BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja perusahaan demi mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam menjalankan audit sesuai dengan tujuan organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BABI PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh manajemen kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

FAJAR DWI NUGROHO B

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia, jumlah perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB I PENDAHULUAN. swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Abstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektifuntuk menentukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dilaksanakan, untuk menilai efektifitas setiap tingkat target yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa yang akan datang mengingat perkembangan bisnis yang semakin kompleks. Pelaku bisnis tidak lagi mengharapkan audit yang dilakukan auditor berbasis transaksi tapi berbasis risiko, sehingga informasi keuangan perusahaan setelah audit menjadi lebih berkualitas. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan, sehingga dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan harus bersikap independen. Berhasil tidaknya auditor melaksanakan perannya sangat tergantung dari kinerjanya. Kinerja kantor akuntan publik yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja auditor. Menurut DeAngelo (1981) kualitas audit adalah probabilitas auditor dapat menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diaudit. Diterbitkannya peraturan UU Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011, mengenai kode etik akuntan publik, standar professional akuntan publik, dan hukuman bagi pelanggaran untuk mengatur profesi agar akuntan memiliki komitmen kepada profesinya. Namun dalam pelaksanaannya, sering terjadi 1

2 bahwa aturan tidak dapat mengantisipasi permasalahan yang terjadi. Kasus di luar negeri diantaranya adalah kasus Enron Corporation dan Worldcom. Enron Corporation adalah perusahaan pemasok energi terbesar di Amerika Serikat sedangkan Worldcom merupakan perusahaan penyedia layanan telpon terbesar kedua di Amerika. Tahun 1997 Enron mengumunkan telah salah menyajikan laba sebesar $600 juta, sehingga harus melakukan penyajian ulang atas laporan keuangan yang telah diaudit sejak empat tahun sebelumnya (Elder et al., 2011). Kasus Enron melibatkan banyak pihak, diantaranya auditor Enron Corporation, yakni, Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. KAP Arthur Andersen telah gagal melaporkan ketidaklayakan sistem akuntansi di Enron Corporation (Messier et al., 2006). Praktik penurunan kualitas audit yang dilakukan Kantor Arthur Andersen antara lain melaporkan hasil audit yang tidak sesuai dengan temuan audit dilapangan kepada publik serta memberikan opini audit terhadap Enron yaitu melaporkan laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan tidak ditemukan adanya manipulasi laporan keuangan. Faktanya Enron telah mengalami kerugian yang sangat besar akan tetapi tidak dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga KAP Arthur Andersen harus ditutup karena telah melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesional auditor. Kasus yang sama melibatkan Worldcom dan KAP Arthur Andersen yaitu, melakukan praktik akuntansi yang tidak sehat untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan. Worldcom telah memanipulasi dengan melebihsajikan aktiva tetap dan pendapatan bersih (Messier et al., 2006:3). KAP Arthur

3 Andersen sebagai auditor yang mengaudit Worldcom mengetahuinya namun tidak mengungkapkan kecurangan tersebut dalam opini auditnya. Kejadian yang terjadi di Indonesia, yaitu Departemen Keuangan sebagai pengawas Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik hampir setiap tahun mengeluarkan Surat Keputusan Pembekuan Ijin Akuntan Publik. Sejak Departemen Keuangan mengintensifkan pengawasannya pada tahun 2002, tercatat ada 10 Kantor Akuntan dibekukan ijin operasinya. Selanjutnya pada tahun 2003 tercatat 5 Akuntan Publik dibekukan ijin operasinya karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (Mayangsari, 2003). Sedangkan pada tahun 2005, 2006 2008, dan 2009 Departemen Keuangan kembali mengumumkan pembekuan 5 ijin Akuntan Publik. Pembekuan Kantor Akuntan Publik oleh Departemen Keuangan dilakukan tanggal 11 Juni 2008 lalu terhadap KAP Drs Tahir Hidayat dan Dody Hapsoro dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 397/KM.1/2008. Pembekuan dilakukan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk Sriwidjaya (Pesero) dan anak perusahaannya. Kasus PT. Kimia Farma tbk. Badan Pengawas Pasar Modal dalam siaran pers tanggal 27 Desember 2002 menyatakan Kasus PT Kimia Farma tbk, yaitu menyajikan laba bersih terlalu tinggi karena adanya penggelembungan nilai persediaan dan pencatatan ganda atas penjualan pada laporan keuangan tahun 2001, dan KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma tidak berhasil

4 mendeteksi kecurangan tersebut meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP). Pada kasus tersebut, menyebabkan banyak pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar. Kasus PT. Great River International tbk. tahun 2003, bulan November tahun 2006, Departemen Keuangan (DEPKEU) melakukan pembekuan izin selama 2 tahun terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta. Pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River International tbk. Kasus tersebut mencuat ke publik seiring terjadinya gagal bayar obligasi yang diterbitkan perusahaan produsen pakaian. Badan pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mengindikasikan terjadi praktik overstatement (pernyataan yang berlebihan) atas penyusunan laporan keuangan yang melibatkan auditor independen, yaitu akuntan publik Justinus Aditya Sidharta. Kalbers dan Fogarty (1995) menyatakan kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Seorang auditor dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar nantinya dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Kualitas audit selain ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh auditor, juga dipengaruhi oleh perilaku auditor. Kegiatan auditor tidak lepas dari masalah keperilakuan, seperti adanya kemungkinan auditor melakukan penyimpangan perilaku yang nantinya dapat menurunkan kualitas audit, yaitu disebut dengan perilaku audit disfungsional (dysfunctional audit behavior). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan

5 yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996a). Tindakan-tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut sebagai Perilaku Reduksi Kualitas Audit (Audit Quality Reduction Behaviors), sedangkan yang dapat mereduksi kualitas audit secara tidak langsung disebut perilaku underreporting of time (Otley dan Pierce, 1996a). Perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) merupakan setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektifitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan (Malone dan Robert, 1996). Contoh perilaku RKA adalah penghentian prematur prosedur audit, review yang minim atas dokumen klien, tidak menginvestasikan kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien, penerimaan atas penjelasan klien yang tidak memadai, mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan, dan tidak memperluas jangkuan pengauditan ketika terdeteksi transaksi atau pos yang meragukan (Pierce dan Sweeney, 2004). Perilaku tersebut berdampak negatif bagi hasil laporan audit pemeriksa, karena kelengkapan bukti audit yang telah dikumpulkan selama pemeriksaan menjadi diragukan keandalannya dalam proses menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan klien. Coram et al. (2003) menyatakan bahwa probabilitas auditor menerbitkan opini yang salah semakin tinggi ketika auditor melaksanakan tindakan (RKA) dalam pelaksanaan program audit.

6 Donelly et al. (2003) menyatakan terdapat tiga perilaku penyimpangan audit, yaitu: 1) Underreporting of audit time, yaitu tindakan melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya, 2) Replacing and alerting original audit prosedures, yaitu tindakan merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan, 3) Prematur sign off of audit step without completion of the procedure, yaitu tindakan penyelesaian langkah-langkah audit terlalu dini, tanpa melengkapi keseluruhan prosedur. Perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh seorang auditor disebabkan, antara lain karena faktor situasional dan karakteristik individual auditor. Faktor situasional yang diuji dalam penelitian adalah tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan audit. Karakteristik individual auditor yang dikaji dalam penelitian ini adalah locus of control, komitmen auditor terhadap organisasinya dan pengalaman. Auditor sebagai individu yang memiliki faktor bawahan juga diperkirakan mempengaruhi kinerja auditor. Faktor bawahan berupa locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan (Engko dan Gudono, 2007). Tekanan anggaran waktu dari pihak manajemen merupakan faktor utama yang dapat mengurangi kualitas audit dan kinerja auditor (Willet dan Page, 1996). Menurut Mc Namara dan Gregory (2008) menunjukkan berbagai variasi penyebab tekanan sehubungan dengan tekanan anggaran waktu yang sering dijumpai di lingkungan audit. Alokasi waktu audit yang tidak tepat akan dapat mengakibatkan munculnya perilaku yang mengurangi kualitas audit. Cook dan Kelley (1988) menyatakan anggaran waktu audit yang ketat dapat mendorong

7 auditor melakukan tindakan audit disfungsional dalam melaksanakan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit sehingga auditor cenderung menempuh cara disfungsional (dengan melakukan RKA) dibandingkan dengan cara fungsional (meminta tambahan anggaran waktu atau bekerja lebih giat). Cook dan Kelley (1988) menyimpulkan perilaku audit disfungsional cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan tugas audit. Hasil penelitian McNamara dan Liyanarachichi (2008) menyatakan berkurangnya anggaran waktu menyebabkan perilaku penuruan kualitas audit meningkat secara signifikan. Artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program audit, maka semakin meningkat kecenderungan auditor berperilaku disfungsional. Locus of control, yaitu tingkat di mana individu meyakini bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins, 2008:138). Locus of control menggambarkan tingkat keyakinan seseorang yang dapat mengendalikan faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya (Rotter, 1966). Locus of control terdiri atas locus of control internal dan locus of control eksternal. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan individu yang meyakini bahwa tindakan yang mereka lakukan mempengaruhi apa yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar yang di luar kontrolnya, seperti kesempatan atau keberuntungan disebut memiliki locus of control eksternal (Lefcourt, 1982). Auditor yang memiliki locus of control

8 eksternal cenderung untuk berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal. Silaban (2009) beberapa perbedaan perilaku individual yang diakibatkan oleh locus of control eksternal, antara lain: locus of control eksternal kurang bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan yang mereka perbuat, individu yang memiliki locus of control eksternal cenderung memilih strategi berfokus emosi dalam menanggulangi suatu kendala. Hasil penelitian Donnelly et al. (2003) dan Wintari (2015) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara locus of control eksternal dengan penerimaan perilaku audit disfungsional. Hasil penelitian yang berbeda, yaitu penelitian Andani dan Mertha (2014) locus of control eksternal berpengaruh negatif signifikan pada penghentian prematur prosedur audit. Karakteristik personal lainnya yang digunakan pada penelitian ini adalah komitmen auditor terhadap organisasinya. Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan di mana seorang auditor memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu (Robbins, 2003). Auditor yang memiliki komitmen organisasional akan memiliki tingkat loyalitas yang lebih baik dan lebih bersedia melakukan pekerjaan melebihi apa yang seharusnya dikerjakan. Auditor yang memiliki komitmen organisasi yang rendah cenderung berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi. Hasil Penelitian Aisyah, dkk. (2014) menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2012) menunjukkan bahwa terdapat

9 pengaruh positif kinerja auditor secara parsial terhadap perilaku menyimpang dalam audit. Tingginya komitmen organisasional akan meminimalkan keinginan untuk pindah kerja yang akan berdampak pada rendahnya penerimaan perilaku disfungsioanal auditor serta auditor yang berkomitmen tinggi akan mempunyai usaha yang keras dan akan mempunyai kinerja yang lebih baik daripada yang tidak berkomitmen. Hutabarat (2012) menyatakan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap kualitas audit yang artinya bahwa semakin tinggi pengalaman maka akan memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas audit. Menjadi seorang auditor harus memiliki pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung di bidang auditing serta memiliki latar belakang pendidikan formal akuntansi dan auditing (Meidawati, 2001). Standar umum yang pertama mensyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit. Pendidikan formal akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi (Mulyadi, 2002). Keunggulan auditor yang memiliki pengalaman antara lain: (1) mereka lebih banyak mengetahui kesalahan, (2) mereka lebih akurat mengetahui kesalahan, (3) mereka tahu kesalahan tidak khas, (4) pada umumnya hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor kesalahan (ketika kesalahan terjadi dan tujuan pengendalian internal dilanggar) menjadi lebih menonjol (Tubbs, 1992). Winarna (2001) mengemukakan seorang auditor dalam membuat laporan audit harus memiliki pengalaman yang cukup, karena pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi

10 informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Secara umum auditor yang berpengalaman akan bekerja dengan sebaikbaiknya dan menghindari perilaku yang menyimpang karena mereka memahami risiko yang akan dihadapi. Menurut Davis (1996) auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Dengan memakai subjek analis keuangan, Whitecotton (1996) mengungkapkan bahwa pengalaman memiliki dampak positif terhadap ketelitian. Analis keuangan yang berpengalaman memiliki ketelitian yang lebih baik daripada yang belum berpengalaman. Dalam meminimalisir adanya kesalahankesalahan ingatan (memory errors) bagi auditor pada saat penugasan audit maka pengalaman juga memberikan pengaruh cukup besar (Moeckel, 1990). Hasil Penelitian Indarto (2011) menunjukkan pengalaman auditor berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Menemukan hasil yang berbeda dimana menurut Anderson dan Maletta (1994) semakin berpengalaman atau familiar individu dengan tugas yang dikerjakan, maka individu itu semakin berani menghadapi risiko dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks pengauditan, studi Anderson dan Maletta (1994) menunjukkan para auditor yang kurang berpengalaman bila dibandingkan auditor yang lebih berpengalaman terlalu berfokus pada bukti-bukti atau informasi negatif dan lebih semakin negatif juga pertimbangan audit yang mereka buat. Pemikiran yang sama juga berlaku untuk melihat perilaku auditor dalam menjalankan tugas audit, bahwa auditor

11 yang berpengalaman cenderung berani mengambil risiko untuk menurunkan kualitas audit, dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman. Subjek penelitian ini adalah auditor KAP di Bali. Di Provinsi Bali tercatat ada 8 (delapan) KAP, diantaranya 2 KAP pernah dibekukan ijinnya oleh Kementerian Keuangan selama 6 (enam) bulan. Pembekuan dilakukan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan dana pensiun pada PT. Bank Dagang Bali pada Tahun 2009 (Dharmawan, 2015) Selain fenomena tersebut, pemilihan KAP di Bali didasarkan pada dimensi lokasi, dimensi waktu, dan kultur daerah. Subjek penelitian McNamara dan Liyanarachichi (2008) adalah auditor KAP di New Zealand; Simanjuntak (2008) adalah auditor KAP di Jakarta; Silaban (2009) adalah auditor KAP di Jakarta, Medan, dan Surabaya, Indarto (2011) adalah auditor KAP Semarang. Perbedaan kultur daerah akan memengaruhi karakter atau personality (kepribadian) seseorang yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etis (Crismastuti dan Vena, 2006). Penelitian ini menjadi penting dengan alasan kultur yang berbeda di setiap daerah yang membawa perilaku yang berbeda pula. Mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku penurunan kualitas audit tersebut sangat membantu dalam meningkatkan kualitas opini audit, sehingga respon yang kurang positif dari para pemakai laporan keuangan dapat diminimalisir.

12 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah disusun sebagai berikut: 1) Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit? 2) Apakah locus of control berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit? 3) Apakah komitmen organisasi berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit? 4) Apakah pengalaman berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh tekanan anggaran waktu pada perilaku penurunan kualitas audit. 2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh locus of control pada perilaku penurunan kualitas audit. 3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh komitmen organisasi pada perilaku penurunan kualitas audit. 4) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh pengalaman pada perilaku penurunan kualitas audit.

13 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan memperkaya literatur akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan faktorfaktor yang berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit. Secara spesifik hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris untuk mengkonfirmasi temuan penelitian-penelitian sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang beragam. Mengenai pengaruh locus of control, komitmen organisasi, dan pengalaman sebagai faktor individual yang dikaitkan dengan teori atribusi, dimana perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, dan kekuatan eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seseorang. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan bukti empiris pengaruh tekanan anggaran waktu yang didukung oleh teori U terbalik, menjelaskan hubungan antara stress dan kinerja, dimana ketika individu memiliki level stress yang rendah dan sedang dapat memberikan stimulasi terhadap individu untuk dapat bekerja dengan lebih baik dan begitu juga sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan (referensi) bagi para peneliti yang berminat dalam bidang sejenis.

14 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, khususnya kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) mengenai fenomena perilaku penyimpangan audit, khususnya perilaku penurunan kualitas audit oleh auditor. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti KAP dalam merumuskan kebijakan berbagai bidang yaitu: penentuan anggaran waktu audit, sistem evaluasi terhadap kinerja personal auditor, dan rekruitmen auditor baru, dan standar untuk menyempurnakan pedoman pelaksanaan kerja bagi auditor. Selain itu agar selalu mempertimbangkan karakteristik individual dalam penyusunan tim audit dan penetapan anggaran waktu audit.