BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang menjadi masalah masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi, gizi, kecerdasan, kehilangan darah serta kehilangan karbohidrat dan protein, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2006, mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing tambang(hookworm). 1 Prevalensi kecacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. Manusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus (cacing perut), yang dapat mengakibatkan masalah bagi masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths). Diantara cacing tersebut adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Jenis-jenis cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya. 2 Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminths yang sering dijumpai pada anak usia Sekolah Dasar yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm. Hasil survei kecacingan Sekolah Dasar di 27 Propinsi Indonesia menurut jenis cacing tahun 2002 2006 didapatkan bahwa pada tahun 2002 prevalensi Ascaris lumbricoides 22,0%, Trichuris trichiura 19,9% dan Hookworm 2,4%. Tahun 2003 1
prevalensi Ascaris lumbricoides 21,7%, Trichuris trichiura 21,0% dan Hookworm 0,6%. Tahun 2004 prevalensi Ascaris lumbricoides 16,1%, Trichuris trichiura 17,2% dan Hookworm 5,1%. Tahun 2005 prevalensi Ascaris lumbricoides 12,5%, Trichuris trichiura 20,2% dan Hookworm 1,6% dan pada tahun 2006 prevalensi Ascaris lumbricoides 17,8%, Trichuris trichiura 24,2% dan Hookworm 1,0%. 3 Prevalensi cacingan yang tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti perkebunan karet di Sukabumi Jawa Barat (93,1%) dan perkebunan kopi di Jawa Timur (80,69%). Prevalensi Ascaris di beberapa desa di Pulau Sumatera (78%), Kalimantan (79,0), Sulawesi (88,0), Nusa Tenggara Barat (92,0) dan Jawa Barat (90%). 4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2007) pada anak SD Jatimulya 03 Suradadi Kabupaten Tegal dari 72 responden 11,1% terinfeksi telur cacing tambang dan 65,3% terinfeksi telur cacing kremi. 5 Pengobatan secara masal dan secara individu terhadap infeksi telah banyak dilakukan, namun kejadian infeksi terhadap penyakit ini masih juga tinggi. Sebaliknya penelitian dengan melakukan dan intervensi lingkungan dapat menurunkan angka kesakitan penyakit infeksi parasit dalam masyarakat. Pengobatan dapat menghilangkan infeksi cacing sesaat saja, dan penderita dapat terkena infeksi cacing lagi apabila pola hidupnya tidak sehat. Ternyata pengobatan saja tanpa disertai perubahan Pengetahuan, Sikap dan Praktek (PSP), tidak dapat menurunkan angka reinfeksi penyakit ini. 6 Penyuluhan masyarakat adalah upaya memberdayakan individu, kelompok dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi, melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat. Penyuluhan dalam memberantas kecacingan bertujuan untuk meningkatkan praktek hidup bersih dan sehat. 7 Terdapat beberapa jenis metode yang biasa digunakan dalam bidang. Ceramah merupakan salah satu metode yang dapat 2
menyampaikan beberapa topik bahasan sekaligus dalam waktu bersamaan. Di dalam metode ini penyuluh lebih dominan memberikan materi sedangkan yang peserta lebih dominan mendengarkan. Metode ini relatif lebih efisien dan sederhana serta mampu menjangkau banyak audiens dalam waktu bersamaan. 8 Sedangkan cerita bergambar tentang kecacingan merupakan suatu cerita bergambar yang disusun secara sederhana namun jelas, serta menyesuaikan selera baca anak-anak sekolah dasar. Cerita bergambar yang merupakan alat bantu komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang kecacingan. 9 Madrasah Ibtidaiyah (MI) An Nur terletak di Kelurahan Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Kondisi lingkungan di SD tersebut cukup memprihatinkan, di mana halaman sekolah sebagian besar masih berupa tanah. Halaman sekolah berbatasan langsung dengan ladang yang tidak terawat, di mana bila musim hujan sering terjadi banjir. Berdasarkan observasi, pada waktu istirahat banyak siswa yang bermain dengan tanah, bahkan makan dan minum tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Disamping itu pada saat berolah raga para siswa banyak yang melepas sepatu sehingga beraktifitas tanpa menggunakan alas kaki. Perilaku tersebut merupakan factor resiko yang memungkinkan siswa tersebut terinfeksi kecacingan. Berdasarkan studi pendahuluan dengan menanyakan pengetahuan tentang kecacingan terhadap 15 orang siswa kelas IV sampai kelas VI secara acak, diperoleh informasi bahwa tidak ada satu siswapun yang mengetahui tentang istilah kecacingan, meskipun pernah mendengar istilah kreminen namun mereka tidak mengetahui sebab dari penyakit tersebut adalah karena terinfeksi cacing, yang mereka tahu penyakit tersebut disebabkan oleh karena terlalu banyak makan kelapa muda parut. Disamping itu berdasarkan penuturan pihak sekolah, Puskesmas terdekat belum pernah memberikan tentang kecacingan terhadap siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) An Nur. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dengan media cerita bergambar dan ceramah terhadap pengetahuan 3
dan sikap tentang kecacingan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah An Nur, Kelurahan Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. B. Perumusan Masalah Cacing, terutama cacing dewasa menimbulkan penyakit dan gangguan pada manusia. Kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. 1 Pengobatan secara masal dan secara individu terhadap infeksi kecacingan telah banyak dilakukan, namun kejadian infeksi terhadap penyakit ini masih juga tinggi. Sebaliknya penelitian dengan melakukan dan intervensi lingkungan dapat menurunkan angka kesakitan penyakit infeksi parasit dalam masyarakat. 6 Berdasarkan perumusan masalah tersebut, disusun pertanyaan penelitian : Adakah pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap tentang kecacingan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum 2. Untuk mengetahui pengaruh dengan media cerita bergambar dan ceramah terhadap pengetahuan dan sikap tentang kecacingan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) An Nur Kelurahan Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang 3. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar tentang kecacingan. b. Mendiskripsikan pengetahuan sebelum dan sesudah dengan media ceramah tentang kecacingan. c. Mendiskripsikan sikap sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar tentang kecacingan. d. Mendiskripsikan sikap sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar tentang kecacingan. 4
e. Menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar. f. Menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dengan media ceramah. g. Menganalisis peningkatan pengetahuan setelah diberi dengan media cerita bergambar dan ceramah. h. Menganalisis perbedaan sikap sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar. i. Menganalisis perbedaan sikap sebelum dan sesudah dengan media ceramah. j. Menganalisis peningkatan sikap setelah diberi dengan media cerita bergambar dan ceramah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan: 1. Manfaat Praktis Meningkatkan kewaspadaan masyarakat untuk menghindari terinfeksi kecacingan yang dapat mempengaruhi kondisi. 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis Menambah khasanah ilmiah dalam bidang Kesehatan Masyarakat tentang dengan media cerita bergambar dan ceramah pengaruhnya terhadap pengetahuan dan sikap tentang kecacingan. E. Bidang Ilmu Lingkup keilmuan penelitian ini dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama tentang Epidemiolgi. 5
F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1.1. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian n o Peneliti Judul Desain studi Variabel bebas dan terikat Hasil 1 Ikhsan 2006 Hubungan Pengetahuan, perilaku hidup sehat dan pendapatan perkapita dengan infestasi cacing pada anak SD Jatimulya 03 cross sectional -Pengetahuan tentang kecacingan -Perilaku sehat -Pendapatan perkapita hidup -Infestasi cacing Ada hubungan antara perdapatan perkapita dengan infestasi telur cacing. Ada hubungan antara pengetahuan dengan infestasi telur cacing. Ada hubungan antara perilaku dengan infestasi telur cacing. 2 Hotber ER Pasaribu 2005 3 Putri Pandu Pertiwi Perbandingan metode ceramah tanya jawab dengan menggunakan buku kecacingan dalam mencegah reinfeksi Ascaris Lumbricoides pada anak sekolah dasar Efektifitas pendidikan antara metode ceramah Experime n quasi Pra- Experime ntal -Reinfeksi Ascaris -Jenis -pendidikan metode ceramah dan metode Terdapat peningkatan PSP setelah dilakukan (p < 0.01). Metode ceramah lebih baik dari metode buku kecacingan dalam meningkatkan rerata pengetahuan (p = 0.02), namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata sikap dan praktek. Tidak terdapat perbedaan antara kedua metode dalam mencegah reinfeksi ascariasis (p = 0.595). ada perbedaan signifikan efektifitas metode ceramah dan audio 6
2007 dan audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja putrid tentang anemia difisiensi besi. audio visual pada remaja putri tentang anemia defisiensi besi. - tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia defisiensi besi. visual terhadap tingkat pengetahuan dengan tingkat kemaknaan p= 0.037. Dan tidak ada perbedaan signifikan efektifitas metode ceramah dan audio visual terhadap tingkat sikap dengan tingkat kemaknaan p = 0.734. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada desain penelitian dan jenis media yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian experiment quasi dengan media cerita bergambar dan ceramah. 7