BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI MORFOLOGI DAN HUBUNGAN FENETIK POPULASI SUKUN

BAB V PENUTUP. Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang mahal di pasar internasional US$ 640/m 3 untuk kayu papan jati Jawa tahun

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

I. PENDAHULUAN perbanyakan tanaman secara vegetatif dan perbanyakan tanaman secara

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kowoson Huton Dengon Tujuon

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

PENDAHULUAN. tinggi. Keadaan ini dapat dijadikan modal Indonesia dalam menanggapi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

KARAKTERISASI MORFOLOGIS DAN POTENSI EKONOMI SUKUN (Artocarpus altilis Fobs) LAHAN SALIN DI KEPULAUAN SERIBU

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sebagai satu dari empat jenis buah yang ditetapkan sebagai komoditas prioritas

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.)

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. melimpah dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan sumber daya alam. tersebut salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap sebagai harta kekayaan yang tinggi nilainya. Beras yang sehari-hari dikenal

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

BAB I PENDAHULUAN. gunung dan ketinggiannya mencapai lebih dari 600 mdpl. Sedangkan pegunungan

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis.

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan adalah pilar dasar pembangunan perekonomian dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN. KEANEKARAGAMAN HAYATI SD dan Sederajat (Kelas 4,5 dan 6)

BAB I PENDAHULUAN. secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini ada yang

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan. Benyamin Lakitan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah murbei adalah Morus spp terdapat kira-kira 68 spesies dari

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan manfaat baik dari segi ekonomi, sosial maupun ekologi. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : 1). Organisme yang ada di bumi sangat beragam baik dalam bentuk, ukuran, struktur, fungsi dan lain-lain. Untuk memudahkan mempelajari tumbuhan yang sangat beraneka ragam dari sifat dan ciri yang ada pada tumbuhan, manusia menggolongkan tumbuhan yang ada menurut kepentingannya masing-masing. Penggolongan ini berdasarkan sifat dan ciri dari organ tumbuhan itu sendiri. Tujuannya untuk mencari kesamaan sifat dan ciri pada keanekaragaman tumbuhan tersebut (Sudarsono, dkk : 2005 hal 25). Artocarpus altilis (Parkinson) Forsberg (sukun) adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Di pulau Jawa tanaman ini dijadikan tanaman budidaya oleh masyarakat. Sukun bukan buah bermusim meskipun biasanya berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun. 1

2 Sukun merupakan salah satu jenis tanaman serbaguna yang bernilai ekonomis karena menghasilkan buah dengan kandungan gizi yang cukup tinggi. Buahnya dapat dijadikan pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Menurut Widowati (2003:5), buah sukun dapat diolah menjadi bermacam-macam menu makanan, sehingga dapat menunjang ketahanan pangan dan program diversifikasi pangan yang senantiasa digalakkan oleh pemerintah. Selain untuk pangan alternatif, sukun juga dapat dibuat minuman untuk obat penyakit, terutama adalah daunnya. Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan mempunyai koleksi tanaman sukun sebanyak 14 populasi yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Tanaman sukun dapat diperbanyak dengan trubusan akar, cangkok, stek akar dan stek pucuk. Tanaman sukun diambil dari pohon induk yang unggul kemudian diseleksi sehingga sebagian besar keturunannya akan mendapatkan kualitas yang baik. Cara mengkoleksinya dengan mencari pohon yang berfenotif unggul, yaitu dengan melakukan pemilihan pohon-pohon yang superior dari populasi yang luas untuk mencari sifat genetik yang unggul sesuai dengan peruntukkan dan nilai ekonominya. Lokasi hutan penelitian ini mencapai 2,5 ha. Hutan penelitian ini terdapat beberapa jenis tanaman kehutanan yang dikembangkan seperti pulai,

3 jati, sukun, cendana, kayu putih dan lain-lain yang merupakan hasil perbanyakan vegetatif yang berasal dari beberapa daerah maupun negara lain. Sukun memiliki variasi morfologi yang beragam, sehingga variasi morfologinya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menentukan suatu jenis sukun terutama kualitasnya unggul atau tidak. Informasi biologi yang disampaikan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang mantap sehingga mendukung upaya penentuan kualitas sukun. Karakteristik tanaman sukun dapat dilihat berdasarkan ciri vegetatif maupun ciri generatifnya. Karakteristik sangat berguna untuk mendapatkan deskripsi dan klasifikasi tanaman sukun sehingga masyarakat dengan mudah dapat menentukan kultivar tanaman sukun. Selain itu, keseragaman dari ciri spesifik yang dimiliki antar kultivar tanaman sukun dapat menunjukkan hubungan kekerabatannya. Semakin banyak karakter yang sama maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. B. Identifikasi Masalah Tumbuhan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang penting karena termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui. Keanekaragaman ini merupakan fakta dan gejala yang dapat diamati baik dari segi ukuran, bentuk, warna, struktur, fungsi, perawakan, lama tumbuh dan tanggapan terhadap faktor lingkungan. Variasi yang terjadi dapat disebabkan karena

4 mutasi, adaptasi dengan lingkungan, perkembangan tumbuhan, mutasi dan genetika (Sudarsono, dkk : 2003). Makhluk hidup khususnya manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari tumbuhan, baik sebagai pangan, sandang, obat, bahan perumahan, tanaman hias dan sebagainya. Hal ini yang mendorong manusia untuk mempelajari dan melakukan penelitian tentang identifikasi morfologi tumbuhan melalui perbanyakan vegetatif dan generatif. Tanaman sukun mempunyai ragam perbedaan yang bervariasi sesuai dengan tempat asalnya, di mana setiap populasi tersebut mempunyai ciri spesifik yang membedakan antara tanaman yang satu dengan yang lainnya. Keseragaman dan keanekaragaman tumbuhan hidup terlihat jelas di antara individu dalam satu jenis. Untuk mengetahui bentuk dasar keseragaman dan keanekaragaman jenis serta individu dapat dilakukan dengan karakterisasi dan klasifikasi tanaman sukun. Keseragaman dari ciri spesifik yang dimiliki satu populasi sukun dengan populasi sukun lainnya dapat menunjukkan hubungan kekerabatan antara individu, semakin banyak karakter yang sama maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. C. Batasan Masalah Kegiatan penelitian yang akan dilakukan ini dibatasi pada variasi morfologi dan hubungan kekerabatannya pada beberapa populasi sukun yang berasal dari beberapa daerah yaitu Manokwari (Papua), Lampung, Bali, Sleman (DIY), Malino (Sulawesi Selatan), Mataram (NTB), Banyuwangi

5 (Jawa Timur), Sorong (Papua), Bone (Sulawesi Selatan), Banten, Kediri (Jawa Timur), Sukabumi (Jawa Barat), Gunung Kidul (DIY), Cilacap (Jawa Tengah). Variasi morfologi tanaman sukun dilakukan berdasarkan ciri vegetatif meliputi habitus, batang dan daun, sedangkan ciri generatifnya yaitu buah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah variasi morfologi tanaman sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Forsber) yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia berdasarkan ciri vegetatif dan generatif? 2. Bagaimana hubungan fenetik 14 kultivar tanaman sukun yang dikembangkan di Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui variasi morfologi tanaman sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Forsber) yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia. 2. Mengetahui hubungan fenetik dari kultivar sukun yang dikembangkan di Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

6 F. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat antara lain : 1. Memberikan informasi biologi berupa variasi morfologi dan hubungan fenetik dari berbagai populasi sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Forsberg) yang ditanam di Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 2. Menyediakan data mengenai karakter morfologi berdasarkan ciri vegetatif dan generatif 14 populasi sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Forsberg) yang terdapat di Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Desa Playen, Gunung Kidul Yogyakarta 3. Untuk mengembangkan usaha pertanian dan perkebunan sukun untuk masyarakat sekitarnya G. Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini meliputi : 1. Variasi merupakan perbedaan dalam suatu spesies atau varietas yang disebabkan karena faktor genetis dan lingkungan 2. Hubungan fenetik atau kekerabatan fenetik yaitu hubungan kekerabatan didasarkan yang pada kesamaan sifat menyeluruh dari kelompokkelompok tumbuhan yang ada. Semakin banyak kesamaan yang dimiliki

7 oleh kelompok tumbuhan tersebut maka semakin dekat kekerabatannya, demikian juga sebaliknya 3. Tanaman sukun yang digunakan sebagai bahan penelitian yaitu berasal dari 14 daerah di Indonesia yang ditanam di hutan penelitian BBPBPTH (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan) desa Playen, Gunung Kidul Yogyakarta 4. Hutan Penelitian BBPBPTH (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan) desa Playen, Gunung Kidul Yogyakarta adalah hutan konservasi yang digunakan untuk pengembangan tanaman hutan seperti pulai, jati, sukun, cendana, kayu putih dan lain-lain yang merupakan hasil perbanyakan vegetatif yang berasal dari beberapa daerah maupun negara lain. Hal ini bertujuan untuk memuliakan tanaman tersebut dalam jangka waktu yang panjang.