Kajian Awal Sistem Kontrol Cold Storage Multi-Fungsi Menggunakan Perangkat Lunak Zeliosoft

dokumen-dokumen yang mirip
JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU

Commissioning & Maintenance of Air Conditioning System

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE)

BAB II DASAR TEORI 2012

PENDETEKSI LOGAM BERBASIS PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL) DENGAN SISTEM PNEUMATIK PADA KONVEYOR

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

APLIKASI PLC SCHNEIDER PADA MESIN PENGEPAKAN TELUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.

Optimalisasi Smart Relay Zelio sebagai Kontroler Lampu dan Pendingin Ruangan

Studi Eksperimental Efektifitas Penukar Kalor Pipa Ganda Helical Pada Sistem Refrigerasi Joule-Thomson

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

Gambar 1. Sistem PLC

Perancangan Sistem Kendali Miniatur Lift Tiga Lantai

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB I PENDAHULUAN. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL

BAB II LANDASAN TEORI

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik yang tersedia di Indonesia saat ini belumlah mencukupi

Simulator Otomatisasi Chilled Water Pump pada Sistem Pendingin Terpusat

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Lampiran 2. Trainer dispenser hot and cool unit

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

IbM BAGI GURU LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DI SMK PELITA NUSANTARA 2 SEMARANG

BAHAN KULIAH DAN PRAKTIKUM KELISTRIKAN SISTEM PENDINGIN

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Alat-Alat Kelistrikan dan Alat Tambahan Dalam Sistim Kelistrikan RTU

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

SISTEM PENGATURAN STARTING DAN PENGEREMAN MOTOR UNTUK PINTU GESER OTOMATIS

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

PERANCANGAN APLIKASI OMRON SYSMAC CPM1A PADA SISTEM OTOMATISASI POMPA AIR UNTUK PENGISIAN WATER TANK DI APARTEMENT GRIYA PRAPANCA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB IV CARA KERJA SISTEM AIR CONDITIONER ( WCP )

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

Pengantar Programable Logic Control. Dr. Fatchul Arifin, MT

BAB I PENDAHULUAN. berteknologi tinggi pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, tepat, teliti, dan cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penerapannya yang semakin luas pada alat-alat elektronik dari segi audio dan

APLIKASI MIKROKONTROLER ATMEGA16 SEBAGAI PENGONTROL POLARITAS TERMOELEKTRIK DAN TEMPERATUR KABIN DRY BOX

SISTEM MONITORING CHILLER MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER DAN PROGRAMMABLE TERMINAL

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

BAB II LANDASAN TEORI

Pemakaian Thermal Storage pada Sistem Pengkondisi Udara

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

KONTROL PROTOTIPE MESIN PASTEURISASI DAN PENYIMPANAN SUSU BERBASIS PLC. Fiqri Novel Zaeni NIM :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER )

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol

BAB I PENDAHULUAN. PLC (Programmable Logic Controller) suatu alat kendali yang berbasis

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

SISTEM OTOMASI PADA MODUL PROCESSING DENGAN MENGGUNAKAN SEQUENTIAL FUNCTIONAL CHART

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

Perancangan Automatic Backwash pada Tangki Sand Filter di IPA 1 PDAM Gresik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

PENGGUNAAN DAN PENGATURAN MOTOR LISTRIK Penulis: : Radita Arindya, S.T., M.T

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi otomasi gedung perkantoran pada saat ini sudah

RANCANG BANGUN SIMULASI PENGAMAN BEBAN LEBIH TRANSFORMATOR GARDU INDUK MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

BAB I PENDAHULUAN. yang dioperasikan secara manual menggunakan tenaga manusia. Hal ini membuat

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SUATU PEMAHAMAN DASAR PERALATAN PENGENDALI DI INDUSTRI BAGI MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Sistem Interlocking Persinyalan Berbasis PLC Dengan Metode HSB (Hot Standby) Vital Safety Critical System

Penggunaan PLC di industri dimaksudkan untuk menggantikan penggunaan rangkaian relay dan timer. Keuntungan penggunaan PLC antara lain :

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA MESIN PENDINGIN

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Sketsa mesin automatic mixing.

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada Gambar 3.1 menunjukan blok diagram sistem dari keseluruhan alat yang dibuat. Mikrokontroler. Pemantik Kompor.

V12 V10 V11 BAB IV BAHASAN UTAMA. 4.1 Analisa Kerja Mesin Pendingin. Gambar 4.1 Skema Distribusi Aliran Analisa Penggunaan Chiller

Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN SIMULATOR LIFT 3 LANTAI MENGGUNAKAN SMART RELAY ZELIO SR2B201BD

Kontrol Sekuensial. Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp Fax

RANCANG BANGUN SISTEM PENCAHAYAAN OTOMATIS BERBASIS PEMROGRAMAN LADDER PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) ZELIO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran teknologi dewasa ini dalam dunia industri telah berkembang dengan pesat.

Transkripsi:

Kajian Awal Sistem Kontrol Cold Storage Multi-Fungsi Menggunakan Perangkat Lunak Zeliosoft Apip Badarudin Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga, Bandung, Telp dan Fax (022) 2013789 dan 2013788 apipbdr@gmail.com Abstrak Cold Storage merupakan ruang penyimpanan dengan harapan kualitas produk yang disimpan akan bertahan lebih lama. Temperatur produk yang dimasukkan seharusnya sesuai dengan temperatur Cold Storage. Hal ini sering sekali diabaikan, sehingga chilling time produk tidak terpenuhi. Untuk memenuhi syarat tersebut diperlukan sebuah Cold Storage yang dapat berfungsi ganda yaitu sebagai pre-cooler dan Cold Storage. Dengan demikian diperlukan sebuah mesin pendingin yang dapat beroperasi dengan beban pendinginan yang berubah. Perubahan beban pendinginan harus disertai dengan perubahan kapasitas mesin pendingin yang sesuai dengan kapasitas pre-cooler dan Cold Storage. Salah satu solusi adalah menggunakan mesin pendingin dengan multi kompresor disertai sistem kontrol yang sesuai. Pada kajian ini sistem kontrol mesin pendingin pada Cold Storage menggunakan 3 kompresor (termasuk 1 cadangan) yang disimulasikan dengan perangkat lunak zeliosoft. Kapasitas mesin pendingin dengan kapasitas pre-cooler membutuhkan 2 kompresor yang bekerja, sedangkan kapasitas Cold Storage membutuhkan 1 kompresor yang bekerja. Deskripsi kerja sistem kontrol mesin pendingin tersebut dirancang kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel kebenaran dan diagram alir proses operasi yang diaplikasikan dalam bentuk program menggunakan bahasa pemrograman Function Block Diagram (FBD). Pada simulasi program menggunakan perangkat lunak zeliosoft didapatkan data yang sesuai rancangan (tabel kebenaran dan diagram alir proses operasi). Saat simulasi, ketika dipilih mode pre-cooler akan menyebabkan 2 kompresor beroperasi sedangkan saat chilling time tercapai (mode Cold Storage) akan menyebabkan 1 kompresor beroperasi. Pada saat proses simulasi sebagai storage room, bila terjadi kegagalan pada salah satu kompresor, maka kompresor yang sedang standby akan menggantikan kompresor yang mengalami kegagalan. Kata kunci: Cold Storage, Zeliosoft, programmable logic controller 1. Pendahuluan Cold Storage merupakan ruang penyimpanan dengan harapan kualitas produk yang disimpan akan bertahan lebih lama. Temperatur produk yang dimasukkan seharusnya sesuai dengan temperatur Cold Storage. Hal ini berarti produk sebelum dimasukkan ke dalam Cold Storage, temperaturnya harus diturunkan terlebih dahulu menggunakan precooler sampai sesuai dengan temperatur penyimpanan. Waktu proses pre-cooling harus mencapai chilling time yang sesuai dengan temperatur penyimpanan produk, dimana kapasitas mesin pendingin akan sangat berpengaruh. Semakin besar kapasitas mesin pendingin maka chilling time akan semakin pendek seperti pada gambar 1. Hal ini sering sekali diabaikan, sehingga chilling time produk tidak terpenuhi dan besar kemungkinan kualitas produk tidak sesuai lagi dengan standar yang ditetapkan. Untuk memenuhi syarat tersebut diperlukan sebuah Cold Storage yang dapat berfungsi ganda yaitu sebagai pre-cooler dan Cold Storage. Dengan demikian diperlukan sebuah mesin pendingin yang dapat beroperasi dengan beban pendinginan yang berubah. Perubahan beban pendinginan harus disertai dengan perubahan kapasitas mesin pendingin yang sesuai dengan kapasitas pre-cooler dan Cold Storage. Salah satu solusi adalah menggunakan mesin pendingin dengan multi kompresor disertai sistem kontrol yang sesuai. 16.1

Tabel-1 Penjadwalan Waktu Operasi Kompresor (chilling time 8 jam) Gambar-1. Waktu Pendinginan Produk Perubahan beban pendinginan yang tidak disertai dengan perubahan kapasitas mesin pendingin akan menimbulkan dampak yang kurang baik, misalnya: mesin pendingin mengalami hidup-mati yang terlalu sering, pemakaian daya listrik relatif besar dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat diatasi salah satunya dengan membuat Cold Storage menggunakan multi kompresor. Bila ada perubahan beban pendinginan, kapasitas mesin pendingin juga akan dapat berubah sesuai kapasitas yang diinginkan dengan cara menghidupkan atau mematikan sebagian kompresor yang ada. Dengan adanya hal tersebut penulis melakukan kajian dengan menggunakan perangkat lunak Zeliosoft yang dibuat oleh salah satu produsen PLC. Pada kajian ini penulis melakukan simulasi dari hasil program berdasarkan tabel kebenaran dan diagram operasi yang dirancang. Kajian ini bertujuan melakukan simulasi Pengontrolan chiller multi kompresor menggunakan perangkat lunak Zeliosoft. Pada tabel-2, bila beban pendinginan tinggi (mode pre-cooler) dan chilling time yang diinginkan 16 jam, maka kompresor yang akan beroperasi sebanyak 2 buah selama 16 jam, sedangkan bila beban pendinginan rendah (mode Cold Storage) diharapkan kompresor selanjutnya akan beroperasi 1 buah. Tabel-2 Penjadwalan Waktu Operasi Kompresor (chilling time 16 jam) Tabel-3 menggambarkan bila terjadi kegagalan pada kompresor. Pada tabel tersebut kompresor 1 mengalami kegagalan setelah beroperasi selama 4 jam, sehingga harus digantikan oleh kompresor 2. Tabel-3 Penjadwalan Waktu Operasi Kompresor (salah satu kompresor rusak) 1.1 Deskripsi Kerja Motor Kompresor Secara umum motor kompresor pada mesin pendingin akan beroperasi ketika proses pendinginan dimulai dan akan berhenti ketika temperatur yang diinginkan tercapai. Namun ada kalanya, jika diinginkan kerja kompresor bergantian, maka motor kompresor tersebut berhenti bukan karena temperatur tercapai melainkan karena sebab lain, misalnya: adanya penjadwalan waktu kerja kompresor pada sistem pendingin (Cold Storage) yang menggunakan kompresor lebih dari 1 (multi kompresor). Hal ini bisa dijelaskan seperti pada Tabel-1. Bila beban pendinginan tinggi (mode pre-cooler) dan chilling time yang diinginkan 8 jam, maka kompresor yang akan beroperasi sebanyak 2 buah selama 8 jam, sedangkan bila beban pendinginan rendah (mode Cold Storage) diharapkan kompresor selanjutnya akan beroperasi 1 buah. Kajian ini ditekankan pada jumlah kompresor yang dioperasikan yang disesuaikan dengan kapasitas yang diinginkan berdasarkan beban pendinginan yang dibutuhkan. Jumlah kompresor yang digunakan 2 buah untuk kapasitas maksimum dengan beban pendinginan 100% ditambah sebuah kompresor cadangan. Pemilihan pengoperasian sebuah kompresor berdasarkan jumlah jam operasi dalam 24 jam. Pada kajian ini komponen utama sistem refrigerasi yang lain (evaporator, kondenser, katup ekspansi) dianggap sesuai dengan kondisi operasi Cold Storage. Simulasi ini menggunakan perangkat lunak Zeliosoft 2.0. 1.2 Komponen pendukung di mesin pendingin Sistem ini merupakan multi kompresor, menggunakan tiga buah kompresor dalam satu sistem. Ketiga kompresor ini beroperasi sesuai dengan beban pendinginan. Gambar 2 menunjukkan pemipaan sistem pendingin multi kompresor yang digunakan pada kajian ini. 16.2

Pada kajian ini, sistem dilengkapi dengan elemen asesoris seperti berikut: Thermostat berfungsi sebagai pengontrol pengatur temperatur di dalam kabin pendingin. Pressure-switch (HLP) berfungsi sebagai input sinyal untuk mengatur jumlah kompresor yang harus beroperasi berdasarkan tekanan di dalam suction kompresor. Setelah menentukan input-output dari PLC, selanjutnya adalah mendeskripsikan kerja dari sistem. Dalam hal ini penulis membuat deskripsi kerja dari sistem pendingin seperti diagram alir pada gambar-3. Pada saat sistem mulai dioperasikan, PLC akan menanyakan mode operasi yang akan digunakan pre-cooler atau Cold Storage. Bila yang digunakan adalah mode pre-cooler, maka kompresor yang hidup 2 buah, kemudian mengecek apakah chilling time sudah tercapai atau belum. Tabel-4 Identifikasi input PLC Tabel-5 Identifikasi output PLC Gambar-2 Pemipaan Sistem Pendingin Multi kompresor Saat terjadi kegagalan (fault) motor kompresor, maka kompresor yang mengalami kegagalan akan OFF dan kompresor yang standby akan menjadi ON, sehingga yang beroperasi tetap dua kompresor. Sistem ini dirancang menggunakan hot gas defrost yang dilengkapi defrost thermostat sebagai alat otomatisasinya. Beberapa komponen sistem ini seperti Fan evaporator dan kondensor akan mati jika terjadi defrost. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tambahan relai tambahan (auxiliary relay). 2. PEMODELAN SISTEM Untuk melakukan sebuah pemrograman PLC, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi input-output dari sistem yang akan menggunakan PLC tersebut. Dari gambar 1, dapat ditentukan input dan output PLC yang akan digunakan seperti yang terlihat pada tabel-4 dan tabel-5. Pada kajian ini, semua input maupun output PLC berupa sinyal diskrit yang berupa kontaktor. Dengan demikian sinyal yang akan diolah oleh PLC berupa sinyal ON atau OFF yang selanjutnya PLC juga mengeluarkan sinyal berupa sinyal ON atau OFF. Bila sudah, maka kompresor yang hidup 1 buah kompresor, kemudian mengecek temperatur sudah tercapai atau belum. Bila sudah tercapai maka semua kompresor di dalam sistem akan dimatikan. Bila ternyata terdapat kegagalan pada kompresor maka PLC akan memindahkan operasi 1 kompresor ke kompresor lainnya yang standby dan selanjutnya akan mengecek lagi apakah temperatur sudah tercapai atau belum. Simulasi pengontrolan Cold Storage multi kompresor ini menggunakan 8 input diskrit (ON- OFF) berupa 1 termostat kabin, 1 termostat defrost, 3 HLP (high-low pressure control) serta 3 sensor untuk fault motor. Sedangkan outputnya berupa 3 output untuk motor kompresor dan 1 relai tambahan. Pengaturan waktu defrost disesuaikan dengan fungsi schedule yang sudah disediakan oleh perangkat lunak Zeliosoft. Pemrograman PLC menggunakan bahasa yang tersedia di dalam Zeliosoft yaitu Function Block Diagram (FBD). Program tersebut dibuat berdasarkan rangkaian kelistrikan dari sistem kontrol Cold Storage yang dirancang, tabel kebenaran seperti terlihat pada tabel-6, dan diskripsi kerja sistem seperti pada gambar-3. 16.3

Pada tahap berikutnya adalah proses simulasi yang dilakukan menggunakan perangkat lunak Zeliosoft untuk meyakinkan bahwa program yang dibuat benar-benar sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat simulasi beban pendinginan, pada mode pre-cooler merupakan beban penuh (100%) menyebabkan 2 buah kompresor bekerja. Pada kondisi ini kapasitas pendinginan adalah 100%. Sedangkan pada mode Cold Storage merupakan beban setengah (50%) menyebabkan 1 buah kompresor bekerja. Pada kondisi ini kapasitas pendinginan adalah 50%. 3. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN Dari perancangan yang sudah dilakukan sebelumnya, dibuatlah konfigurasi kelistrikan dari sistem kontrol menggunakan PLC seperti pada gambar-4. Selanjutnya dibuat program seperti pada gambar-5. Gambar-3 Diagram alir Kerja Sistem Pendingin Tabel-6 Tabel Kebenaran Gambar-4 Diagram Kelistrikan Sistem Pendingin 16.4

Gambar-7 Simulasi Beban Pendinginan Tinggi Periode-2 Gambar-5 Diagram FBD Sistem Pendingin Gambar-6 merupakan hasil simulasi dari kondisi sistem pada kondisi beban pendinginan yang tinggi (mode pre-cooler), sehingga 2 kompresor yang beroperasi. Pada periode-1 terlihat bahwa kompresor yang beroperasi adalah kompresor-1 (output Q 1 ) dan kompresor-2 (output Q 2 ). Pada periode-2 terlihat bahwa kompresor yang beroperasi adalah kompresor-3 (output Q 3 ) (gambar-7), sedangkan pada periode-3 saja. Hal ini menunjukkan bahwa chilling time sudah tercapai dan operasi pindah ke mode Cold Storage. Gambar-8 Simulasi Beban Pendinginan Tinggi Periode-3 Gambar-10 merupakan hasil simulasi dari sistem pada kondisi terganggu yaitu salah satu motor kompresor (output Q 2 ) tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Gambar-6 Simulasi Beban Pendinginan Tinggi Periode-1 Gambar-9 merupakan hasil simulasi dari kondisi sistem pada kondisi beban pendinginan yang rendah (mode Cold Storage), sehingga hanya satu kompresor yang beroperasi. Pada periode berikutnya kompresor yang beroperasi adalah kompresor-2 dan selanjutnya kompresor yang beroperasi adalah kompresor-3. Gambar-9 Simulasi Beban Pendinginan Rendah Periode-1 Hal tersebut terlihat pada gambar yaitu sensor fault motor (input I 6 ) dari kondisi status OFF berubah status menjadi ON, yang menunjukkan bahwa motor kompresor tidak beroperasi, sehingga PLC memindahkan status operasi pada kompresor yang sedang standby yaitu kompresor-3 (output Q 3 ). Hal tersebut akan berlangsung terus selama kondisi sistem belum berubah. 16.5

Gambar-10 Simulasi Fault Motor Kompresor Gambar-12 merupakan hasil simulasi dari sistem pada kondisi tekanan di dalam pipa baik pipa suction maupun pipa discharge. Hal ini terlihat pada gambar tersebut sensor HLP-1 (input I 1 ), sensor HLP-2 (input I 2 ), sensor HLP-3 (input 3 ) dari kondisi status ON berubah status menjadi OFF, yang menunjukkan bahwa kondisi tekanan sistem tidak normal, sehingga semua motor kompresor tidak beroperasi (OFF). Hal tersebut akan berlangsung terus selama kondisi sistem belum berubah. 4. KESIMPULAN Gambar-11 Simulasi Temperatur Setting Tercapai Gambar-11 merupakan hasil simulasi dari sistem pada kondisi temperatur setting tercapai. Hal ini terlihat pada gambar tersebut sensor termostat (input I 1 ) dari kondisi status ON berubah status menjadi OFF, yang menunjukkan bahwa kondisi temperatur setting tercapai, sehingga semua motor kompresor tidak beroperasi (OFF). Hal tersebut akan berlangsung terus selama kondisi sistem belum berubah. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Sistem kontrol Cold Storage multi-fungsi yang dirancang dapat beroperasi sesuai dengan tabel kebenaran. Saat simulasi, ketika dipilih mode precooler akan menyebabkan 2 kompresor beroperasi sedangkan saat chilling time tercapai (mode Cold Storage) akan menyebabkan 1 kompresor beroperasi. Hal berikutnya, bila terjadi kegagalan pada putaran motor kompresor, maka kompresor yang sedang standby akan menggantikan kompresor yang mengalami kegagalan. Daftar Pustaka 1. Kyle A. Manske, Douglas T., Reindl, Sanford A. Klein.1999. Load Sharing Strategies in Multiple Compressor Refrigeration Systems. Presented at the 8th International Refrigeration Conference at Purdue University (July 2000). 2. Kissell, Thomas E. 2003. Electricity, Electronics, and Control System for HVAC. Third Edition, New Jersey, Pearson Education Inc. 3.. 2005. Modules Zelio Logic, Schneider Electric, France. Gambar-12 Simulasi Tekanan Sistem tidak Normal 16.6