1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegagalan konglomerasi di dalam mengatasi krisis ekonomi yang efek dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. berkembang, terlebih mengingat kondisi perekonomian negara yang tidak stabil

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

I. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka investasi. Bank sebagai salah satu perusahaan jasa yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. Krisis keuangan dunia yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti bahwa sebagian dari usaha

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

Perbankan Komersial dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

25 TAHUN. Memperoleh. Oleh : C

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan sector utama yang menjadi penggerak

I. PENDAHULUAN. Industri perbankan masih mendominasi aset sektor keuangan. Penguasaan aset

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

5.1 Uji Heteroskedastisitas... 65

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang begitu pesat perkembangannya menyebabkan dampak terhadap muncul

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait perizinan usaha, kelembagaan LKM, sert

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dimana kegiatan usaha masyarakat mayoritas di sektor pertanian. Masyarakat yang kondisinya seperti ini, lebih cenderung melakukan organisasi gotong royong didalam memenuhi atau mencukupi kebutuhan perekonomiannya. Disamping ada usaha perorangan ada juga usaha bersama dalam wadah organisasi sosial yaitu mereka masuk dalam koperasi simpan pinjam di dalam masyarakat, yang di bentuk oleh lembaga lembaga kecil yang belum berbadan hukum seperti koperasi simpan pinjam (KSP) atau unit simpan pinjam (USP). Pada saat krisis ekonomi global, sektor mikro inilah yang mampu bertahan dan memberikan andil yang cukup besar dalam menghadapi krisis ekonomi global. Menurut Bank Indonesia (2001) peranan strategis dari usaha kecil tersebut, diantaranya jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja karena setiap investasi pada sektor usaha kecil dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibanding investasi yang sama pada usaha menengah/besar, dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dengan harga yang terjangkau. Sesuai dengan karakeristik skala usahanya, usaha mikro dan kecil tidak memerlukan modal yang terlalu besar. Dengan kebutuhan modal yang kecil-kecil tetapi dalam unit usaha yang sangat besar ini menyebabkan kurang tertariknya lembaga perbankan formal yang besar untuk mendanai usaha mikro/kecil karena transaction cost-nya. sangat tinggi (Susila, 2007). Bank Bukopin merupakan salah satu bank yang beroperasi di Indonesia. Bank Bukopin didirikan pada 10 Juli 1970. Awalnya, bank ini berbadan hukum koperasi dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia. Pada tahun 1989 namanya berubah menjadi Bukopin dan pada 1993 berbadan hukum Perseroan Terbatas. Pada 1997 saat krisis ekonomi melanda, statusnya menjadi Bank Devisa. Pada 1999 sempat masuk rekapitalisasi tetapi dua tahun setelah itu, bank ini normal kembali. Bank Bukopin menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank

2 menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Landasan ini memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan menempatkannya sebagai suatu bank yang kredibel. Operasional Bank Bukopin kini didukung oleh lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time on-line. Dalam menyikapi tren lembaga keuangan mikro yang ada sekarang, Bank Bukopin merintis pengembangan konsep Swamitra yang merupakan suatu bentuk kerjasama atau kemitraan antara Bank Bukopin dengan Koperasi untuk mengembangkan serta memodernisasi Usaha Simpan Pinjam (USP) melalui pemanfaatan jaringan teknologi (network) dan dukungan sistem manajemen sehingga USP memiliki kemampuan pelayanan transaksi keuangan yang lebih luas dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Latar belakang pendirian microbanking Swamitra adalah sebuah konsep yang memungkinkan Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro mengatasi masalah kelangkaan modal, kepercayaan dan manajemen melalui kerjasama Kemitraan dengan Bank Bukopin dengan menggunakan teknologi mutakhir untuk menjamin pelayanan yang profesional serta jaringan pelayanan yang terpadu (Sudarmaji 2008). Sejak berdirinya Swamitra tahun 1997 dan sampai dengan tahun 2012 kini berjumlah 625 outlet online, yang tersebar di 35 Cabang Bank Bukopin di seluruh Indonesia, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro. Bagi Bank Bukopin penyaluran kredit kepada usaha sektor kecil atau menengah menjadi solusi jangka panjang penyaluran kredit yang berkualitas. Dengan pembinaan yang sesuai dan prospek ke depan yang cerah, kredit kepada LKM menjadi penopang perbankan dari hantaman krisis sektor keuangan yang volatile. Meski tidak semenarik investasi di sektor keuangan kredit LKM memiliki keunggulan tersendiri. Salah satunya keunggulan LKM adalah resisten terhadap gejolak krisis dan sangat potensial untuk melejit menjadi bentuk usaha baru yang tangguh. Keunggulan ini tentu saja akan berimbas pada kreditur yang menjadi mitra mereka bila didampingi dengan baik. Berikut dilampirkan tabel perkembangan Swamitra selama periode empat tahun terakhir. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pinjaman yang diberikan Swamitra ke anggota dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp 1,050 triliun menjadi Rp 1,187 triliun pada tahun 2012 atau tumbuh sebesar Rp 137 milyar. Total simpanan yang dihimpun dari masyarakat sampai dengan tahun 2012 sebesar Rp 456 milyar, mengalami peningkatan sejak tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa Swamitra telah berhasil memperoleh kepercayaan dari masyarakat luas. Namun, dalam perkembangannya total hasil usaha Swamitra yang telah dibukukan selama empat tahun terakhir tersebut mengalami penurunan walaupun bad debt ratio (BDR) mengalami penurunan. Meskipun besarnya BDR menurun, angka tersebut masih dinilai besar karena pada akhir tahun Swamitra selalu mencadangkan penghapusan piutang (CPP) di akhir tahun dimana CPP yang dicadangkan terus meningkat. Hal ini mengakibatkan keuntungan Swamitra mengalami penurunan. Oleh karena itu, penyaluran

3 pinjaman sangat perlu dilakukan analisa dan evaluasi yang tepat untuk mengetahui penyebab terjadinya pinjaman macet di Swamitra. Tabel 1 Perkembangan Swamitra se-indonesia tahun 2009-2012 (dalam milyar rupiah) Keterangan 2009 2010 2011 2012 Jumlah Swamitra Online 488 530 583 625 Total Asset 1,050 1,180 1,321 1,477 Total Pinjaman Yang Diberikan 846 944 1,050 1,187 Total Simpanan 449 447 416 456 Total Modal Tidak Tetap 435 590 736 955 Total Sisa Hasil Usaha Berjalan 54.01 34.57 20.35 14.6 Bad Debt Ratio 12.77% 10.29% 9.19% 8.80% Jumlah Debitur 103,300 106,572 106,822 103,738 Jumlah Nasabah 328,181 369,986 416,315 457,377 Sumber: Bank Bukopin (2012) Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu topik menarik dalam isu perbankan yang sedang berkembang. Selain sebagai salah satu indikator kesehatan perbankan, NPL juga bisa memberikan beberapa kandungan informasi terkait perkembangan sektor riil. Dari aspek pengelolaan perbankan, NPL dapat memberikan gambaran seberapa jauh manajer menjalankan pola pengelolaan kredit yang prudent. Kredit macet juga dapat menjadi indikator kelesuan sektor riil sebagai respon kondisi perekonomian secara umum. Bahkan dalam banyak penelitian (mulai dari prediksi bank gagal hingga indikator krisis ekonomi) tingkat NPL tak luput dari pengamatan. Perumusan Masalah Bank Bukopin sebagai bank yang memiliki misi berpihak pada koperasi dan usaha kecil, sejak akhir tahun 1997 telah memberikan perhatian yang lebih besar sebagai upaya ikut serta dalam meningkatkan usaha mikro yaitu mengadakan kerjasama dengan koperasi-koperasi untuk mengembangkan usaha simpan pinjam yang dinamakan Swamitra (Djanoko 2010). Usaha simpan pinjam tersebut dapat berupa Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan Pinjam (USP). Dalam kerjasama tersebut Bank Bukopin melakukan pendampingan teknis, investasi sistem informasi dan teknologi (IT) dan training kepada personil koperasi/karyawan Swamitra (Muchtar, 2011). Pengembangan pola kemitraan Swamitra ini merupakan terobosan baru dalam keuangan mikro di Indonesia. Namun, dalam perkembangannya, cukup banyak Swamitra yang tutup akibat gagal dalam mengelola unit-unit Swamitra dimana salah satu penyebabnya adalah pinjaman yang bermasalah. Data Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total 625 unit Swamitra yang dikelola oleh Bank Bukopin pada tahun 2012 memiliki nilai Bad Debt Ratio (BDR) sebesar 8,80% dan Swamitra tutup sampai dengan posisi September 2013 terdapat 43 unit Swamitra. Walaupun nilai BDR Swamitra mengalami penurunan dari tahun ke tahun, angka tersebut dinilai masih tinggi apabila dilihat dari masing-masing 35 cabang yang tersebar di seluruh cabang Swamitra di Indonesia.

4 Persentase BDR Desember 2012 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Gambar 1 Persentase bad debt ratio (BDR) Swamitra di seluruh Indonesia periode Desember 2012 Berdasarkan informasi BDR pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 35 cabang yang tersebar di seluruh cabang Swamitra di Indonesia masih banyak cabang-cabang yang memiliki BDR tinggi yaitu diatas 5%, jauh dari target anggaran program kerja Bank Bukopin dimana maksimal BDR rata-rata akhir tahun yaitu sebesar 5%, dimana Tasikmalaya memiliki BDR yang tertinggi di seluruh Indonesia dimana pada tahun 2012 BDR kota Tasikmalaya sebesar 39,80% mengalami kenaikan sejak tahun 2010 (Gambar 2). 50% 40% Bad Debt Ratio Kota Tasikmalaya periode 2010 s/d 2012 39.80% 30% 20% 10% 6.12% 15.24% 0% 2010 2011 2012 Gambar 2 Bad debt ratio kota Tasikmalaya periode 2010 s/d 2012 Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana karakteristik penyaluran pinjaman di Swamitra pada tahun 2010-2012? b. Bagaimana profil debitur Swamitra yang menyebabkan terjadinya risiko kredit macet? c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet pada Lembaga Keuangan Mikro Swamitra di Tasikmalaya?

5 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menganalisis karakteristik penyaluran pinjaman di Swamitra pada tahun 2010-2012. b. Mengkaji profil debitur yang menyebabkan terjadinya risiko kredit macet. c. Menganalisis faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet pada Lembaga Keuangan Mikro Swamitra di Tasikmalaya. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Swamitra Memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan perkreditan Swamitra. 2. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan di MB IPB sesuai dengan kondisi di lapangan. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada Swamitra yang berada pada wilayah Bank Bukopin Cabang Tasikmalaya dengan periode data tahun 2010-2012. Cabang Tasikmalaya diambil karena performa BDR-nya yang terus menurun dan pada Desember 2012 memiliki nilai BDR tertinggi yaitu 39,80%. 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Peran Perbankan dan Pengembangan Usaha Mikro Definisi perbankan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hasibuan (2005:2) berpendapat bahwa definisi bank adalah badan usaha yang

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB