ABSTRACT ABSTRAK. Pos 35 Ciawi, Bogor

dokumen-dokumen yang mirip
Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016

PERFORMA PUYUH PERIODE STARTER-GROWER YANG DIBERI RANSUM IMBUHAN MENGANDUNG BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) DAN JINTAN (CUMINUM CYMINUM)

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

Substitusi Ransum Jadi dengan Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol 34 No. 1: (Januari 2014) ISSN

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E PADA RANSUM TERHADAP FERTILITAS PUYUH. Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) SKRIPSI OLEH:

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Efektivitas Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Performa Puyuh Petelur Umur 7-14 Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

Penggunaan Tepung Limbah Kulit Kopi (Coffea arabica L) Dalam Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Javonica) Ahyar ABSTRAK

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

THE EFFECT OF LIGHT COLOR ON FEED INTAKE, EGG PRODUCTION, AND FEED CONVERSION OF JAPANESE QUAIL (Coturnix-coturnix japonica) ABSTRACT

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

MATERI DAN METODE. Materi

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH JENIS BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) DENGAN PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI PERIODE BERTELUR

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Materi

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PERSENTASE BOBOT KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM KOMERSIAL

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PERFORMAN PRODUKSI ITIK ALABIO (ANAS PLATHYRYNCHOS BORNEO) YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL DENGAN TAMBAHAN KROMIUM (CR) ORGANIK

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

EFFECT OF ADDITION OF DURIAN SEED MEAL IN FEED TO THE FEED CON- SUMPTION, HEN DAY PRODUCTION AND FEED CONVERSION ON QUAIL (Coturnix-coturnix japonica)

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

Suplementasi Tepung Jangkrik Sebagai Sumber Protein Pengaruhnya Terhadap Kinerja Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Puyuh terus

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN NON KOMERSIAL TERHADAP EFISIENSI PAKAN PUYUH PETELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

THE EFFECT OF ADDITION DURIAN SEED FLOUR IN FEED ON FEED CONSUMPTION, BODY WEIGHT GAIN, AND CARCASS PERSENTAGES OF QUAIL (Coturnix-coturnix japonica)

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

Ade Trisna*), Nuraini**)

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Efi Rokhana 1, Waryani Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian UNISKA Kediri 2. SMK Negeri 1 Gondang Nganjuk

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

Transkripsi:

Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017 103 PEMBERIAN TEPUNG JAHE (ZINGIBER OFFICINALE) DAN TEPUNG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA) PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERFORMA PUYUH (COTURNIX COTURNIX JAPONICA) PERIODE LAYER THE GIVING OF GINGER FLOUR (ZINGIBER OFFICINALE) AND TURMERIC FLOUR (CURCUMA DOMESTICA) ON COMMERCIAL FEED TO QUAIL (COTURNIX COTURNOC JAPONICA) PERFORMANCE OF LAYER S Bashar1a, H Nur1, dan D Sudrajat 1 1Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720. akorespondensi: Septiar Bashar, E-mail: septiarb@gmail.com (Diterima oleh Dewan Redaksi: xx-xx-xxxx) (Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: xx-xx-xxxx ) ABSTRACT The quail is one kind of poultries that can give the distribution of society interests in case of eggs providing. There are kinds of research that related to feed aspect, one of them is the way to increase the quality of feed by adding ginger flour and turmeric flour on commercial feed. The aim of this research is to review the influences of giving the ginger flour (Zinger officinale) and turmeric flour (Curcuma domestica) on commercial feed toward quail performance (cortunix cortunix japonica) in layer period. Complete randomized design with used by the following treatment: P0 (commercial feeding without ginger flour and turmeric flour), P1 (commercial feeding with 1% ginger flour), P2 (commercial feeding with 1% turmeric flour), and P3 (feed commercial with 0.5% ginger flour and 0.5% turmeric flour). The treatment was conducted to quail aged 35 days until 67 days old. The feed and drink was given by adlibitium (always available). Giving ginger flour and turmeric flour does not affect the feed consumption, egg s weight, feed convertion, depletion, and the production of quail s egg in layer period, however, by adding 1% ginger on rations that is used, it can improve the convertion in the amount of 12.4% and increase the producing of egg in the amount of 19.9%. Key words : Quail performance of layer period, ginger flour, turmeric flour, commercial feed ABSTRAK Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dapat memberikan kontribusi bagi kepentingan masyarakat dalam hal penyediaan telur. Terdapat berbagai macam penelitian yang berkaitan dengan aspek pakan, salah satunya yaitu cara meningkatkan kualitas pakan dengan menambahkan tepung jahe dan tepung kunyit pada pakan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian tepung jahe (Zingiber officinale) dan tepung kunyit (Curcuma domestica) pada pakan komersial terhadap performa puyuh (Coturnix coturnix japonica) periode layer. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan sebagai berikut: P0 (Pakan komersial tanpa tepung jahe dan tepung kunyit), P1 (Pakan komersial dengan 1 % tepung jahe), P2 (Pakan komersial dengan 1 % tepung kunyit), dan P3 (Pakan komersial dengan 0.5 % tepung jahe dan 0.5 % tepung kunyit). Perlakuan dilakukan pada puyuh berumur 35 hari hingga umur 67 hari. Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum (selalu tersedia). Pemberian tepung jahe dan tepung kunyit tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan, bobot telur, konversi pakan, deplesi, dan produksi telur puyuh periode layer, namun dengan pemberian jahe 1% pada ransum yang digunakan dapat memperbaiki konversi sebesar 12.4 % dan meningkatkan produksi telur sebesar 19.9 %. Kata kunci : performa puyuh periode layer, tepung jahe, tepung kunyit, pakankomersial.

104 Bashar et al. Performa Puyuh Periode Layer S Bashar, H Nur, D Sudrajat. 2017. Pemberian Tepung Jahe (Zingiber officinale) dan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) pada Pakan Komersial Terhadap Performa Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) Periode Layer. Jurnal Peternakan Nusantara 3(2): 103-109. PENDAHULUAN Puyuh potensial untuk dikembangkan dan diambil telurnya karena termasuk unggas penghasil telur terbesar setelah ayam ras petelur. Pemeliharaan puyuh terbagi dalam tiga periode yaitu periode starter (periode indukan 0-21 hari), periode grower (periode pertumbuhan 21-45 hari), periode layer (periode produksi telur lebih dari 45 hari). Pengembangan peternakan puyuh harus diperhatikan aspek penting seperti manajemen pemeliharaan. Manajemen yang layak dan baik perlu diterapkan untuk meningkatkan nilai performa puyuh. Terdapat berbagai cara untuk meningkatkan performa puyuh periode layer, salah satunya melalui aspek pakan. Pemberian pakan termasuk aspek penting dan aktivitas rutin dalam beternak puyuh. Terdapat macam penelitian mengenai pakan, salah satunya yaitu cara meningkatkan kualitas pakan dengan menambahkan tepung jahe dan tepung kunyit pada pakan komersial. Rahmat dan Kusnadi (2008) menyatakan pemberian kunyit sampai dengan 0.5% pada ayam broiler dapat meningkatkan performa. Menurut Mario et al. (2009) pemberian kombinasi tepung jahe, tepung kunyit dan meniran sebanyak 1.6% dalam pakan, mampu meningkatkan pencernaan protein sehingga menghasilkan performa yang baik bagi ayam pedaging. Informasi mengenai pemanfaatan tepung jahe dan tepung kunyit sebagai pakan tambahan ternak unggas selain ayam pedaging masih terbatas. Dengan demikian, pemberian tepung jahe dan tepung kunyit pada pakan komersial terhadap performa puyuh periode layer perlu diteliti.tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian tepung jahe dan tepung kunyit dalam ransum terhadap performa puyuh periode layer. Materi MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada 1 Februari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017. Lokasi penelitian yaitu Unit Pondok Wirausaha Farm Dewin Assalam SQF (Slamet Quail Farm) Jl. Pelabuhan II KM. 20 Sukamantri Desa/Kec. Cikembar Sukabumi-Jawa Barat. Alat yang digunakan yaitu kandang puyuh, sangkar puyuh periode layer, lampu, keranjang puyuh, tempat pakan, tempat minum, timbangan digital, egg tray (tempat menyusun telur), termometer suhu, peralatan kebersihan dan peralatan tulis. Bahan yang digunakan yaitu puyuh periode layer sebanyak 225 ekor, pakan komersial berbentuk mash (tepung), air bersih, tepung jahe putih, dan tepung kunyit. Kandang yang digunakan adalah tipe kandang terbuka (open house) dengan tipe atap monitor. Kandang tersebut memiliki ukuran 8 x 4 x 4.2 m (p x l x t). Di dalam kandang tersebut terdapat sangkar yang digunakan untuk penelitian. Sangkar tersebut merupakan sangkar puyuh periode layer dengan ukuran 100 x 60 x 177 cm. Terdapat lima tingkat dari setiap sangkarnya dengan ukuran pertingkat yaitu 100 x 60 x 20 (tinggi bagian depan) x 15 (tinggi bagian belakang) cm. Bahan utama yang digunakan yaitu tepung jahe putih dan tepung kunyit. Kedua bahan tersebut merupakan produk jadi (gilingan) yang didapatkan dari pasar tradisional. Jenis pakan komersial yang digunakan yaitu berbentuk mash. Pakan tersebut bermerek dagang SP-2 yang diproduksi oleh PT Shinta Prima Feedmill. Berikut kandungan nutrisi pakan SP-2 yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan nutrisi pakan SP-2 Kandungan nutrisi Jumlah (%) Kadar air Maksimal 12 Protein kasar 20-22 Lemak kasar 4-7 Serat kasar Maksimal 6 Abu Maksimal 13.5 Kalsium 3.2-4.0 Fosfor 0.6-0.9 Sumber: PT Shinta Prima Feedmill (2017)

Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017 105 Perlakuan Perlakuan pada ternak puyuh dilaksanakan saat puyuh berumur 35 sampai dengan 67 hari. Data diamati pada saat puyuh berumur 40 hari. Berikut adalah jenis perlakuan yang dilakukan pada penelitian: P0 : Pemberian pakan kontrol (pakan komersial tanpa tepung jahe dan tepung kunyit). P1 :Pemberian pakan komersial dengan 1 % tepung jahe putih. P2 : Pemberian pakan komersial dengan 1 % tepung kunyit. P3 : Pemberian pakan kombinasi (pakan komersial dengan 0.5 % tepung jahe dan 0.5 % tepung kunyit). Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian yaitu RAL (rancangan acak lengkap). Terdapat empat perlakuan dengan empat ulangan yang diuji dalam penelitian. Berikut model matematika yang digunakan dalam penelitian: Keterangan: Yij = µ + Ti + αij Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j. µ = Nilai tengah umum. Ti = Pengaruh frekuensi pemberian pakan ke-i. αij = Pengaruh galat percobaan pada frekuensi pemberian pakan ke -i pada ulangan ke-j. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada performa puyuh periode layer yaitu konsumsi pakan, rataan bobot telur, konversi pakan, deplesi (sakit atau mati), dan produksi telur. Konsumsi pakan diamati pada pagi hari sebelum pemberian pakan baru dilakukan. Konsumsi pakan diperoleh dengan cara menghitung selisih dari jumlah pemberian pakan dengan sisa pakan, kemudian ditotal dan dirata-ratakan setiap minggunya (g/ekor/hari). Bobot telur diperoleh dengan cara menimbang telur yang dikoleksi, kemudian dibagi dengan jumlah telur yang dikoleksi (g/butir). Konversi pakan diperoleh dengan cara mencatat jumlah konsumsi pakan dibagi dengan total bobot telur per minggu. Deplesi diperoleh dengan cara mencatat jumlah puyuh yang dikeluarkan akibat sakit atau mati, dibagi dengan total puyuh yang sedang diamati dan dikali 100%, kemudian dirata-ratakan setiap minggunya. Produksi telur dihitung dengan menggunakan rumus quail day untuk mendapatkan nilai persentase. Rumus quail day yaitu produksi telur yang diperoleh dibagi dengan jumlah puyuh hidup setiap saat dan dikali 100%. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka analisis dilanjutkan dengan uji lanjut jarak ganda Duncan dengan menggunakan bantuan piranti program SPSS 16. Prosedur Pelaksanaan Sebelum penelitian dilakukan peralatan dan Kandang dan sangkar disanitasi dengan larutan air + deterjen dan didiamkan/dikeringkan selama 2 hari sebelum penelitian dilakukan. Selama penelitian, kandang dan sangkar disanitasi secara rutin dengan cara membuang kotoran yang terdapat pada sangkar dan menyapu lantai kandang. Sanitasi tersebut dilakukan setiap pagi hari agar kebersihan kandang tetap terjaga. Ternak puyuh yang telah berumur 35 hari dipindahkan ke kandang dan sangkar khusus penelitian. Terdapat 15 ekor puyuh/tingkat dari setiap perlakuan dan ulangan. Masa adaptasi lingkungan dan pakan pada puyuh dilakukan selama 5 hari dengan masing-masing perlakuan yang diuji. Pemberian pakan dan air minum pada ternak puyuh selama penelitian yaitu adlibitum (selalu tersedia). Pemberian pakan, pemberian air minum, dan pengoleksian telur dilaksanakan setiap pagi hari untuk memudahkan proses penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Performa ternak merupakan salah satu aspek keberhasilan dalam pemeliharaan ternak puyuh. Berikut adalah hasil performa puyuh periode layer selama penelitian (4 minggu) yang dapat dilihat pada Tabel 2.

106 Bashar et al. Performa Puyuh Periode Layer Tabel 2 Performa Puyuh Periode Layer Selama Penelitian Peubah Perlakuan P0 P1 P2 P3 Konsumsi (g/e/hari) 20.83 ± 0.65 20.47 ± 0.99 20.82 ± 0.63 19.82 ± 0.61 Bobot Telur 10.13 ± 0.30 10.40 ± 0.22 10.20 ± 0.22 10.27 ± 0.19 (g/butir) Konversi 6.30 ± 0.50 5.52 ± 1.08 7.42 ± 0.61 8.55 ± 1.92 Deplesi 6.70 ± 0.00 5.00 ± 6.37 6.67 ± 5.42 6.67 ± 13.35 (%) Produksi (%) 37.33 ± 2.08 44.75 ± 10.24 37.25 ± 3.30 27.75 ± 5.68 Keterangan : P0 : Pemberian pakan kontrol (pakan komersial tanpa tepung jahe dan tepung kunyit). P1 :Pemberian pakan komersial dengan 1 % tepung jahe putih. P2 : Pemberian pakan komersial dengan 1 % tepung kunyit. P3 : Pemberian pakan kombinasi (pakan komersial dengan 0.5 % tepung jahe dan 0.5 % tepung kunyit). Konsumsi Pakan Nilai rata-rata konsumsi pakan pada P0 sebesar 20.83 g/ekor/hari, P1 sebesar 20.47 g/ekor/hari, P2 sebesar 20.82 g/ekor/hari, sedangkan P3 sebesar 19.82 g/ekor/hari (Tabel 2). Menurut Tiwari dan Panda (1978) konsumsi pakan puyuh yaitu 17.5 g/ekor/hari pada umur 31-35 hari kemudian meningkat menjadi 22.1 g/ekor/hari pada umur 51-100 hari dan tidak meningkat lagi setelah umur 100 hari, sedangkan menurut Abidin (2002) kebutuhan pakan puyuh petelur umur 41 hari hingga afkir yaitu 17-20 g/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan puyuh sudah terpenuhi dan sesuai dengan literatur. nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakan setiap perlakuan yang diuji sudah sesuai dengan kebutuhan. Nilai rata-rata konsumsi pakan pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat berada pada kisaran angka yang relatif sama yaitu 20 g/ekor/hari. Berikut adalah konsumsi pakan per minggu yang dapat dilihat pada Gambar 1 Gambar 1 Grafik Konsumsi Pakan Puyuh per Minggu Bobot Telur Nilai rata-rata bobot telur pada P0 sebesar 10.13 g/butir, P1 sebesar 10.40 g/butir, P2 sebesar 10.20 g/butir, sedangkan P3 sebesar 10.27 g/butir (Tabel 2). Menurut Tiwari dan Panda (1978) berat rata-rata telur puyuh sebesar 7 g pada hari pertama kali bertelur (35 hari), 10 g pada umur 56 hari dan berat telur akan meningkat 1 g pada umur 57-81 hari, serta relatif konstan sampai berat telur mencapai 11 g. Listyowati dan Roospitasari (2009) menyatakan bahwa berat rata-rata yang dihasilkan puyuh Coturnix coturnix japonica yaitu 10 g/butir. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot telur dari setiap perlakuan sudah sesuai dengan literatur. nyata (P>0.05) terhadap bobot telur. Nilai ratarata bobot telur pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat berada pada kisaran angka yang relatif sama yaitu 10 g/butir.

Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017 107 Berikut adalah bobot telur per minggu yang dapat dilihat pada Gambar 2. menunjukkan tingkat efiensi penggunaan pakan semakin tinggi per minggunya. Berikut adalah Nilai konversi pakan per minggu yang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 2 Bobot Telur Puyuh per Minggu Konversi Pakan Konversi pakan mengacu pada produktivitas puyuh dalam menghasilkan telur. Angka konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan dengan bobot telur yang dihasilkan per minggunya. Angka konversi pakan pada P0 sebesar 6.30, P1 sebesar 5.52, P2 sebesar 7.42, sedangkan P3 sebesar 8.55 (Tabel 2). nyata (P>0.05) terhadap konversi pakan. Jika dilihat dari nilai konversi pakan yang ditunjukkan pada Tabel 2, pemberian tepung jahe (P1) memiliki nilai konversi yang lebih rendah dari pakan kontrol (P0), walaupun hasil sidik ragam menunjukkan bahwa P1 tidak berpengaruh nyata terhadap P0. Hal ini menunjukkan bahwa P1 dapat memperbaiki tingkat efisiensi pakan, karena terjadi perbaikan konversi sebesar 12.4 % dari pakan kontrol (P0). Angka konversi pakan menunjukkan tingkat penggunaan pakan dimana semakin rendah angka konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan semakin tinggi dan sebaliknya semakin tinggi angka konversi pakan maka tingkat efisiensi pakan semakin rendah (Campbell, 1994). Nilai konversi pakan pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat terus mengalami penurunan. Hal ini Gambar 3 Konversi Pakan Puyuh per Minggu Konversi pakan yang dihasilkan pada minggu pertama tergolong tinggi karena puyuh baru memasuki periode produksi, sehingga telur yang diproduksi masih tergolong rendah. Konversi pakan pada semua perlakuan berangsur menurun di setiap minggunya. Menurut Campbell (1984) angka konversi tinggi biasanya diperoleh pada awal produksi, karena puyuh sedikit menghasilkan telur namun tetap mengkonsumsi sejumlah ransum, kemudian konversi akan menurun sejalan meningkatnya produksi telur. Angka konversi pakan terendah mulai diperoleh pada minggu keempat yaitu P0 sebesar 3.4, P1 sebesar 2.9, P2 sebesar 3.4, dan P3 sebesar 4.6. Hal ini menunjukkan bahwa angka konversi pakan sudah tergolong baik pada umur puyuh memasuki 61 sampai dengan 67 hari (minggu keempat) yaitu berada pada kisaran angka 3. Hasil ini lebih cepat diperoleh dibandingkan dengan pernyataan Tiwari dan Panda (1978) bahwa nilai rataan konversi pakan pada puyuh umur 51 sampai 100 hari yaitu 4.3, sedangkan menurut Wilson et al. (1978) bahwa konversi pakan puyuh sebesar 3.0 dicapai pada umur 175 sampai 224 hari. Deplesi Deplesi yaitu puyuh yang dikeluarkan dari dalam sangkar karena faktor-faktor tertentu.

108 Bashar et al. Performa Puyuh Periode Layer Puyuh yang dikeluarkan dalam penelitian ini disebabkan karena puyuh tersebut terserang penyakit dan mengalami kematian. Deplesi selama penelitian pada P0 sebesar 6.70%, P1 sebesar 5.00%, P2 sebesar 6.67%, sedangkan P3 sebesar 6.67% (Tabel 2). perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap deplesi. Hal ini menunjukkan bahwa daya tahan tubuh puyuh tetap baik dari setiap perlakuan yang diuji. Pada pakan komersial sendiri telah mengandung antioksidan. Sama halnya dengan jahe dan kunyit yang memiliki antibiotik alami. Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011) tanaman Zingiberaceae (jahe dan kunyit) telah digunakan dalam dunia pengobatan karena memiliki kandungan kurkumoid yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Deplesi dari setiap perlakuan yang diuji pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat dapat dilihat pada Gambar 4. nyata (P>0.05) terhadap produksi telur. Jika dilihat dari nilai produksi telur yang ditunjukkan pada Tabel 2, pemberian tepung jahe (P1) memiliki nilai produksi yang lebih tinggi dari pakan kontrol (P0), walaupun hasil sidik ragam menunjukkan bahwa P1 tidak berbeda nyata terhadap P0. Terjadi peningkatan produksi telur sebesar 19.9 % pada ransum P1 dibandingkan ransum P0. Hal ini menunjukkan bahwa P1 dapat memperbaiki tingkat produksi telur. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produksi telur adalah kualitas pakan. Menurut Rasyaf (1991) ransum yang dikonsumsi, baik itu kuantitas dan kualitasnya sangat mempengaruhi produksi telur. Persentase produksi telur pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat terus mengalami peningkatan. Berikut adalah produksi telur per minggu yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4 Deplesi Puyuh per Minggu Produksi Telur Puyuh Telur merupakan produk utama dalam beternak puyuh. Dalam melihat tinggi atau rendahnya suatu produksi telur dapat ditentukan dengan rumus quail day. Semakin tinggi nilai persentase quail day maka produksi telur yang dihasilkan semakin baik. Produksi telur pada P0 sebesar 37.33%, P1 sebesar 44.75%, P2 sebesar 37.25%, sedangkan P3 sebesar 27.75% (Tabel 2). Gambar 5 Produksi Telur Puyuh per Minggu Produksi telur yang dihasilkan pada minggu pertama tergolong rendah karena puyuh baru memasuki periode produksi. Persentase produksi telur tertinggi mulai diperoleh pada minggu keempat (umur 61 sampai 67 hari) yaitu P0 sebesar 56.00%, P1 sebesar 67.25%, P3 sebesar 60.75%, dan P3 sebesar 41.50% (Gambar 6). Nilai persentase tersebut masih dikatakan rendah karena puyuh belum mencapai puncak produksinya. Menurut Wuryadi (2014) puncak produksi puyuh petelur terjadi pada umur 3 sampai 5 bulan (90

Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017 109 sampai 150 hari) dengan rata-rata produksi telur dalam satu populasi berkisar 78 85 %. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Pemberian tepung jahe dan tepung kunyit tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan, bobot telur, konversi pakan, deplesi, dan produksi telur puyuh periode layer, namun dengan pemberian jahe 1% pada ransum yang digunakan dapat memperbaiki konversi sebesar 12.4 % dan meningkatkan produksi telur sebesar 19.9 %. Implikasi Perlu dilakukan penelitian serupa dengan memperpanjang masa penelitian hingga puyuh mencapai puncak produksi. DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh Si Kecil Yang Penuh Potensi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Anggorodi R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Campbell W. 1984. Principles of Fermentation Technology. Pergaman Press, New York. Hapsoh, Hasanah Y. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press. Hal. 53. Listiyowati E, Roospitasari K. 2009. Beternak Puyuh Secara Komersial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Mario S, Widodo E, Sjofjan O. 2009. Pengaruh Penambahan Kombinasi Tepung Jahe Merah, Kunyit dan Meniran dalam Pakan terhadap Kecernaan Zat Makanan dan Energi Metabolis Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 1 8. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Rahmat A, Kusnadi E. 2008. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcumadomestica Val.) Dalam Ransum Yang Diberi Minyak Jelantah Terhadap Performan Ayam Broiler (The Effect of Curcuma domestica In Ration That Containing Residue Coconut Oil on Broiler Performance). Jurnal Ilmu Ternak, Juni 2008, Vol. 8, No. 1, 25 30. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang Rasyaf M. 1991. Memelihara Burung Puyuh. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Tiwari KS, Panda B. 1978. Production and Quality Characteristics of Quail Eggs. Indian Journal of Poultry Sci 13 (1): 27-32. Wilson W, Abbot UK, Abplanalp H. 1978. Evaluation of Coturnix (Coturnix coturnix japonica) as Pilot Animal Poultry. Poultry Sci. 40: 651-657 Wuryadi S. 2014. Beternak dan Berbisnis Puyuh 3.5 Bulan Balik Modal. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka