BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stres menjadi fenomena psikologis yang dihadapi oleh mahasiswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Validitas dengan Korelasi Item Total Kuesioner Motivasi. Corrected Item-Total Correlation Sebagai r hitung

PENELITIAN. Hubungan Lingkungan Belajar Klinik dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa pada Program Pendidikan Ners

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

1. Bab II Landasan Teori

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. 1. Karakteristik Responden. a. Jenis Kelamin dan Usia. Berdasarkan rekapitulasi data, sebagian besar responden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES MAHASISWA DALAM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN SWASTA DI SEMARANG

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Diploma III keperawatan berperan sebagai perawat. terampil dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara mandiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cukup menjadi perhatian penting di masyarakat. Bau badan ketiak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2007). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasikan sebagai stimulus kecemasan (Videbeck, 2008). Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketentraman individu. Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar, diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Stuart, 2007) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi, 2007). Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : bahwa 1

2 kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Mahasiswa keperawatan sering mengalami kecemasan selama menempuh pendidikan keperawatan temasuk pada saat praktik klinik. Kecemasan berat pada saat praktik klinik dapat mempengaruhi intervensi mahasiswa kepada klien dan bahkan membahayakan klien (Melo, 2008). Praktik klinik di rumah sakit merupakan sumber signifikan yang membuat mahasiswa cemas apalagi bila dilakukan pertama kali karena untuk pertama kalinya mahasiswa melakukan intervensi langsung kepada klien (Helena, 2003). Locken dan Norberg (2007) mengatakan, mahasiswa jurusan keperawatan di Righam Young University, Utah, USA sering dihadapkan dengan kondisi yang dinamis, cemas, situasi stres, selama di dalam pendidikan klinik. Salah satunya mencakup menggunakan keterampilan yang baru didapat dari pendidikan klinik, mengelola pasien secara holistik, berurusan dengan staf/perawat senior yang mungkin tidak akomodatif dalam menerima kehadiran mahasiswa perawat dilingkup kerja mereka. Semua situasi ini, ditambah banyak lagi, menyebabkan rasa cemas tinggi dikalangan mahasiswa keperawatan saat mereka masuk kelahan praktik (Locken & Norberg, 2007).

3 Penelitian Demsa Simbolon (2007), sebagian besar (77,3%) mahasiswa keperawatan DIII di Bengkulu mengalami kecemasan dalam menghadapi praktik klinik keperawatan dengan tingkat kecemasan terbanyak adalah kecemasan ringan. Menurut jenis kelamin menunjukkan proporsi terbanyak pada mahasiswa perempuan. Penelitian Hart dan Rotem (2005, dalam Syarif & Masoum, 2005) menunjukkan bahwa pengalaman klinik yang pertama kali merupakan pengalaman yang paling menyebabkan cemas. Munculnya kecemasan pada diri mahasiswa akan mempengaruhi kualitas pembelajaran mahasiswa dalam lingkungan klinik dimana kecemasan akibat lingkungan baru dan perasaan tidak mampu/tidak berkompeten menghadapi situasi klinik akan menyebabkan mahasiswa tidak mampu berperan aktif dalam pembelajaran klinik, takut untuk melakukan sesuatu, menurunkan kemampuan berfikir kritis dan bahkan menyebabkan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengolah informasi dengan baik. Mahasiswa merasakan khawatir dikarenakan kurang pengetahuan dan pengalaman sehingga takut terjadi kesalahan dalam melaksanakan suatu tindakan keperawatan, hal tersebut dirasakan karena pembimbing memberikan tanggung jawab pasien kepada mahasiswa. Ada beberapa mahasiswa yang merasa tidak percaya diri untuk melakukan tindakan keperawatan karena tidak diberikan dukungan dalam mendapatkan keterampilan baru oleh pembimbing/staf perawat, hal lain yang mereka rasakan selama pembelajaran klinik yaitu merasakan jantung berdebar-debar.

4 Ada juga mahasiswa yang tidak dapat rileks karena pengaruh lingkungan klinik yang kaku selama praktik klinik, hal tersebut dikarenakan suasana lingkungan klinik yang tidak kondusif (Syahreni & Waluyanti, 2007). Praktek keperawatan merupakan kinerja dari pelayanan kesehatan yang memerlukan penerapan pengetahuan dan keterampilan keperawatan professional. Kinerja pelayanan kesehatan tersebut meliputi meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan publik, mengajarkan teori atau pratik keperawatan, melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan. Praktek klinik dirancang untuk memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa dalam mencapai keberhasilan program pendidikan. Pengalaman belajar dalam bentuk praktek klinik merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk menerapkan seluruh teori yang didapat dikelas maupun di laboratorium ke dalam suatu tatanan yang nyata yaitu lahan praktek di rumah sakit. Dalam melakukan tugasnya mahasiswa keperawatan yang baru pertama kali melakukan orientasi di sebuah rumah sakit tempat mereka praktik, mungkin akan mengalami rasa ketakutan, karena akan berhadapan dengan orang orang yang baru, tempat yang baru dan situasi yang baru. Dalam praktik klinik mahasiswa dapat mengimplementasikan teori-teori yang dipelajari dengan cara memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien. Selain itu mahasiswa juga belajar mengembangkan keterampilan, sikap professional dan belajar mengambil keputusan serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan saintifik dan penalaran etik (Astuti, 2010).

5 Tujuan dari praktik klinik selain menerapkan konsep adalah diharapkan peserta didik lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga terampil dalam menggunakan teori dan tindakan. Hal lain yang menjadi pencapaian di lahan klinik adalah kemampuan pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Di lahan klinik peserta didik juga dapat bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Nursalam & Ferry, 2008). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Finn, Thorburn, dan King (2000) yang dikutip dari Syahreni dan Waluyanti (2007) di temukan bahwa banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan saat berhadapan dengan masalah-masalah nyata selama menjalani praktek klinik. Penyebab masalah dalam menjalani praktek klinik sangat bervariasi diantaranya karena mahasiswa baru pertama kalinya menghadapi praktek klinik, pemahaman yang terbatas terhadap tugas, lingkungan baru dan pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien. Keberhasilan praktek klinik dipengaruhi oleh kesiapan pengetahuan, mental, emosi dan ketersediaan lingkungan pembelajaran yang kondusif (Syahreni & Waluyanti, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa keperawatan DIII Fikes UMP terhadap 10 mahasiswa angkatan 2013, didapatkan bahwa 7 mahasiswa mengatakan cemas dan 3 mahasiswa mengatakan tidak cemas dalam menghadapi praktek klinik. Meskipun didalam perkuliahan setiap mahasiswa telah dibekali dengan teori-teori dan

6 praktik-praktik sebelumnya, tetapi mahasiswa masih merasa cemas untuk menghadapi praktik langsung di lahan, karena akan berhadapan langsung dengan manusia atau pasien yang sebenarnya, berbeda saat di kampus yang sebagian besar pasiennya adalah pantom. B. Perumusan Masalah Mahasiswa keperawatan sering mengalami kecemasan selama menempuh pendidikan keperawatan temasuk pada saat praktik klinik. Kecemasan berat pada saat praktik klinik dapat mempengaruhi intervensi mahasiswa kepada klien dan bahkan membahayakan klien. Praktik klinik di rumah sakit merupakan sumber signifikan yang membuat mahasiswa cemas apalagi bila dilakukan pertama kali karena untuk pertama kalinya mahasiswa melakukan intervensi langsung kepada klien. Penyebab masalah dalam menjalani praktek klinik sangat bervariasi diantaranya karena mahasiswa baru pertama kalinya menghadapi praktek klinik, pemahaman yang terbatas terhadap tugas, lingkungan baru dan pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien. Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa Keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan. b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan mahasiswa Keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan. c. Menganalisa hubungan latar belakang pendidikan terhadap kecemasan mahasiswa Keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan. d. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan terhadap kecemasan mahasiswa Keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan. e. Menganalisa hubungan faktor lingkungan terhadap kecemasan mahasiswa Keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan.

8 f. Menganalisa hubungan tingkat keterampilan terhadap kecemasan mahasiswa Keperawatan Fikes UMP menghadapi praktek klinik keperawatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa keperawatan menghadapi praktek dan menerapkan ilmu metodologi penelitian yang telah didapatkan di bangku perkuliahan pada kenyataan sesungguhnya. 2. Bagi mahasiswa Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai informasi tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi praktek klinik keperawatan di rumah sakit. 3. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa menghadapi praktek klinik keperawatan. 4. Bagi ilmu pengetahuan Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya tentang faktor-faktor kecemasan mahasiswa dalam praktek

9 klinik keperawatan di Rumah sakit dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai kecemasan mahasiswa pada praktek klinik keperawatan. E. Penelitian Terkait Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini: 1. Widosari, Y.W. (2010) Perbedaan derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-Asisten di FK UNS. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan derajat kecemasaan dan depresi yang bermakna antara mahasiswa preklinik dan ko-asisten. Koasisten lebih cemas dan lebih depresi daripada mahasiswa preklinik (TMAS t= -3,238, p= 0,002 dan DBI t= -2,410, p= 0,019). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional dan variabel kecemasan, perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian menggunakan deskriptif analitik sedangkan pada penelitian ini menggunakan deskripsi korelasi. 2. Prabowo, S.P., & Sihombing, J.P.T. (2010) Gambaran Gangguan Kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Angkatan 2007. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kecemasan pada mahasiswa

10 Fakultas Kedokteran Universitas X angkatan 2007 cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya faktor keluarga, faktor individu, dan faktor lingkungan. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan variabel faktor lingkungan, perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian menggunakan deskriptif observasional sedangkan pada penelitian ini menggunakan deskripsi korelasi. 3. Irene., Soedibyo S., & Satari H.I. (2009) Pengalaman Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat V di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian merupakan survei, deskriptif, potong lintang. Hasil penelitiannya adalah lebih 50% dari 160 mahasiswa pernah menghadapi 10 dari 55 kasus yang terdapat dalam daftar kasus inti secara mandiri dan atau bersama-sama setidaknya satu kali. Lebih dari 50% mahasiswa pernah melakukan 7 dari 17 prosedur inti secara mandiri dan atau asistensi setidaknya satu kali. Lebih dari 50% mahasiswa setuju dengan cara mengajar supervisor, dan menilai bahwa hubungan supervisor dengan mahasiswa adalah baik. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama menggunakan deskriptif. Perbedaan populasi penelitian ini menggunakan mahasiswa keperawatan Fikes UMP DIII angkatan 2013. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013 Agustus 2014.