STUDI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI DI RUMAH SAKIT

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI DI RUMAH SAKIT

LAPORAN TEKNIS Pengembangan Kualitas Teknik FISH dengan Variasi Dual Probe. Yanti Lusiyanti Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi

FREKUENSI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI

PERANGKAT LUNAK CABAS VERSI 2.0 UNTUK PREDIKSI DOSIS RADIASI BERDASARKAN ANALISIS ABERASI KROMOSOM

PREDIKSI DOSIS SERAP RADIASI IONISASI DENGAN PERANGKAT LUNAK DOSE ESTIMATE VERSI 4.1

HUBUNGAN DOSIS RESPON ABERASI KROMOSOM YANG DIINDUKSI RADIASI GAMMA Co-60

STUDI INDUKSI ABERASI KROMOSOM OLEH SINAR X 200 KV SEBAGAI BIODOSIMETRI RADIASI

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PEMERIKSAAN ABERASI KROMOSOM TAK STABIL PADA SEL LIMFOSIT PEKERJA RADIASI

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

DETEKSI ABERASI KROMOSOM PADA PEMBELAHAN PERTAMA (M1) DAN KEDUA (M2) PADA SEL LIMFOSIT PERIFER PASCA IRRADIASI SINAR X

Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan

(~_~ 1,..-Go HUBUNGAN DOSIS-RESPON ABERASI KROMOSOM YANG DIINDUKSI OLEH SINAR

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

RESPON SITOGENETIK PENDUDUK DAERAH RADIASI ALAM TINGGI DI KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BIODOSIMETRI PAPARAN RADIASI DOSIS TINGGI DENGAN TEKNIK PREMATURE CHROMOSOME CONDENSATION

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

STUDI AWAL KURVA KALIBRASI UNTUK BIODOSIMETRI DOSIS TINGGI DENGAN TEKNIK PREMATURE CHROMOSOME CONDENSATION (PCC)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

Efek Paparan Sinar-X Terhadap Frekuensi Mikronukleus Sel Limfosit Dan Pemanfaatannya Untuk Pengembangan Dosimeter Biologi

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Buletin. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional ISSN Volume 14 Nomor 1, Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

SEMI OTOMATISASI KARIOTIPE UNTUK DETEKSI ABERASI KROMOSOM AKIBAT PAPARAN RADIASI

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI KROMOSOM TRANSLOKASI AKIBAT RADIASI GAMMA. Yanti Lusiyanti, Zubaidah Alatas, Sofiati P., dan Dwi Ramadhani

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA MELEBIHI BATAS YANG DITENTUKAN.

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Profil Hematologi dan Pemantauan Dosis Petugas Radiologi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

DOSIMETRI BIOLOGIK SITOGENETIK PADA LIQUIDATOR KECELAKAAN CHERNOBYL

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DETEKSI KROMOSOM DISENTRIK DAN TRANSLOKASI DALAM LIMPOSIT PEKERJA RADIASI

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

Oleh: Esti Widiasari S


PEMERIKSAAN ABERASI KROMOSOM STABIL DENGAN TEHNIK FLUORESENCE IN SITU HYBRIDIZATION

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN EFEK INTERAKSI RADIASI DENGAN SISTEM BIOLOGI SEBAGAI DOSIMETER BIOLOGI

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

DAMPAK RADIASI TERHADAP KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI RSUD ARIFIN ACHMAD, RS SANTA MARIA DAN RS AWAL BROS PEKANBARU ABSTRACT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EFEK RADIASI BAGI MANUSIA. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

2 sampai homogen dan diinkubasi 37o C dalam waterbath selama 1530 menit. Berikutnya tabungtabung dipusingkan 1000 RPM selama 10 menit, supernatan dibu

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

SECARA IN VITRO PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

III. METODOLOGI PENELITIAN

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

PENERAPAN EFEK INTERAKSI RADIASI DENGAN SISTEM BIOLOGI SEBAGAI DOSIMETER BIOLOGI

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGY AKARTA, 16 NOVEMBER 2011 STUDI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI DI RUMAH SAKIT Sofiati Purnami, Masnelli Lubis, Viria Agesti S, Yanti Lusiyanti, dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN, JI. Lebak Bulus Raya No.49 Jakarta Selatan email: ipungsp@batan.go.id ABSTRAK STUDI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI DI RUMAH SAKIT. Pekerja radiasi di rumah sakit merupakan kelompok pekerja yang berisiko menerima papa ran dari radiasi pengion seperti sinar-x dan Cobalt 60 secara tents menerus yang dapat menyebabkan kerusakan materi genetik. Studi sitogenetik memperlihatkan bahwa papa ran radiasi dosis rendah secara tents menerus dapat meningkatkan frekuensi kerusakan (aberasi) kromosom. Aberasi kromosom berkaitan erat dengan perubahan genetik yang dapat memicu perkembangan kanker sehingga meningkatnya frekuensi aberasi kromosom juga berarti meningkatnya risiko kecenderungan kanker. Oleh karena hal tersebut maka deteksi aberasi kromosom dapat digunakan untuk memprediksi risiko paparan radiasi ionisasi pada pekerja radiasi di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi tingkat kerusakan kromosom pada sel darah yang diinduksi oleh paparan radiasi akibat kerja pada para pekerja radiasi di rumah sakit. Sebanyak 1 ml sampel darah masing-masing dari 4 non pekerja radiasi dan 34 pekerja radiasi rumah sakit yang bertugas sebagai operator radioterapi dan radiodiagnostik serta dokter dan perawat dan juga fisikawan medis dikultur selama 48 jam dan dipanen kemudian dibuat preparatnya untuk diamati keberadaan aberasi kromosom dengan mikroskop sebanyak 250-500 sel metafase tiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe aberasi kromosom yang ditemukan adalah fragmen asentrik. Hal tersebut kemungkinan karena dosis radiasi yang diterima para pekerja belum cukup untuk menginduksi terbentuknya disentrik maupun ring. Kata Kunci : Aberasi kromosom, Pekerja radiasi rumah sakit, Fragmen asentrik, Radiasi ABSTRACT STUDY ON CHROMOSOME ABERRATION OF RADIATION WORKERS IN HOSPITAL. Hospital workers are at risk groups of workers who could receive continuously exposure from ionizing radiation such as X-rays and Cobalt 60 that may cause damage to genetic material. Cytogenetic studies show that continuously exposure to low doses of radiation can increase the frequency damage (aberrations) chromosome. Chromosome aberrations is closely related to genetic changes that can trigger cancer development so that increasing the frequency of chromosome aberrations trend also means the increased risk of cancer. Therefore the analysis of chromosome aberrations can be used to predict the risk of exposure to ionizing radiation in hospital worker. Research aimed to find out whether there were chromosome aberrations in hospital workers who are chronically exposed to low doses of radiation in long term. One milliliter of blood samples obtained each from 4 non radiation workers and 34 radiation workers in hospital staff as operators in radiotherapy and radiodiagnostic, as well as nurses, doctor, medical physicists were cultured for 48 h and harvested and then preparates was made to observe the presence of chromosome aberrations under microscope for 250 metaphase cells per sample. The results showed that the type of chromosome aberrations found were fragments asentric. This is probably because the radiation dose received by the workers was not enough to induce the formation of dicentrics or rings. Keywords: Chromosome aberration, Hospital workers, Acentric fragments, Radiation 1. PENDAHULUAN Pekerja radiasi di Rumah Sakit merupakan kelompok pekerja yang berisiko menerima paparan baik dari radiasi pengion seperti sinar-x dan Cobalt 60 maupun obat-obatan sitostatik serta gas anestesi yang dapat menyebabkan kerusakan materi genetik. Efek paparan radiasi pengion terhadap pekerja Sofiati Purnami dkk 477 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

rumah sakit merupakan salah satu topik yang banyak diteliti hingga kini. Efek tertunda paparan radiasi ionisasi dosis rendah dapat memperbanyak proses pembentukkan radikal bebas yang tidak stabil sehingga menyebabkan kerusakan kromosom (aberasi kromosom) [1]. Pekerja radiasi berpotensi menerima paparan radiasi dengan besaran dosis ekivalen yang melebihi atau mendekati nilai batas dosis yang diizinkan, bila terjadi suatu kecelakaan yang disebabkan tata kerja yang salah. Program pemantauan radiasi diterapkan secara rutin pada semua pekerja radiasi dengan menggunakan dosimeter fisika dan dosimeter biologi sebagai alat pemantau. Pemantauan dilakukan secara rutin dan periodik misalnya setiap 3, 6, atau 12 bulan sekali, bergantung pada kondisi kerja atau hasil pemantauan dan dapat juga dilakukan sewaktu-waktu jika diperlukan, misalnya akibat kecelakaan kerja. Pemantauan radiasi ekstemal diterapkan secara rutin pada semua pekerja radiasi, misalnya dengan menggunakan dosimeter sebagai alat pemantau, seperti dosimeter film dan dosimeter termoluminisence (TLD) [2,3] Meskipun besamya dosis yang digunakan semakin rendah dan budaya keselamatan dalam pemanfaatan radiasi semakin meningkat seiring perkembangan jaman, paparan radiasi ionisasi pada pekeija rumah sakit tetap harus diwaspadai karena berlangsung secara terus menerus (kronis). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja instalasi radiologi dan kedokteran nuklir di rumah sakit secara kronis menerima paparan radiasi dosis rendah selama bekerja [1,4]. Studi sitogenetik memperlihatkan bahwa paparan radiasi dosis rendah secara terus menerus dapat meningkatkan frekuensi aberasi kromosom. Aberasi kromosom berkaitan erat dengan perubahan genetik yang dapat memicu perkembangan kanker sehingga meningkatnya frekuensi aberasi kromosom juga berarti meningkatnya risiko kecenderungan kanker. Oleh karena hal tersebut analisis aberasi kromosom dapat digunakan untuk memprediksi risiko paparan radiasi ionisasi pada pekerja rumah sakit. Metode ini telah diterapkan untuk memantau status kesehatan pekerja rumah sakit sekaligus memprediksi nilai dosis serap yang diterima selama bekerja di rumah sakit [1,5]. Aberasi kromosom akibat radiasi ionisasi antara lain adalah terbentuknya kromosom asentrik (fragmen kromosom yang tidak mengandung sentromer), kromosom cincin, disentrik (kromosom dengan dua sentromer), dan translokasi (perpindahan fragmen antar satu atau lebih kromosom). Perubahan SEMINAR NASIONAL VII SDM TEKNOLOGI NUKLIR struktur kromosom yang spesifik terinduksi pajanan radiasi pada tubuh ialah kromosom disentrik. Frekuensi terbentuknya kelainan pada struktur kromosom bergantung pad a besar dosis, energi dan jenis radiasi yang diterima [6]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat kerusakan kromosom pada sel darah yang diinduksi oleh paparan radiasi akibat kerja pada para pekerja radiasi di rumah sakit. 2. METODE 2.1. Lokasi dan Waktu pelaksanaan. Penelitian ini dibagi dalam 2 kegiatan yaitu kegiatan laboratorium dan lapangan. Kegiatan lapangan bertujuan untuk pengambilan sampel darah peri fer pekerja radiasi di rumah sakit dengan lokasi lima rumah sakit di Pulau Jawa dan satu rumah sakit di Pulau Sumatera. Kegiatan laboratorium berkaitan dengan serangkaian proses pemeriksaan aberasi kromosom yang dilakukan di Laboratorium Sitogenetik Bidang Biomedika Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN. Penelitian dilakukan Desember 2010. pada bulan Mei 2010 sampai 2.2. Pengambilan Sampel darah Sampel darah pekerja radiasi rumah sakit diperoleh dari petugas (operator) radioterapi dan radiodiagnostik serta para dokter dan perawat juga fisikawan medis dengan kisaran umur 20-60 th tahun (Tabel 1). Kebiasaan merokok, laporan dosis TLD terakhir, dan masa kerja juga ditanyakan pad a setiap individu saat pengambilan sampel darah. Sedangkan sampel darah kontrol diperoleh dari bukan bekerja radiasi dengan kisaran umur 20-50 th dengan masa kerja 3-30 tho Setiap pekerja radiasi maupun kontrol diminta mengisi formulir biodata yang meliputi riwayat penyakit serta menandatangani informed consent (kesediaan memberikan sampel darah). Sekitar 3 ml darah tepi secara intravena menggunakan syringe diambil dan segera dimasukan kedalam tabung BD Vacutainer volume 6 ml yang telah berisi heparin sebagai anti koagulan. Sampel darah tersebut kemudian dibiakkan secara triplo masing-masing 1 ml. Terhadap 3 ml sampel darah yang telah diambil, selanjutnya dilakukan proses dimulai dari pembiakan, pemanenan, preparasi preparat, sampai pengamatan. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 478 Sofiati Purnami dkk

SEMINAR NASIONAL Fisikawan 22 Perawat Medis 24104 (n=22) 85 (n=3) 35 34174 94 91 1-3 Kontrol (n=4) Operator 2 21 32-24 13 4 1 59 I 1 Usia 0-10 21-30 SDM YOGY ISSN msv/th TEKNOLOGI 1978-0176 AKARTA, 16NUKLIR NOVEMBER VII Tabel 0-10 Laki-laki Ya 1. th Data kelompok pekerja radiasi di rumah 2011 sakit dan kontrol sebagai donor sampel darah yang dibagi dalam 5 Dokter 2.3. Pembiakan dan pemanenan sel darah Sebanyak 1 ml sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kultur yang telah berisi media pertumbuhan RPMI (Roswell Park Memorial Institute) 1640 yang telah diperkaya dengan L G/utamin (7,5 ml), FBS (Fetal Bovine Serum) (1 ml), Penstrep (Penicillin dan Streptomycin) (0,2 ml) dan PHA (Phytohemagglutinin) (0,25 ml) dengan sebelumnya ditambahkan 0,003 ml (5000 J.t/mL) heparin pada darah. Tabung kultur ditutup rapat dan disimpan dalam inkubator pada suhu 37 C dengan posisi miring sebesar 45 selama 48 jam. Pada waktu inkubasi 45 jam ditambahkan larutan colchisin (0,1 ml). Setelah masa inkubasi mencapai 48 jam kultur sel darah siap untuk dipanen. Darah dalam tabung kultur dipindahkan kedalam tabung sentrifus. Tabung kultur kemudian disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Supematan dibuang dan sisakan 1-2 ml dan digoyangkan agar tidak terjadi gumpalan. Kemudian pada endapan ditambahkan larutan carnoy (methanol : asam asetat = 1: 3) sebanyak 4 ml dan dihomogenkan dengan vortex kemudian ditambahkan lagi larutan carnoy hingga volume mencapai 10 ml dan digoyangkan hingga homo gen. Larutan disentrifus kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Supematan dibuang dan sisakan 1-2 ml dan digoyangkan agar tidak terjadi gumpalan. Kemudian pada endapan ditambahkan larutan carnoy hingga 10 ml dan dihomogenkan. Diulangi langkah tersebut beberapa kali hingga diperoleh supematan yang jemih dan endapan sel limfosit berwarna putih. 2.4. Pembuatan preparat Sebelum dibuat preparat tabung disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit dan supematan dibuang hingga hanya tersisa endapan dan sedikit supematan. Diambil sebanyak 35 J.tLdari endapan limfosit dan supematan kemudian diteteskan di atas gelas objek dengan mikropipet dan disimpan selama 48 jam pada suhu ruang kemudian diwamai larutan Giemsa 4% selama 10 menit. Preparat kemudian dikeringkan cover glass dan entellan. dan di tutup dengan 2.5. Pengamatan preparat Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali dan dihitung jumlah disentrik, fragmen asentrik dan cincin yang ditemukan dari 250-500 sel metafase tiap sampel. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini sampel darah dari Sofiati Purnami dkk 479 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

pekeija radiasi sebanyak 34 donor diperoleh dari 5 rumah sakit di pulau Jawa dan 1 rumah sakit di Sumatera yang memiliki fasilitas radiodiagnostik dan radioterapi sedangkan kontrol diperoleh dari non pekeija radiasi. Masa keija donor bervariasi yaitu 3 30 th sedangkan penerimaan dosis TLD atau film badge pekerja radiasi berkisar 0-10 msv/th. Pekerja radiasi kemungkinan terpapar radiasi gamma dan sinar X. Sampel yang diperoleh dibagi kedalam 5 kelompok yaitu dokter, perawat, fisikawan medis, operator radioterapi dan radiodiagnostik, serta kontrol. Jumlah sel metafase yang diamati tiap individu adalah sebanyak 250-500 sel dan total sel yang diamati adalah 9750 sel. Ditemukan satu fragmen pada sampel dokter dan tiga fragmen pada dua sampel yang berasal dari kelompok operator radioterapi dan radiodiagnostik (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aberasi kromosom yang ditemukan pada pekerja rumah sakit adalah fragmen asentrik dan tidak ditemukan kromosom disentrik maupun kromosom cincin. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan SEMINAR NASIONAL VII SDM TEKNOLOGI NUKLIR bahwa kelompok pekerja operator radioterapi dan radiodiagnostik merupakan kelompok pekerja yang lebih lama terpapar radiasi dosis rendah dibandingkan kelompok pekerja yang lain. Fragmen asentrik adalah patahan dari lengan kromosom yang tidak mengandung sentromer (Gambar la). Sentromer adalah bagian yang menyempit dan membagi kromosom menjadi dua Iengan yaitu lengan p pada bagian atas dan Iengan q dibagian bawah. Kromosom normal berjumlah 23 pasang dan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk berdasarkan letak sentromemya (Gambar 1b). Penelitian Kasuba dkk [1] juga menunjukkan bahwa tipe aberasi kromosom yang paling banyak ditemukan pada pekerja rumah sakit di Kroasia adalah fragmen asentrik. Penelitian Kasuba dkk [7] lainnya juga menunjukkan fenomena yang sarna yaitu tipe aberasi kromosom yang paling banyak ditemui pada pekerja rumah sakit di Kroasia yang terpapar sinar X dosis rendah secara kronis adalah fragmen asentrik Tabel 2. Hasil pemeriksaan aberasi kromosom tak stabil pada 34 pekerja radiasi rumah sakit dan 4 kontrol Kelompok Asentrik Jumlah 1250 10001 1500 62503 750 Total Diamati Disentrik Fragmen 0 Jumlah Kromosom JumJah Cincin Sel Dokter Perawat Fisikawan Medis Operator Kontrol pam bar la. Sel metafase dengan fragmen asentrik Gambar 1b. Sel metafase dengan kromosom normal Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BA TAN 480 Sofiati Purnami dkk

: - s1oca&imi SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII Fragmen asentrik yang ditemukan pad a penelitian kemungkinan adalah patahan kromosom yang kromosomnya tidak membentuk disentrik atau disebut sebagai aberasi kromosom tipe "break discontinuity" seperti terlihat pada Gambar 2 [8]. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aberasi kromosom tipe "break discontinuity" merupakan tipe banyak ditemui pad a pekerja rumah sakit. Penelitian Gadhia dkk [9] menunjukkan bahwa aberasi kromosom tipe "breaj(' adalah tipe yang paling banyak ditemui pada pekerja radioterapi dan radiodiagnostik, sama seperti hasil penelitan ini bahwa "break" ditemukan pada kelompok operator radioterapi dan radiodiagnostik. ~rrtrlc-rino to~ \" inl.mltu:l"~ DI$CONTINUITY paraunt.ricin~ INTRA-ARM INTRACHANGE "BREAK" J*iuntrlc tl'l~lo" i::> ~ INTRACHANGE INTER ARM ~, Gambar 2. Beberapa Tipe Aberasi Kromosom [8] Pada penelitian yang dilakukan tidak ditemukan kromosom disentrik maupun kromosom cincin (ring). Tidak ditemukannya kromosom disentrik dan cincin juga terjadi pada penelitian Cardoso dkk [5]. Tidak ditemukannya kromosom disentrik dan cincin kemungkinan disebabkan karena nilai dosis radiasi yang belum cukup untuk menginduksi terbentuknya disentrik maupun ring [5]. Kemungkinan lain jumlah sel metafase yang diamati tiap individu sampel pada penelitian ini kurang banyak sehingga belum ditemukan kromosom disentrik atau cine in, terlebih mengingat bahwa untuk mengetahui keberadaan disentrik akibat paparan radiasi dosis rendah diperlukan pengamatan jumlah sel dalam jumlah yang sangat besar [5]. Faktor lain yang menyebabkan tidak ditemukan kromosom disentrik dan cincin adalah bahwa mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) pada sel bekerja lebih baik saat paparan dosis rendah sehingga tidak ditemui kromosom disentrik maupun cincin [1,7]. 4. KESIMPULAN Pemeriksaan aberasi kromosom tak stabil pada 34 sampel pekerja radiasi rumah sakit menunjukkan bahwa tipe aberasi kromosom yang ditemukan adalah fragmen asentrik. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh nilai dosis radiasi yang belum cukup untuk menginduksi disentrik maupun ring. 6. DAFTAR PUSTAKA terbentuknya 1. KASUBA, v., ROZGAJ, R., and A, JAZBEC. Chromosome Aberrations in Peripheral Blood Lymphocytes of Croatian Hospital Staff Occupationally Exposed to Low Levels of Ionising Radiation, Arh Hig Rada Toksikol (2008) 59:251-259, 2, BAPETEN, Penyuluhan Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Jakarta (2002), 3. TUBIANA, M., The report to the French Academy of Science, Problems associated with the effects of low dose of ionizing radiation, J, Radiation Protection (1998), 18, 243-248. 4. AKHADI, M" Dasar-dasar Proteksi Radiasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta (2000). 5. CARDOSO, R.S., TAKAHASHI-HYODO, S" PEITL, P., GHIRALDI-NETO, T., and SAKAMOTO-HOJO, E.T., Evaluation of Chromosomal Aberrations, Micronuclei, and Sister Chromatid Exchanges in Hospital Workers Chronically Exposed to Ionizing Radiation, Teratogenesis Carcinog, Mutagen (2001) 21:431-439. 6. IAEA, Cytogenetic Analysis for Radiation Dose Assessment, Technical Reports Series No, 405, IAEA, Vienna (2001). 7, KASUBA, v., ROZGAJ, R., and K, SENTIJA., Chromosomal Aberration in Medical Staff Occupationally Exposed to X-rays: A follow-up Study, Arh Hig Radiat Toxicol (1998) 49(1):1-8. 8, SAVAGE, J.R.K., An Introduction to Chromosomal Aberrations. Atlas Genet Cytogenet Oncol Haematol, (1999). http:// AtlasGeneticsOnco logy. org/deep/chro ma ber.html, diakses tanggal4 Oktober 2010. 9. GADHIA, P.K., SHAH, N., NAHATA, S., PATEL, S., PATEL, K., PITHAWALA, M., and D, TAMAKUWALA., Cytogenetic Analysis of Radiotherapeutic and Diagnostic Workers Occupationally Exposed to Radiations, Int J (2004) Hum Genet, 4(1): 65-69. Sojiati Purnami dkk 481 Sekolah 7inggi Teknologi Nuklir-BATAN