BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini disebabkan minimnya industri hilir kakao yang dapat mengolah kakao menjadi cokelat, pada umumnya industri pengolah cokelat didominasi oleh industri asing. Namun dalam beberapa tahun terakhir, tingkat konsumsi cokelat di Indonesia yang terus meningkat, memberikan efek positif pada industri pengolah cokelat. Industri cokelat tumbuh pesat ditandai dengan maraknya brand cokelat baru di pasaran. Menurut Asosiasi Industri Kakao Indonesia / AIKI (2015), konsumsi cokelat nasional meningkat rata-rata 20% per tahun. Permintaan cokelat yang meningkat berimbas pada semakin banyaknya produsen yang bergelut di bidang produksi cokelat. Kegiatan produksi dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sekitarnya akibat penggunaan energi yang tidak efisien. Produksi cokelat pada umumnya dimulai dengan pemanenan biji kakao hingga menjadi pasta. Produk setengah jadi ini kemudian diolah menjadi produk turunan yang lebih kompleks seperti cokelat. Produksi cokelat biasanya melibatkan beberapa industri, hal ini dikarenakan biaya produksi cokelat mulai dari hulu (pemanenan biji kakao) hingga hilir (cokelat) tergolong mahal. Suatu kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh adanya input seperti bahan baku dan energi, serta mesin dan sarana prasarana yang dibutuhkan. Energi yang terlibat selama proses produksi dapat berupa energi bahan bakar, energi manusia, dan energi listrik. Penggunaan energi yang tidak efisien dapat berimbas pada timbulnya pencemaran lingkungan. Kegiatan industri selalu dikaitkan dengan isu lingkungan. Bidang agroindustri merupakan salah satu sektor yang rentan terhadap isu lingkungan karena berkaitan erat dengan penggunaan pestisida, pupuk ataupun bahan bakar untuk pendistribusiannya serta 1
sumber energi lain pada pengolahan produk turunannya. Salah satu usaha untuk menciptakan produksi yang ramah lingkungan adalah dengan mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan produksi terhadap lingkungan dan kesehatan manusia yang berada di sekitarnya. Dunia bisnis internasional telah mengenal konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan diterbitkannya isu manajemen lingkungan melalui ISO 14000 series. ISO 14000 merupakan standar pengelolaan lingkungan yang berlaku bagi perusahaan, industri, konsultan, pendidikan, pemasok jasa atau produk untuk meminimalkan dampak negatif dari kegiatan operasional terhadap lingkungan (Supartono, 2012). Life Cycle Assessment (LCA) atau ISO 14040-43 merupakan salah satu dari enam standar dalam ISO 14000. Menurut Ntiamoah (2008), LCA merupakan metode pengujian dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu aktivitas, selama siklus hidup produk, mulai dari bahan baku sampai dengan produk tersebut digunakan. Di Indonesia, penelitian mengenai LCA masih tergolong minim. Bahkan penelitian mengenai LCA cokelat belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian LCA terdahulu mengenai kakao dan cokelat dilakukan di Ghana dengan judul Environmental Impacts of Cocoa Production and Processing in Ghana: Life Cycle Assessment Approach (Augustine Ntiamoah and George Afrane, 2008). Penelitian tersebut menganalisis keseluruhan siklus hidup kakao mulai dari produksi kakao (on-farm), transportasi biji kakao ke pabrik pengolahan, dan proses pengolahan biji kakao (pembersihan biji, pemanggangan, winnowing, grinding biji kakao menjadi lemak kakao, pasta kakao, cake dan cokelat bubuk. Output dari penelitian tersebut adalah rekomendasi atau strategi dalam pengurangan dampak lingkungan dari siklus hidup kakao di Ghana. Dalam penelitian mengenai Life Cycle Assessment (LCA) ini, dipilih Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember sebagai obyek penelitian. Puslitkoka diketahui juga 2
memproduksi cokelat bermerek dagang Vicco yang bahan bakunya berasal dari kebun milik Puslitkoka. Produksi cokelat yang dilakukan oleh Puslitkoka masih tergolong dalam skala industri kecil dan menengah (UKM). Cokelat Vicco diketahui dipasarkan di daerah Jember. Puslitkoka dipilih karena Puslitkoka memiliki proses pengolahan cokelat yang menyeluruh, dimulai dari penanaman pohon kakao, pemanenan biji kakao sebagai bahan baku, hingga produksi cokelat. Sehingga, penelitian LCA yang akan dilakukan dapat mencakup keseluruhan proses produksi cokelat dan menyajikan gambaran mengenai siklus hidup cokelat mulai dari hulu (biji kakao) ke hilir (cokelat). Konsumsi energi pada produksi cokelat mungkin berbeda antara satu industri dengan industri lainnya, tergantung pada sumber energi yang digunakan dan efisiensi penggunaan energi pada masing-masing industri. Puslitkoka menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar, LPG dan listrik. Industri cokelat menghasilkan berbagai jenis limbah baik padat, cair ataupun udara. Limbah padat dalam industri cokelat, khususnya Puslitkoka, merupakan pod kakao dan kulit biji kakao. Limbah ini sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh Puslitkoka, sedangkan limbah kulit biji kakao dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah cair yang dihasilkan dari industri cokelat di Puslitkoka ini berupa air cucian mesin dan alat. Sedangkan cemaran udara yang dihasilkan masih belum teridentifikasi dan memerlukan analisa lebih lanjut. Oleh sebab itu, penelitian ini akan memfokuskan penilaian dampak lingkungan yang dihasilkan oleh cemaran udara atau emisi. Sistematika penelitian ini dilakukan sesuai dengan tahapan LCA. Tingkat konsumsi energi pada tiap tahapan proses digolongkan berdasarkan sumber energi yang digunakan, seperti energi manusia, energi bahan bakar, dan energi listrik. Nilai yang diperoleh kemudian akan dikonversi menjadi jumlah emisi yang dihasilkan, sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan produksi cokelat Vicco dan dapat dilakukan upaya optimalisasi penggunaan sumber daya untuk meminimalkan potensi pencemaran 3
lingkungan yang disebabkan oleh industri. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan LCA dapat meminimalisir ketidakefektifan penggunaan energi dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses produksi cokelat Vicco, serta dapat pula diterapkan pada industri sejenis lainnya. 1.2. Rumusan Masalah Penggunaan bahan baku dan energi serta jumlah emisi yang dihasilkan merupakan hal dasar yang harus diketahui oleh industri. Hal ini dikarenakan ketiga hal tersebut berpengaruh terhadap sektor finansial serta lingkungan. Penggunaan bahan baku dan energi yang tidak efektif dapat menyebabkan pemborosan, disisi lain, hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu upaya evaluasi dampak yang ditimbulkan oleh industri, dalam hal ini Puslitkoka, terhadap lingkungan. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian Life Cycle Assessment (LCA) ini dilakukan untuk mengetahui jumlah energi yang digunakan oleh industri, emisi yang dihasilkan serta dapat pula mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar dari kegiatan produksi hulu, hilir dan pengadaan bahan per satu kali produksi. Hasil dari analisis LCA dari penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai pertimbangan dalam perbaikan produk dan proses produksi. 1.3. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember, Jawa Timur. 2. Scoping penelitian ini dimulai dari proses produksi biji kakao (primer) hingga menjadi cokelat (sekunder) serta kegiatan distribusi atau pengadaan bahan baku dan tambahan yang terkait dengan produk tersebut. 4
3. Perhitungan emisi dibatasi pada emisi yang dihasilkan oleh gas CO2, CH4, N2O, SO2, NOx, dan CO. 4. Analisis LCA cokelat dalam penelitian ini mencakup produk cokelat Vicco seperti cokelat bar, praline, dan blok dari varian dark dan milk chocolate yang diproduksi dalam satu kali produksi menggunakan 50 kg biji kakao kering. 5. Emisi pada sektor distribusi yang dihitung adalah emisi yang berasal dari kegiatan pendistribusian yang dilakukan langsung oleh Puslitkoka, jika proses distribusi dilakukan dengan cara pengambilan produk oleh industri/pihak lain, maka emisi tersebut tidak dimasukkan dalam perhitungan LCA dalam penelitian ini. 6. Analisis limbah difokuskan pada emisi udara yang dihasilkan dari produksi cokelat Vicco. 7. Penelitian tidak mencakup uji mikrobiologis, uji organoleptik dan dampak sosialekonomi. 8. Pengukuran energi dan emisi dari lahan perkebunan tidak diikutsertakan. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung jumlah konsumsi energi dari proses produksi cokelat Vicco di Puslitkoka, Jember, Jawa Timur. 2. Menghitung emisi yang dihasilkan dari proses produksi cokelat Vicco di Puslitkoka, Jember, Jawa Timur. 3. Mengetahui potensi cemaran lingkungan yang terjadi terkait dengan aktivitas produksi cokelat Vicco di Puslitkoka, Jember, Jawa Timur. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, baik untuk perusahaan terkait ataupun pihak lainnya. Berikut manfaat yang diharapkan: 5
1. Perusahaan. a. Mengetahui jumlah konsumsi energi dan emisi yang dihasilkan dari proses produksi perusahaan. b. Mengidentifikasi peluang untuk mengurangi resiko cemaran ke lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas produksi cokelat. c. Sebagai pertimbangan untuk perbaikan proses. 2. Peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ataupun referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian terkait analisis Life Cycle Assessment (LCA) pada sektor pangan, terutama di Indonesia. 6