F278 tidak hilang pada saat manual cleaning dengan menggunakan larutan basa Turco 4215 NCLT. Setelah proses alkaline cleaning, dilakukan proses rinsing, yaitu proses pembilasan spesimen yang telah melalui proses alkaline cleaning dengan menggunakan deionized water untuk menghilangkan larutan yang tertinggal pada spesimen dan tidak mengkontaminasi larutan yang lain. Setelah proses ini dilakukan water film breaking test yaitu pengamatan secara manual apakah masih ada noda atau kotoran yang belum dihilangkan pada proses alkaline cleaning dan dilakukan minimal selama 30 detik. Proses selanjutnya adalah Deoxidizing, yaitu proses pembersihan permukaan aluminium dari oksida yang terbentuk sebelum terjadinya proses anodizing. Proses ini menggunakan larutan deoxidizer 6-16. Setelah proses tersebut, dlakuka proses rinsing yang bertujuan untuk membilas spesimen yang telah melalui proses deoxidizing dengan menggunakan deionized water untuk menghilangkan larutan yang tertinggal pada spesimen dan tidak mengkontaminasi larutan yang lain. Larutan yang digunakan berdasarkan ISO 10074:2010. Kemudian masuk proses berikutnya dalam penelitian ini, yaitu hard anodizing yang merupakan proses utama pada surface treatment ini. Proses ini bertujuan membentuk lapisan oksida pada permukaan aluminium dengan larutan H2SO4. Pada proses hard anodizing harus selalu dipantau setiap 1 menit, hal itu disebabkan spesimen hard oksida rentan mengalami burning dan kenaikan arus listrik harus perlahan setiap menitnya. Bak proses hard anodizing sperti ditunjukan pada Gambar 1. Kemudian spesimen dilakukan rinsing kembali untuk membilas spesimen yang telah melalui proses hard anodizing dengan menggunakan deionized water untuk menghilangkan larutan yang tertinggal pada spesimen dan tidak mengkontaminasi larutan yang lain. menghilangkan larutan yang tertinggal pada spesimen dan tidak mengkontaminasi larutan yang lain. Tahap terakhir pada proses hard anodizing adalah drying, yaitu merupakan proses pengeringan spesimen yang telah mengalami proses anodizing yang telah dilakukan sealing maupun tidak dilakukan sealing. Tujuan drying adalah menghilangkan sisa-sisa rinsing water yang berasal dari proses rinsing yang masih tersisa pada permukaan spesimen. Proses ini menggunakan compressor yang memberi tekanan udara pada spesimen. B. Pengujian Pada penelitian ini dilakukan 7 pengujian yaitu ketebalan dengan menggunakan dermitron, kekerasan mikro dengan metode vikers, ketahanan abrasi dengan taber abraser, coating weight dengan metode striping, corrosion resistance dengan metode potensiodinamik, Metalografi, dan SEM. 1. Uji Ketebalan menggunakan alat ukur Dermitron 3000 dengan prinsip kerja eddy current. Pengukuran dilakukan pada 4 titik pada setiap permukaan pada 1 spesimen secara acak. 2. Pada penelitian ini pengujian kekerasan menggunakan metode vickers. Titik penekanan pada pengujian ini sesuai denga Gambar 2. Setelah dilakukan penekanan, dilakukan pengamatan dan perhitungan nilai diagonal hasil penekanan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 200 x dan dibantu dengan software Solution DT. Gambar 2. Titik pengujian kekerasan. Gambar 1. Proses hard anodizing. Proses selanjutnya adalah sealing, yaitu merupakan proses pelapisan terakhir yang bertujuan untuk menutup pori-pori yang terbentuk pada lapisan anodizing dengan menggunakan natrium dikromat Na 2 Cr 2 O 7. Penggunaan sealing pada hard anodizing bertujuan untuk melindungi dari serangan korosi pada saat uji korosi, biasanya dilakukan hanya pada pengujian korosi dengan metode salt-spray corossion resistance test. Setelah itu spesimen kembali dilakukan rinsing yang merupakan proses pembilasan spesimen yang telah melalui proses sealing dengan menggunakan deionized water untuk 3. Pengujian ketahanan abrasi pada penelitian ini menggunakan taber abraser-wheel CS 17. Spesimen yang digunakan dalam pengujian ini memiliki dimensi 100 x 100 mm. Spesimen ditimbang terlebih dahulu sebelum mengalami abrasi pada pengujian ini. Kemudian spesimen dipasang pada taber abraser dan dilakukan uji ketahanan abrasi dengan beban 2 kg pada 10.000 cycles serta pada kecepatan 70 rpm, dimana skema sesuai dengan Gambar 3. Setelah selesai pengujian, dilakukan penimbangan kedua untuk mencari berat yang hilang pada lapisan oksida.

F279 Gambar 3. Skema pengujian ketahanan abrasi. 4. Pengujian coating weight pada penelitian ini menggunakan metode striping, yaitu menggunakan larutan kimia dengan campuran H 3 PO 4 dan CrO 3 untuk menghilangkan lapisan oksida pada permukaan aluminium alloy. Pengujian ini diawali dengan menimbang berat spesimen yang telah melalui proses anodizing. Setelah lapisan oksida terkikis semua pada saat proses striping, spesimen dikeringkan pada oven dengan suhu maksimum 60 o C sampai spesimen benarbenar kering kemudian dimasukkan ke desikator ±15 menit untuk mendapatkan berat yang konstan dan kemudian ditimbang kembali. 5. Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui struktur morfologi permukaan lapisan oksida. SEM yang digunakan adalah Zeiss EVO MA 10. Pengamatan dilakukan pada permukaan lapisan oksida, sehingga harus dilakukan coating pada permukaan yang akan diamati dengan Paladium. Perbesaran yang digunakan pada pengujian SEM adalah sebesar 60.000 x 6. Uji potensiodinamik merupakan pengujian elektrokimia untuk mengentahui laju korosi sebuah material. Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan Potensiostat PGSTAT302N. Spesimen yang digunakan dalam pengujian ini memiliki dimensi 20 x 20 mm. Pengujian potensiodinamik pada penelitian kali ini menggunakan tiga elektroda, yaitu elektroda kerja merupakan spesimen uji, elektroda acuan berupa AgCl, dan elektroda bantu berupa platina. Ketiga elektroda kemudian dicelupkan pada larutan NaCl 3,5%. Setelah dicelupkan, elektroda dialiri potensial dan diukur oleh elektroda kerja dan elektroda acuan. Secara bersamaan, elektroda kerja dan elektroda bantu mengukur arus korosi. 7. Metalografi merupakan pengujian yang dilakukan pada material dasar untuk melihat struktur mikro. Karena spesimen menggunakan aluminium alloy, proses etsa yang digunakan adalah dengan menggunakan larutan Keller s Reagent dengan komposisi larutan ditunjukan pada Tabel 1. Setelah itu spesimen dietsa selama 3 menit dan diamati pada mikorskop untuk melihat struktur mikro pada aluminium alloy. A. Pengujian Ketebalan I. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4. Pengaruh rapat arus terhadap ketebalan. Larutan Tabel 1. Komposisi larutan Keller s Reagent HF 2 HCl 3 HNO 3 5 Aquades 190 Volume (ml) Pada pengujian ketebalan dengan metode Eddy Current dengan alat Dermitron 3000 didapatkan data yang ditunjukan pada Gambar 4. Dari data tersebut didapatkan nilai ketebalan paling tinggi pada rapat arus 4 A/dm 2 sebesar 49,05 µm dan paling rendah adalah rapat arus 2 A/dm 2 sebesar 16,67 µm. nilai rapat arus 6 A/dm 2 memiliki nilai yang sedikit lebih kecil jika dibandingkan rapat arus 4 A/dm 2 yaitu sebesar 48,11 µm. B. Hasil Pengujian Kekerasan Hasil dari pengujian kekerasan dengan metode Vickers ditunjukan oleh Gambar 5. Dari hasil pengujian didapatkan nilai kekerasan yang naik dari rapat arus terendah hingga tertinggi, secara berturut-turut dari rapat arus terkecil hingga terbesar sebesar 243,25 HV, 273,38 HV, dan 330,89 HV. Gambar 5. Pengaruh rapat arus terhadap kekerasan. Kemudian pengujian kekerasan dilanjutkan pada pada setiap titik dari ujung sisi yang memiliki lapisan oksida, ditengah, dan di dekat potongan spesimen untuk pengujian kekerasan yang harus dilakukan mounting. Setiap titik akan ditarik garis dari permukaan atas oksida ke permukaan bawah oksida sebanyak 5 titik dari lapisan oksida atas, titik dekat lapisan oksida atas pada material dasar, di tengah material

F280 dasar, titik dekat lapisan oksida bawah pada material dasar, dan pada lapisan oksida bawah. Gambar 9. Metalografi pada tengah sisi bawah oksida specimen. Gambar 6. Persebaran kekerasan pada setiap rapat arus Berdasarkan data pengujian, didapatkan nilai kekerasan pada setiap titik berdasarkan nilai rapat arus. Nilai persebaran kekerasan pada Gambar 6. dengan nilai kekerasan dari ujung lapisan oksida hingga sisi potong dirata-rata karena nilai kekerasan saling mendekati. C. Pengujian Metalografi dan SEM Pada penelitian ini dilakukan pengujian metalografi untuk mengetahui persebaran batas butir dan presipitat yang terbentuk pada material AA 2024 T3. Material yang diuji dilakukan pada 1 material dasar yang mewakili seluruh spesimen yang digunakan pada penelitian ini. Berikut ini hasil pengujian metalografi yang ditunjukan oleh Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10. Gambar 10. Metalografi dekat sisi potong Berdasarkan pengujian metalografi yang didapatkan, dapat dilihat bahwa lapisan oksida yang terbentuk tidak menyebabkan struktur mikro dari material dasar berubah. Lapisan oksida hanya menempel saya pada sisi terluar material dasar. Gambar 7. Metalografi dekat ujung oksida. Gambar 11. Permukaan lapisan oksida rapat arus 2 A/dm2. Gambar 8. Metalografi pada tengah sisi atas specimen. Gambar 12. Permukaan lapisan oksida rapat arus 4 A/dm2.

F281 Gambar 13. Permukaan lapisan oksida rapat arus 6 A/dm2. Pada pengamatan dengan SEM yang ditunjukkan pada Gambar 11 hingga Gambar 12 dengan perbesaran 25.000 kali dapat dilihat permukaan oksida pada rapat arus 6 A/dm 2 cenderung kasar jika dibandingkan dengan kedua rapat arus yang lain. Hal itu merupakan sisa kikisan lapisan oksida akibat terjadinya disolusi pada pengaplikasian rapat arus yang sangat tinggi, yaitu 6 A/dm 2. D. Hasil Pengujian Ketahanan Abrasi Dari pengujian ketahanan abrasi yang telah dilakukan menggunakan metode abrasive wheel dan menggunakan alat Taber Abrasser Wheel CS 17 didapatkan data pengaruh rapat arus terhadap sifat ketahanan abrasi yang ditunjukan pada Tabel 3.3 dan data diplot untuk menunjukan pengaruh rapat arus terhadap sifat ketahanan abrasi yang ditunjukkan oleh Gambar 14. Gambar 15. Pengaruh rapat arus terhadap coating weight. Dari hasil pengujian coating weight didapatkan nilai coating weight yang cenderung naik pada setiap peningkatan rapat arus. Coating weight yang didapatkan dari rapat arus terbesar hingga terkecil adalah 4,319 g/cm 3, 5,112 g/cm 3, dan 5,302 /cm 3. F. Hasil Pengujian Potensiodinamik Pada penelitian ini dilakukan pengujian potensiodinamik untuk mengetahui sifat elektrokimianya. Didapatkan data nilai V corr dan I corr besertaa dengan nilai corrosion rate pada setiap pengaplikasian rapat arus hard anodizing. Pada Tabel 2 dan kemudian diolah untuk mendapatkan nilai I corr dan corrosion rate seperti yang ditunujukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian potensiodinamik Rapat Arus (A/dm 2 ) β a β b R p (Ω) V corr (V) 2 0,08322 0,01959 2537,5-0,561 4 0,03756 0,00768 353920-0,566 6 0,06485 0,02309 172420-0,456 Gambar 14. Pengaruh rapat arus terhadap ketahanan abrasi. Pada pengujian wear resistance yang dilakukan didapatkan nilai massa abrasi yang hilang cenderung makin kecil seiring meningkatnya nilai rapat arus. Nilai dari rapat arus terkecil hingga terbesar adalah 68,8 mg, 37,5 mg, dan 36,8 mg. E. Hasil Pengujian Coating Weight Dari pengujian coating weight dengan melakukan proses striping pada lapisan oksida didapatkan data pengaruh rapat arus terhadap nilai coating weight yang ditunjukan pada Gambar 15. Gambar 16. Diagram tafel pengujian pada 3 jenis rapat arus. Tabel 3. Hasil perhitungan uji potensiodinamik

F282 Rapat Arus (A/dm 2 ) I corr (A/cm 2 ) Laju Korosi (mm/yr) 2, 6, 4,, 6,, Dari data yang didapatkan, kemudian dilakukan ploting untuk menunukan diagram Tafel yang dihasilkan oleh hasil pengujian potensiodinamik berdasarkan Gambar 16. G. Interpretasi Data Berdasarkan data pengujian sifat fisik, didapatkan nilai ketebalan dan kekerasan yang didapatkan memiliki kecenderungan semakin naik dari rapat arus 2 A/dm 2 hingga 6 A/dm 2. Pada pengingkatan rapat arus dari 4 A/dm 2 menuju 6 A/dm 2 terjadi sedikit turun walaupun sebesar 0,94 µm, dari 49,05 µm menuju 48,11 µm. Terjadinya penurunan nilai ketebalan disebabkan oleh disolusi yang terjadi pada permukaan oksida karena nilai rapat arus yang terlampau tinggi. Untuk pengujian kekerasan didapatkan nilai kekerasan yang cenderung naik dari rapat arus terendah hingga tertinggi. Kenaikan berhubungan dengan nilai coating weight yang cenderung naik juga dari setiap kenaikan rapat arus, dimana semakin tinggi nilai kerapatan antar partikel oksida, maka akan semakin keras lapisan okisda yang terbentuk. Untuk nilai ketahanan abrasi memiliki kecenderungan turun dari dari rapat arus 2 A/dm 2 menuju 6 A/dm 2 yaitu berturutturut sebesar 68,8 mg, 37,5 mg, dan 36,8 mg. Lapisan yang tergerus pada rapat arus 2 A/dm 2 memiliki nilai yang sangat besar jika dibandingkan dengan rapat aru 4 A/dm 2 dan 6 A/dm 2 yang cenderung memiliki nilai yang hampir sama. Hal tersebut diakibatkan nilai rapat arus 2 A/dm 2 yang belum mencapai nilai ideal hard anodizing yang memiliki rapat arus optimum minimum sebesar 2,6 A/dm 2, sehingga nilainya sangat jauh jika dibandingkan dengan rapat arus 4 A/dm 2 dan 6 A/dm 2. Kecenderungan nilai ketahanan abrasi yang turun juga disebabkan nilai kekerasan yang cenderung naik, naik karena massa oksida yang terabrasi berbanding terbalik dengan kekerasan, dimana semakin besar kekerasan, maka akan semakin kecil massa yang hilang akibat terbarasi. Pada proses hard anodizing ini tidak mempengaruhi secara spsesifik struktur mikro yang ada pada material dasar. Hal ini ditunjukan oleh nilai hardness pada setiap titik tidak terjadi perubahan yang begitu spesifik dan dari hasil metalografi, batas butir yang terbentuk besarnya merata pada setiap sisi. Pada hasil metalografi juga menunjukan bahwa lapisan oksida hanya menempel saja pada permukaan material dasar. Dari data pengujian korosi didapatkan analisa bahwa nilai V corr pada rapat arus 6 A/dm 2 memiliki kecenderungan lebih besar jika bandingkan dengan rapat arus 2 A/dm 2 dan 4 A/dm 2 yang cenderung hampir sama, hal ini menunjukan bahwa oksida dengan rapat arus 6 A/dm 2 memiliki sifat yang cenderung lebih reaktif jika dibandingkan dengan rapat arus lain. Didapatkan juga nilai I corr yang didapatkan dari setiap kenaikan rapat arus akan cenderung turun sangat jauh dari 2,71 x 10-6 A menuju 7,82 x 10-9 A dengan terjadi sedikit kenaikan nilai I corr pada rapat arus 4 A/dm 2 menuju 6 A/dm 2 menjadi 4,29 x 10-8 A. Hal itu disebabkan nilai ketebalan yang berbanding lurus dengan nilai resistansi polarisasi berpengaruh pada nilai I corr, dimana ketebalan pada rapat arus 2 A/dm 2 terlampau sangat tipis jika dibandingkan dengan rapat arus 4 A/dm 2 dan 6 A/dm 2, sehingga dapat dikatakan spesimen yang diberikan rapat arus 2 A/dm 2 jauh lebih reaktif jika dibandingkan dengan 2 rapat arus yang lain. Dari nilai I corr akan mempengaruhi besarnya corrosion rate, dimana rapat arus 4 A/dm 2 memiliki corrosion rate paling rendah yaitu sebesar 1,42 x 10-10 mm/yr yang berbeda sedikit dengan rapat arus 6 A/dm 2 sebesar 7,86 x 10-10 mm/yr. Untuk nilai corrosion rate 2 A/dm 2 yang sebesar 6,31 x 10-8 mm/yr cenderung jauh lebih besar ketimbang nilai rapat arus yang lain dikarenakan nilai I corr dan nilai coating weight yang jauh lebih kecil jika dibandingkan kedua rapat arus yang lain. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, kesimpulan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Rapat arus 6 A/dm 2 menghasilkan sifat mekanik (kekerasan dan ketahanan abrasi) dan sifat fisik coating weight paling baik jika dibandingkan dengan rapat arus lain, yaitu sebesar 330,89 HV, 36,8 mg massa yang hilang akibat mengalami abrasi, dan 5,302 g/cm 3 untuk nilai coating weight. 2. Rapat arus 2 A/dm 2 menghasilkan lapisan Al 2 O 3 yang sangat tipis sehingga memilki kecenderungan untuk mengalami korosi lebih besar jika dibandingkan dengan rapat arus lain. Sedangkan rapat arus 6 A/dm 2 menghasilkan lapisan yang berkualitas baik disebabkan permukaan lapisan Al 2 O 3 yang terbentuk memiliki porositas rendah. 3. Lapisan Al 2 O 3 dengan tebal 49,05 µm, kekerasan 273,38 HV, dan ketahanan abrasi 37,5 mg yang dihasilkan rapat arus 4 A/dm 2 menghasil ketahanan korosi yang paling baik dengan laju korosi paling rendah, yaitu sebesar 7,86 x 10-10 mm/yr. DAFTAR PUSTAKA [1] E. L. Rooy, ASM Handbook Volume 2 Properties and Selection : Nonferrous Alloys and Special-Perpose Materials, ASM International, 1990, pp. 90-115. [2] M. Bononi, R. Giovanardi, A. Bozza and P. Mattioli, "Pulsed Current Efect on Hard Anodizing Process of 2024-T3 Aluminium Alloy," Surface&Coatings Technology, 2016. [3] F. M. Stevenson, ASM Handbook Volume 5 Surface Engineering, ASM Handbook, 1990. [4] E. Febriyanti, "Optimasi Proses Pelapisan Anodisasi Keras pada Paduan Aluminium," Majalah Metalurgi, no. ISSN 0126-3188, pp. 109-116, 26 February 2011. [5] A. Bozza, R. Giovanardi, T. Manfredini and P. Mattioli, "Pulsed Current Effect on Hard Anodizing Process of 7075-T6," Surface & Coatings Technology, pp. 139-144, 4 March 2015.