Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

POTESI EKONOMI DAERAH PROVINSI BALI. Luh Nyoman Fajar Nur Ayu 1 Ni Luh Putu Wiagustini 2.

: PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Abstrak

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. proses yang saling berkaitan dan berpengaruh antara faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

HALAMAN PENGESAHAN...

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

BPS KABUPATEN BATU BARA

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar belakang Rumusan Masalah... 6

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di


BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

Transkripsi:

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM :1306105170 Abstrak Provinsi Bali menerapkan otonomi daerah dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan meningkatkan PAD. Perolehan PDRB Provinsi Bali tahun 2012-2015 terus meningkat, namun laju pertumbuhannya berfluktuasi serta terdapat ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten Badung dengan Bangli. Mengidentifikasi dan mengoptimalkan pengelolaan potensi ekonomi daerah merupakan upaya meningkatkan PAD dan mengatasi ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota. Penelitian ini dilakukan di seluruh kabupaten/kota Provinsi Bali. Populasi dan sampel yang digunakan adalah 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB pada tahun 2012-2015 yang merupakan potensi ekonomi daerah, sehingga metode penentuan sampelnya adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi nonpartisipan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Tipologi Klassen. Berdasarkan hasil penelitian di masing-masing kabupaten/kota Provinsi Bali,sektor yang sama di kategori sektor unggulan adalah sektor konstruksi, sebab rata-rata kontribusi dan pertumbuhan sektornya lebih besar dari rata-rata PDRB. Pada sektor berkembang adalah sektor kesehatan dan kegiatan sosial, sebab ratarata kontribusi sektornya rendah dan pertumbuhan sektornya lebih besar dari ratarata PDRB. Pada sektor potensial adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sebab rata-rata kontribusi sektornya tinggi dan pertumbuhan sektornya lebih kecil dari rata-rata PDRB.Pada sektor terbelakang adalah sektor pengadaan listrik dan gas, air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sebab rata-rata kontribusi sektor dan pertumbuhan sektornya lebih kecil dari rata-rata PDRB. Upaya pemerintah daerah mengoptimalkan potensi ekonomi daerah adalah memprioritaskan sektor unggulan dan potensial, namun tidak mengabaikan sektor berkembang dan sektor terbelakang.pelaksanaan pembangunan daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi diharapkan mengacu pada RKP Indonesia dan RKPD Provinsi Bali. Kata kunci: otonomi daerah, potensi ekonomi daerah, tipologi klassen v

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 11 1.3 Tujuan Penelitian... 11 1.4 Kegunaan Penelitian... 11 1.5 Sistematika Penulisan... 12 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah... 14 2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 16 2.3Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 20 2.4Potensi Ekonomi Daerah... 22 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 34 3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian... 34 3.3 Obyek Penelitian... 35 3.4 Identifikasi Variabel... 35 3.5 Definisi Operasional Variabel... 35 3.6 Jenis dan Sumber Data... 36 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Pemilihan Sampel... 37 3.8 Metode Pengumpulan Data... 37 3.9 Teknik Analisis Data... 38 DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum... 41 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana... 41 4.1.1.1 Kondisi Geografis... 41 4.1.1.2 Kondisi Perekonomian... 41 4.1.2Gambaran Umum Kabupaten Tabanan... 43 4.1.2.1 Kondisi Geografis... 43 4.1.2.2 Kondisi Perekonomian... 44 4.1.3Gambaran Umum Kabupaten Badung... 46 4.1.3.1 Kondisi Geografis... 46 4.1.3.2 Kondisi Perekonomian... 47 4.1.4Gambaran Umum Kabupaten Gianyar... 49 vi

4.1.4.1 Kondisi Geografis... 49 4.1.4.2 Kondisi Perekonomian... 49 4.1.5Gambaran Umum Kabupaten Klungkung... 51 4.1.5.1 Kondisi Geografis... 51 4.1.5.2 Kondisi Perekonomian... 52 4.1.6Gambaran Umum Kabupaten Bangli... 54 4.1.6.1 Kondisi Geografis... 54 4.1.6.2 Kondisi Perekonomian... 54 4.1.7Gambaran Umum Kabupaten Karangasem... 56 4.1.7.1 Kondisi Geografis... 56 4.1.7.2 Kondisi Perekonomian... 57 4.1.8Gambaran Umum Kabupaten Buleleng... 59 4.1.8.1 Kondisi Geografis... 59 4.1.8.2 Kondisi Perekonomian... 59 4.1.9Gambaran Umum Kota Denpasar... 62 4.1.9.1 Kondisi Geografis... 62 4.1.9.2 Kondisi Perekonomian... 62 4.2 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah... 65 4.2.1Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Jembrana... 65 4.2.1.1 Sektor Unggulan... 66 4.2.1.2 Sektor Berkembang... 69 4.2.1.3 Sektor Potensial... 71 4.2.1.4 Sektor Terbelakang... 72 4.2.2Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Tabanan... 75 4.2.2.1 Sektor Unggulan... 76 4.2.2.2 Sektor Berkembang... 78 4.2.2.3 Sektor Potensial... 82 4.2.2.4 Sektor Terbelakang... 83 4.2.3 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Badung... 85 4.2.3.1 Sektor Unggulan... 87 4.2.3.2 Sektor Berkembang... 89 4.2.3.3 Sektor Potensial... 91 4.2.3.4 Sektor Terbelakang... 92 4.2.4 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Gianyar... 95 4.2.4.1 Sektor Unggulan... 96 4.2.4.2 Sektor Berkembang... 98 4.2.4.3 Sektor Potensial... 100 4.2.4.4 Sektor Terbelakang... 101 4.2.5 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Klungkung... 104 4.2.5.1 Sektor Unggulan... 105 4.2.5.2 Sektor Berkembang... 107 vii

BAB V 4.2.5.3 Sektor Potensial... 108 4.2.5.4 Sektor Terbelakang... 109 4.2.6 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Bangli... 111 4.2.6.1 Sektor Unggulan... 112 4.2.6.2 Sektor Berkembang... 114 4.2.6.3 Sektor Potensial... 118 4.2.6.4 Sektor Terbelakang... 119 4.2.7 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Karangasem... 121 4.2.7.1 Sektor Unggulan... 122 4.2.7.2 Sektor Berkembang... 124 4.2.7.3 Sektor Potensial... 127 4.2.7.4 Sektor Terbelakang... 129 4.2.8 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Buleleng... 131 4.2.8.1 Sektor Unggulan... 132 4.2.8.2 Sektor Berkembang... 135 4.2.8.3 Sektor Potensial... 137 4.2.8.4 Sektor Terbelakang... 138 4.2.9 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah Kota Denpasar... 141 4.2.9.1 Sektor Unggulan... 142 4.2.9.2 Sektor Berkembang... 144 4.2.9.3 Sektor Potensial... 146 4.2.9.4 Sektor Terbelakang... 149 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 154 5.1.1Kabupaten Jembrana... 154 5.1.2Kabupaten Tabanan... 155 5.1.3Kabupaten Badung... 156 5.1.4Kabupaten Gianyar... 157 5.1.5Kabupaten Klungkung... 158 5.1.6Kabupaten Bangli... 158 5.1.7Kabupaten Karangasem... 159 5.1.8Kabupaten Buleleng... 160 5.1.9Kota Denpasar... 161 5.2 Saran... 162 5.2.1Bagi peneliti selanjutnya... 162 5.2.2Bagi masing-masing kabupaten/kota di ProvinsiBali... 162 DAFTAR RUJUKAN... 169 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 174 viii

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 3 3.1 Kategori Sektor berdasarkan Tipologi Klassen... 39 4.1.1 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Jembrana, 2012-2015... 42 4.1.2 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010)Kabupaten Tabanan, 2012-2015... 44 4.1.3 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Badung, 2012-2015... 47 4.1.4 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Gianyar, 2012-2015... 50 4.1.5 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Klungkung, 2012-2015... 52 4.1.6 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Bangli, 2012-2015... 55 4.1.7 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Karangasem, 2012-2015... 57 4.1.8 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Kabupaten Buleleng, 2012-2015... 60 4.1.9 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010)Kota Denpasar, 2012-2015... 63 4.2.1 Kategori Sektor Kabupaten Jembrana menurut Tipologi Klassen... 65 ix

4.2.2 Kategori Sektor Kabupaten Tabanan menurut Tipologi Klassen... 75 4.2.3 Kategori Sektor Kabupaten Badung menurut Tipologi Klassen... 86 4.2.4 Kategori Sektor Kabupaten Gianyar menurut Tipologi Klassen... 95 4.2.5 Kategori Sektor Kabupaten Klungkung menurut Tipologi Klassen... 104 4.2.6 Kategori Sektor Kabupaten Bangli menurut Tipologi Klassen... 112 4.2.7 Kategori Sektor Kabupaten Karangasem menurut Tipologi Klassen... 122 4.2.8 Kategori Sektor Kabupaten Buleleng menurut Tipologi Klassen... 132 4.2.9 Kategori Sektor Kota Denpasar menurut Tipologi Klassen... 142 x

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2012-2015... 2 xi

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jembrana Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 174 2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jembrana Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 176 3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 177 4 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tabanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 179 5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 180 6 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 182 7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gianyar Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 183 8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Gianyar Atas xii

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 185 9 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 186 10 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 188 11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bangli Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 189 12 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bangli Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 191 13 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karangasem Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 192 14 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 194 15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Buleleng Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 195 16 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Buleleng Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, xiii

2012-2015... 197 17 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 199 18 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Denpasar Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015... 201 xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah Indonesia sejak tahun 2001 telah melaksanakan otonomi daerah (Mahmudi, 2009:2). Pelaksanaan otonomi daerah telah tersirat dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014, pemerintah daerah berhak menetapkan kebijakan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Penyelenggaran urusan pemerintahan dilakukan oleh pemerintahan daerah tingkat II dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004, urusan pemerintah daerah tersebut berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menerapkan otonomi daerah. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 Provinsi Bali menduduki peringkat 16 dan terus meningkat hingga akhirnya pada tahun 2014 menduduki peringkat 14 dari 34 provinsi dalam perolehan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha (BPS Indonesia, 2015:18). Pertumbuhan ekonomi dalam sistem pemerintahan daerah biasanya diindikasikan dengan meningkatnya produksi barang dan jasa yang diukur melalui PDRB. PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan selama tahun 2012-2015 terus meningkat, namun laju pertumbuhannya berfluktuasi. Hal tersebut 1

dibuktikan pada Gambar 1.1 di bawah. Pada tahun 2010-2012 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali terus meningkat mencapai angka 6,96 persen, tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 6,69 persen dan tahun 2014 laju pertumbuhan Provinsi Bali kembali meningkat menjadi 6,72 persen. Pada tahun 2015 ekonomi Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2010-2015 Sumber: Bali dalam angka 2016 Keterangan:PE adalah pertumbuhan ekonomi Bali kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu hanya sebesar 6,04 persen. Menurut Andriyani (2014:1) salah satu sasaranpembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan. Jika Provinsi Bali telah mampu meningkatkan kemandiriannya dalam mengurus urusan pemerintahannya, seharusnya ketidakmerataan hasil pembangunan ekonomi daerah tidak terjadi. Pada kenyataannya sampai saat iniketidakmerataan 2

antarkabupaten/kota masih menjadi pekerjaan bersama antara pemerintah provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota. Hal tersebut dibuktikan pada Tabel 1.1, yaitu Kabupaten Badung memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali sebesar Rp 24.027,65 Miliar pada tahun 2012 dan terus meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai Rp 29.178,33 Miliar, sedangkan Kabupaten Bangli meskipun mampu meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Bali selama tahun 2012-2015, tetapi kontribusi tersebut masih jauh lebih kecil dari Kabupaten Badung yaitu pada tahun 2015 hanya mampu menghasilkan Rp 3.687,99 Miliar. Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/kota Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015 (Miliar rupiah) Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 1 Jembrana 6.365,85 6.727,78 7.134,66 7.579,12 2 Tabanan 10.500,46 11.178,19 11.908,32 12.651,39 3 Badung 24.027,65 25.666,53 27.456,88 29.178,33 4 Gianyar 12.508,66 13.364,39 14.272,74 15.173,31 5 Klungkung 4.036,35 4.280,45 4.536,26 4.813,03 6 Bangli 3.097,05 3.281,16 3.472,21 3.687,99 7 Karangasem 7.538,03 8.002,13 8.482,95 8.992,27 8 Buleleng 15.480,21 16.587,19 17.740,83 18.824,84 9 Denpasar 23.397,17 25.026,37 26.777,48 28.433,25 Sumber: BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota, 2016 Pemerintahan daerah cenderung mengupayakan peningkatan pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan penduduk secara merata atau tidak seperti pada fenomena di atas (Badrudin, 2012). Adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi mendorong penentu kebijakan pembangunan daerah untuk memperhitungkan cara yang tepat 3

dalam mengupayakan pemerataan pertumbuhan ekonomi. Pemerintahan Provinsi Bali dan partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan setiap sumber daya yang berusaha menaksirkan potensi setiap sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah demi mencapai pertumbuhan ekonomi ideal (Arsyad, 2015:374). Menurut Barro (1991) menyatakan bahwa, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, modal manusia memiliki peranan yang penting karena melalui manusialah terjadi inovasi dan pengembangan modal lainnya. Mengidentifikasi potensi ekonomi daerah merupakan upaya dalam membangun perekonomian yang ideal dan mengatasi ketimpangan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan investasi dalam suatu pengembangan sektor ekonomi suatu negera (Carlin dancolin, 2003). Jika pemerintah daerah kabupaten/kota telah mengetahui potensi ekonomi daerah dan karakteristik daerahnya, maka akan lebih mudah untuk mengembangkan dan memajukan pertumbuhan ekonominya serta menginformasikan investor untuk menanamkan investasi pada sektor potensial di daerah tersebut. Berbeda jika pemerintah daerah kabupaten/kota belum mengetahui potensi ekonomi daerah dan karakteristik daerahnya, maka potensiekonomi daerah tersebut akan tergolong sebagai potensi ekonomi daerah tertinggal dan menyebabkan penumpukan pusat kegiatan ekonomi pada suatu daerah sehingga menimbulkan dampak ketimpangan antara daerah tersebut dengan daerah lainnya. Menurut Arsyad (2015:389) beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi terkait potensi ekonomi daerah adalah Shift 4

share, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, dan Tipologi Klassen. Analisis Shift sharemengambarkan kinerja dan produktivitas sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (kabupaten/kota) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi). LQ merupakan suatu pendekatan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah atau pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan. MRP adalah membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik berskala besar maupun kecil untuk mendeskripsikan kegiatan ekonomi terutama struktur ekonomi. Analisis Overlay digunakan untuk menentukkan sektor unggulan dengan menggabungkan hasil dari metode analisis Shift share dan LQ. Menurut Sjafrizal (1997) dalam Dominica (2010) Tipologi Klassen adalah teknik analisis gabungan atau perpaduan antara hasil perhitungan LQdan MRP. Penelitian ini menggunakan alat analisis Tipologi Klassen untuk mengidentifikasi potensi ekonomi daerah mulai dari sektor unggulan sampai dengan sektor yang tertinggal dari kabupaten/kota di Provinsi Bali. Selain itu, Tipologi Klassen memiliki keunggulan yaitu lebih efisien dalam perhitungan karena telah mengadopsi dua hasil perhitungan yaitu LQ dan MRP. Penggunaan alat analisis Tipologi Klassen telah mampu menggambarkan kondisi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sesuai dengan realisasi dan serupa dengan hasil alat analisis lainnya, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. 5

Pada beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis potensi ekonomi daerah secara sektoral menggunakan berbagai alat analisis mampu menghasilkan hasil yang serupa, seperti yang dilakukan Haerudin dan Patrick (2016) meneliti di Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara pada tahun 2010-2014 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi maju dan tumbuh pesat di Kabupaten Kepulauan Sula adalah sektor pertanian dan sektor jasa perusahaan. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian dan sektor jasa perusahaan merupakan sektor basis. Hasil analisis Shift share, sektor pertanian memberikan kontribusi positif dan memiliki pertumbuhan relatif cepat di Kabupaten Kepulauan Sulu. Hariyanti dan Maria (2016) meneliti sektor basis pertumbuhan daerah 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008-2012 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen dan LQ. Berdasarkan hasil perhitungan kedua alat analisis, maka sektor unggulan Provinsi Bali adalah sektor jasa. Sedangkan sektor potensial dan berkembang terdiri dari sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian. Sektor industri pengolahan, sektor listrik, air dan gas, sektor transportasi dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk sektor tertinggal di Provinsi Bali. Suwandi (2016) meneliti di Jayapura pada tahun 2009-2014 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan hasil perhitungan ketiga alat analisis, maka sektor unggulan Jayapura adalah 6

sektor bangunan. Untuk sektor potensial terdiri dari sektor transportasi dan komunikasi, sektor pertanian, sektor jasa, sektor listrik, air dan gas, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Untuk sektor berkembang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan. Sektor pertanian merupakan sektor tertinggal di Jayapura. Endi,dkk. (2015) meneliti di Kota Bandar Lampung pada tahun 2000-2012 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi maju dan tumbuh pesat di Kota Bandar Lampung adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil analisis LQ,sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor basis.hasil analisis Shift share, sektor yang memberikan kontribusi positif dan memiliki pertumbuhan relatif cepat di Kota Bandar Lampung adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Dearlinasinaga (2015) meneliti di Simalungun pada tahun 2005-2011 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen dan LQ. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ungulan Simalungun adalah sektor jasa. Berdasarkan hasil perhitungan LQ, sektor jasa merupakan sektor basis Simalungun.Mahmud (2015) meneliti di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2010-2014 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor maju dan tumbuh cepat di 7

Kabupaten Nganjuk adalah sektor pertanian. Berdasarkan hasil analisis LQ dan Shift share, sektor basis yang menjadi unggulandi Kabupaten Nganjuk adalah sektor pertanian. Ratnasari (2014) meneliti di Kabupaten Kebumen pada tahun 2005-2009 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ, MRP, Overlay dan Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten Kebumen adalah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa-jasa. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian merupakan sektor basis. Berdasarkan hasil analisis MRP, sektor dominan Kabupaten Kebumen adalah sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil analisis Overlay, sektor dominan Kabupaten Kebumen adalah sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil analisis Shift share, sektor yang memiliki pertumbuhan cepat adalah sektor pertambangan dan penggalian. Novita (2013) meneliti di Kota Singkawang pada tahun 2006-2010 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi maju dan tumbuh cepat di Kota Singkawang adalah (1) sektor listrik, gas dan air minum, (2) sektor bangunan, dan (3) sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis Kota Singkawang. Hasil analisis Shift share, sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proportional shift positif adalah sektor bangunan dan sektor yang memiliki nilai differential shift positif yaitu sektor 8

listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Wahyuningtyas (2013) meneliti di Kabupaten Kendal pada tahun 2006-2010 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ, MRP, analisis Overlay dan Shift share. Berdasarkan hasil analsis Tipologi Klassen, sektor prima di Kabupaten Kendal adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor basis di Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil analisis MRP, salah satu sektor dominan di Kabupaten Kendal adalah sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan Analisis hasil analisis Overlay, sektor dominan di Kabupaten Kendal adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil analisis Shift share, sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi positif dan memiliki pertumbuhan relatif cepat di Kabupaten Kendal. Badrudin (2012) meneliti di Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2001-2008 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen dan Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor prima di Kabupaten/Kota Provinsi DIY adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil analisis Shift share, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor prospektif. Herath et al. (2012) menganalisis pertumbuhan ekonomi di West Virginia. Hasil mengindikasikan bahwa pertanian, pertambangan dan manufaktur tidak lagi tulang punggung perekonomian West Virginia. Tiga sektor menunjukkan 9

pekerjaan menurun dalam periode 38 tahun. Layanan dan keuangan asuransi dan real estat adalah sektor yang paling kuat memberikan kontribusi 91 persen pertumbuhan pekerjaan dari 1970 hingga 2007. Selain dua sektor, sektor perdagangan besar dan eceran dan konstruksi menunjukkan pertumbuhan ekonomipositif. Mondal (2009) menganalisis sektor industri potensial di Malaysia dengan alat analisis Shift share. Hasilnya industri yang paling efektif menurut analisis tersebut adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau bangunan adalah contoh sektor yang pertumbuhannya membaik atau maju. Pada sektor pertanian, pemburuan, perhutanan, perikanan dan penggalian berada di tiga peringkat terbawah. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah tersebut meyakinkan bahwa pentingnya potensi ekonomi daerah untuk dianalisis guna meningkatkan penghasilan daerah agar mampu menyelenggaran pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan publik. Penelitian yang dilakukan di Provinsi Bali masih dikategorikan relatif sedikit dan masih menggunakan sembilan sektor seperti yang dilakukan oleh Erawati dan Mahaendra (2012) meneliti Kabupaten Klungkung karena kontribusi terhadap PDRB relatif rendah, Andriyani (2014) meneliti Kabupaten Karangasem karena kontribusi terhadap PDRB paling rendah, Nurfatimah (2013) meneliti provinsi Bali dan Susiani (2012) meneliti Kabupaten Badung karena kontribusi PDRB paling tinggi.penelitian yang masih menggunakan sembilan sektor PDRB diantaranya Hariyanti dan Maria (2016), 10

Suwandi (2016), Dearlinasinaga (2015) dan Nurfatimah (2013). Hal tersebut mendorong peneliti untuk menggunakan 17 sektor lapangan usaha di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali sebagai obyek penelitian guna mengurangi ketimpangan antardaerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pengoptimalan pengelolaan potensi ekonomi daerah. Penelitian ini berbeda dengan penelitiannurfatimah (2013) yang meneliti tentang potensi ekonomi daerah di Provinsi Bali, menggunakan metodelq, Tipologi Sektoral dan analisis gravitasi dalammenentukan potensi ekonomi daerah. Sementara itu, penelitian ini menggunakan metode Tipologi Klassen dalam menentukan potensi ekonomi daerah. Metode Tipologi Klassen yang dipergunakan dalam penelitian ini, memiliki keunggulan dibandingkan metode yang digunakannurfatimah (2013)yaitu mampu mengefisienkan perhitungan karena perhitungan Tipologi Klassen berdasarkan perpaduan antara hasil perhitungan LQ dan hasil perhitungan MRP. Berdasarkanpemeparan fenomena yang dialami Provinsi Bali dan adanya penelitian-penelitian yang menunjukkan pentingnya menganalisis potensi ekonomi daerah,maka penelitian ini akan meneliti kembali tentangbagaimanapotensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota pada tahun 2012-2015 dengan menggunakan 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok permasalahan yang dirumuskan adalah Bagaimana potensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota? 11

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan secara teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut: 1) Kegunaan teoritis Bagi para akademisi dan peneliti-peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membentuk deskripsi mengenai potensi ekonomi daerah dan memberikan bukti empiris untuk dapat dijadikan refrensi pada penelitian selanjutnya. 2) Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan pemikiran kepada para praktisi daerah masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bali sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan strategi yang diambil akan memberikan sinergi yang baik guna mengelola potensi ekonomi daerah yang dimilikinya. 1.5 Sistematika Penulisan 12

Sistematika penulisan adalah gambaran menyeluruh mengenai isi dari babbab pada penelitian, sehingga memudahkan dalam pemahaman penulisan penelitian. Penulisan penelitian terdiri dari lima bab yang saling berkaitan, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang konsep yang digunakan dalam penelitian dan landasan teori dari masalah yang dibahas. Konsep dan landasan teori yang digunakan adalah otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan potensi ekonomi daerah. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang desain penelitian; lokasi penelitian; objek penelitian; identifikasi variabel; definisi operasional penelitian; jenis dan sumber data; populasi, sampel dan metode penentuan sampel; metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. BAB IV : DATA DAN HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2012-2015 di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng dan 13

Kota Denpasar dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen untuk mengetahui potensi ekonomi daerah. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil yang diperoleh dalam pembahasan dan saran yang diberikan kepada para praktisi daerah masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan simpulan yang diperoleh. 14