BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pariwisata telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari siklus hidup hampir setiap orang. Pariwisata juga memiliki porsi tersendiri dalam anggaran kebutuhan sebagian orang, sehingga pariwisata sekarang ini tidak lagi hanya dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai kesenangan semata, namun juga mendapatkan nilai edukasi. Perubahan mainset orang terhadap kebutuhan pariwisata berimplikasi pada peningkatan mobilitas wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Menurut Damanik (2013) satu dari tujuh orang di dunia terlibat aktif dalam perjalanan pariwisata. Kondisi ini menggambarkan bila kebutuhan pariwisata telah mengalami perubahan paradigma bagi tiap orang atas dasar kondisi perkembangan zaman, arah kebijakan pengembangan suatu negara, hingga trend center saat ini, sehingga pariwisata mengalami pergeseran dalam struktur pemenuhan kebutuhan manusia. Dewasa ini, pariwisata merupakan sektor yang terus mengalami pertumbuhan. Kondisi ini terlihat dari jumlah angka kunjungan wisatawan, jumlah pembangunan hotel dan besarnya pendapatan devisa negara serta diversifikasi wisata. Selain itu, permintaan terhadap sektor jasa ini setiap tahunnya juga bertambah seiring dengan peningkatan dan pertambahan jumlah objek dan daya tarik wisata. Pertumbuhan pariwisata juga didorong oleh kebijakan dan regulasi 1
2 yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pariwisata diposisikan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan nasional Indonesia. Saat ini dan pada masa-masa mendatang, pariwisata diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan devisa negara dalam upaya pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Salah satu upaya yang dilakukan sektor pariwisata adalah terus meningkatkan kinerjanya dengan memperkuat jejaring yang telah ada dan meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia (Astuti, 2008: 89 dalam Haryanto, 2014). Kondisi pariwisata di Indonesia, secara nyata menunjukkan laju pertumbuhan. Menurut beberapa penelitian maupun data yang disajikan oleh instansi pemerintah dan swasta memperlihatkan trend meningkat positif. Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai penilaian terhadap tingkat perkembangan pariwisata di Indonesia tercermin atas data kunjungan wisatawan yang dihimpun oleh kementriaan pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu kondisi jumlah wisatawan terus menunjukkan laju pertambahan. Data lima tahun terakhir menggambarkan, tingkat laju pertumbuhan wisatawan mancanegara destinasi pariwisata Indonesia rata-rata 7,7% pertahun, sedangkan pertumbuhan jumlah wisatawan nasional (wisnas) rata-rata 10,46% pertahun terhitung mulai tahun 2009 (http://kemenpar.go.id ; data diolah) diakses 12 Desember 2015. Informasi tersebut menunjukkan bila pariwisata Indonesia mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara maupun manca negara.
3 Senada dengan kondisi yang ditunjukkan di tingkat nasional, pariwisata di daerah juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Misalnya kondisi yang terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertumbuhan sektor pariwisata ini ditunjukkan dengan peningkatan angka kunjungan wisatawan yang masuk di Kabupaten Gunungkidul. Berikut data kunjungan wisatawan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul No Tahun Wisatawan Wisatawan Nusantara Mancanegara Jumlah Pertumbuhan 1 2011 615.397 1.299 616.696 0 2 2012 1.171.735 3.508 1.175.243 47,53 3 2013 1.766.208 5.772 1.771.980 33,68 4 2014 2.026.026 4.228 2.030.254 12,72 5 2015 2.638.634 4.125 2.642.759 23,18 Rata-rata 1.643.600 3.786 1.647.386 29,28 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul (2015). Data di atas menggambarkan kondisi perkembangan jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang setiap tahunya menunjukkan angka peningkatan. Rata-rata tingkat pertumbuahan jumlah wisatawan yang datang ke destinasi wisata Kabupaten Gunungkidul dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mencapai 29% pertahun. Nilai angka itu didorong oleh tingkat pertumbuhan jumlah wisatawan hampir setengah persen pada tahun 2011 ke 2012. Baik jumlah wisatawan asing maupun nasional pada tahun 2011 sampai 2012 menunjukkan adanya lonjakan jumlah wisatawan, terutama untuk wisatawan asing yang lebih dari setengah persen. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan tersebut juga mempengaruhi income bagi Pemerintah Daerah khususnya dari sisi pendapatan retribusi
4 pariwisata, sehingga perananya mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gunungkidul. Peningkatan mobilitas wisatawan ke destinasi wisata Gunungkidul setiap tahun memicu lonjakan pendapatan retribusi pariwisata melebihi target yang telah ditentukan. Hasil retribusi dari sektor pariwisata pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar dua ratus persen dari target awal. Penentuan awal perolehan hanya ditargetkan sebesar 7,6 miliar namun realisasi di lapangan mampu menembus angka sebesar Rp. 15. 420. 475.427,- dengan peminatan pada lokasi wisata pantai. (http://krjogja.com) Minggu 04 Januari 2015 (diakses tanggal 05 September 2015). Kondisi perkembangan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul terdapat peran pemerintah daerah, yang dituangkan dalam arah kebijakan dan regulasi oleh kepala daerah yang fokus pada pengembangan kepariwisataan. Di dalam perda Nomor 3 tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-2025 menerangkan bila visi pembangunan kepariwisataan daerah adalah Terwujudnya Gunungkidul sebagai Destinasi Pariwisata yang unggul berbasis alam didukung budaya yang berkelanjutan, berdaya saing menuju masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera. Hal ini sejalan dengan visi kepala daerah yaitu Mewujudkan Gunungkidul sebagai daerah tujuan wisata yang terkemuka dan berbudaya menuju masyarakat yang berdaya saing, maju, mandiri,dan sejahtera tahun 2021. Berdasar pada arah kebijakan dan regulasi pembangunan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul, maka dibutuhkan partisipasi masyarakat terutama kalangan pemuda dalam pelaksanaan pengembangan kepariwisataannya.
5 Pengembangan sektor pariwisata yang berpotensi memberikan kesejahteraan bagi masyarakat selanjutnya dikelola oleh pemerintah daerah melalui program-program yang telah ditetapkan. Melalui program-program yang berbasis pada sektor pariwisata tersebut pemerintah berharap memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi dan masyarakat juga dapat memperoleh dampak ekonomi dari sektor pariwisata. Perda Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 tahun 2013 Pasal 14 (1) Tentang Penyelenggaran Kepariwisataan, menerangkan bahwa pengembangan daya tarik wisata dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan Masyarakat. Pemuda yang merupakan bagian dari masyarakat menjadi bagian dari proses pengembangan tersebut. Artinya melalui keterlibatan pemuda dalam kegiatan pengembangan pariwisata terutama di wilayah pedesaan perananya dianggap sangat vital, karena pemuda yang memiliki karakteristik sebagai generasi penerus, tulang punggung, dan usia produktif menjadi tonggak pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di daerah. Sebagai generasi muda, pemuda harus memiliki peran sebagai motor penggerak yang tepat dalam pembangunan di daerah, khususnya di desa. Pemuda yang memiliki perilaku dinamis mampu berperan disegala bidang sehingga dapat menjadi tonggak pembangunan di desa. Bagi sebagian pemuda yang tetap bertahan di desa, harus berperilaku produktif dan proaktif dalam berbagai kegiatan yang bernilai positif, hal ini sebagai wujud tanggungjawab yang dibebankan dipundaknya karena pemuda memegang peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat desa. Posisi pemuda sebagai bagian dari masyarakat dapat dijadikan
6 sebagai sandaran ekspektasi masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan, yaitu melalui bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan. Salah satu bentuk kegiatan pemuda dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan partisipasi dalam pengembangan potensi alam yang digunakan sebagai objek wisata. Upaya pengembangan sebuah potensi wisata oleh pemuda di wilayah pedesaan tercermin pada kegiatan yang dilakukan di Kawasan Objek Wisata Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Bentuk partisipasi pemuda dituangkan dalam pengembangan Kawasan Objek Wisata di Desa Wisata Bleberan menjadi destinasi wisata yang menarik. Objek dan daya tarik wisata ini lebih menonjolkan pada suguhan objek wisata berupa Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Kencono serta pengembangan pada berbagai atraksi lain. Tanggung jawab yang dibebankan kepada pemuda dalam pengembangan destinasi wisata terdapat beragam keuntungan. Salah satu keuntungan dalam pengembangan pariwisata berbasis alam yaitu tidak melakukan eksploitasi alam, akan tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan psikologi dan pengetahuan fisik. Pengembangan objek wisata dirasa sangat tepat bila dilakukan sesuai dengan aturan yang benar karena kegiatanya sangat mendukung pelestarian alam dan budaya. Keberhasilan pengembangan Kawasan Objek Wisata tidak hanya dinikmati oleh kalangan pemuda saja, namun banyak pihak dapat merasakan hasilnya baik itu masyarakat, pemerintah desa setampat, dan pemerintah daerah. Terwujudnya pariwisata yang terdapat di pedesaan secara langsung berpengaruh
7 pada kondisi ekonomi di wilayah desa. Kemandirian secara ekonomi melalui pengembangan potensi desa, terwujud peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kondisi ketahanan ekonomi masyarakat desa. Adanya partisipasi pemuda dalam pengembangan di Kawasan Objek Wisata menjadi kajian menarik untuk diteliti. Beberapa penelitian terdahulu telah meyimpulkan bahwa partisipasi dari masyarakat dan khususnya pemuda, berpengaruh terhadap kemajuan pembangunan disuatu daerah sehingga dapat terwujud kondisi ketahanan ekonomi wilayah. 1.2. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam pengembangan objek wisata di Kawasan Objek Wisata Desa Wisata Bleberan? 2. Bagaimana implikasi pengembangan objek wisata di Kawasan Objek Wisata terhadap ketahanan ekonomi masyarakat desa? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasar pada rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis partisipasi pemuda dalam pengembangan objek wisata di Kawasan Objek Wisata Desa Wisata Bleberan.
8 2. Menganalisis implikasi pengembangan objek wisata di Kawasan Objek Wisata terhadap ketahanan ekonomi masyarakat desa. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Lingkungan akademik Bagi studi khususnya Ketahanan Nasional, merupakan bentuk sumbangan pemikiran melalui proses analisa fenomena yang terjadi pada wilayah penelitian, serta lebih umum bagi peneliti lain dapat mendorongan untuk melakukan penelitian pada tema yang sama dari perspektif berbeda. 2. Pemerintah Kabupaten Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi maupun informasi bagi pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan khususnya pada Pemerintah Desa Bleberan sehingga dalam proses perumusan kebijakan terkait dengan pariwisata lebih efektif, efisien dan strategik. 3. Kementrian Pemuda dan Olahraga Sebagai bentuk sumbangan pemikiran bagi Kementrian Pemudan dan Olahraga selaku pembuat kebijakan di bidang kepemudaan. Memberikan masukan di bidang kegiatan kepemudaan dalam pengembangan khususnya sektor pariwisata.
9 4. Masyarakat Memberikan informasi maupun pengetahuan tentang pentingya pemberdayaan masyarakat khususnya pemuda dalam peningkatan entrepreneur pemuda melalui media sektor partiwisata. 5. Bagi Peneliti Pengembangan khasanah pengetahuan melalui implementasi ilmu pada praktek nyata terkait dengan peran pemuda dalam pengembangan sektor pariwisata dan bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai referensi. 1.5. Keaslian Penenlitian Keaslian penelitian membuktikan bila penelitian yang akan dilakukan betul-betul penelitian yang baru dan berbeda perspektif. Untuk itu perlu kiranya di lakukan telaah pada penelitian sebelumnya guna membuktikan adanya bentuk orisinilitas penelitian ini. Berikut beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan dan pemilihanya didasarkan pada kemiripan penelitian ini namun terdapat perbedaan yang mendasar pada perspektifnya. Beberapa penelitian yang memberikan gambaran hasil analisis yang dilakukan secara ringkas disajikan dalam urain berikut ini. Penelitian yang dilakukan oleh Maryati (2005) tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata (Penelitian di Padukuhan Bobung Desa Putat Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul). Inti dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat khususnya di Desa Wisata Bobung yang nampak masih dalam bentuk usulan Rencana Pembangunan Desa
10 Wisata. Kondisi ini terjadi karena tokoh masyarakat yang diharapkan menjadi penggerak maupun pembentuk sikap dan partisipasi masyarakat dalam proses pengembangan Desa Wisata belum menunjukkan tindakan yang nyata, hal ini disebabkan oleh sebagian besar tokoh masyarakat berprofesi sebagai pengrajin dan pengusaha kayu. Pengusaha di desa tersebut terjadi persaingan usaha sehingga memunculkan sikap kepentingan pribadi dan memudarkan adanya kesatuan. Letak perbedaan dengan penelitian ini dengan peneliti lakukan berada pada obyek materialnya. Peneliti ini mengambil sampel pada masyarakat sedangkan peneliti lakukan pada pemuda di Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Penelitian Rosida tahun (2014) meneliti tentang Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Kawasan Eko Wisata dan Implikasinya terhadap Ketahanan Masyarakat Desa (Studi di Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul). Inti dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemuda di Desa Nglanggeran berpartisipasi aktif dalam proses pengembangan potensi desa yakni Gunung Api Purba yang dijadikan sebagai kawasan ekowisata. Bentuk partisipasi pemuda tercermin dari kegiatan pengembangan yang dilakukan yaitu berupa ide kreatifitas, partisipasi tenaga sebagai pelaku dilapangan, finansial yang dikeluarkan, partisipasi ketrampilan dan kemahiran, serta partisipasi sosial. Dalam usaha pengembangan tersebut pemuda mengalami kendala yang dihadapi yaitu : (1) partisipasi pemuda yang belum maksimal, (2) keterbatasan anggaran dan infrastruktur, (3) kondisi lingkungan dan sumberdaya alam yang
11 tergantung pada cuaca, (4) kurang dukungan dari berbagai fihak. Usaha yang dilakukan oleh pemuda dalam pengembangan ekowisata di Desa Nglanggeran pada Gunung Api Purba yaitu dengan mengatasi seluruh kendala-kendala yang dihadapi. Letak perbedaan penelitian ini dengan peneliti lakukan pada lokus penelitian. Penelitian ini pada ekowisata di Desa Ngalnggeran Kecamatan Patuk pada Gunung Api Purba sedangkan peneliti lakukan di Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen. Penelitian dari Wulandari tahun 2015 meneliti tentang Peran Pemuda dalam Memperkenalkan Industri Kepariwisataan dan Implikasinya terhadap Ketahanan Ekonomi Wilayah. Inti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peran duta wisata dalam mempromosikan industri kepariwisataan Trengggalek melalui kegiatan promosi Disparpora dengan berbagai kegiatan yang dilakukannya dapat meningkatkan jumlah pengunjung ODTW Trenggalek. Peningkatan jumlah pengunjung sangat dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur, promosi yang dilakukan oleh duta wisata. Hal ini juga berdampak pada ketahanan ekonomi wilayah Kabupaten Trenggalek yang meliputi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti terletak pada prosesnya. Penelitian ini lebih menekankan pada memperkenalkan pariwisata sedang yang peneliti lakukan pengembangan objek wisata. Selain itu penelitian ini juga berpengaruh pada ketahanan ekonomi wilayah kabupaten sedang yang peneliti lakukan ruang lingkup wilayah desa. Berdasar pada beberapa penelitian terdahulu seperti yang telah peneliti petakan dan interprestasikan di atas maka kelebihan (keunggulan) dan perbedaan penelitian ini yaitu proses analisis partisipasi pemuda dalam pengembangan
12 Kawasan Objek Wisata yang menjelaskan mulai tahapan awal perencanaan sampai pada tahapan evaluasi. Penelitian ini juga menjelaskan pengaruh pengembangan kawasan wisata pada kondisi ekonomi masyarakat desa, sehingga fokus analisisnya pada kondisi ketahanan ekonomi masyarakat desa. Perbedaan lainnya pada lokus penelitian, fokus penelitian, variabel penelitian, dan metode penelitian.