BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance. Prinsip-prinsip Good Corpotrate Governance dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan sehat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif ditambah dengan adanya ekonomi ASEAN. Ekonomi ASEAN tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai Good Corporate Governance mulai mengemuka. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawakan, kondisi ini disebut Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Menyambut implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad yang lalu (1840-an). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sehat. Dalam studi yang dilakukan oleh Asian Development

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari masa ke masa terasa semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

4 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. internal terhadap penerapan good corporate governance, maka penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BELASAN KEMENTERIAN TERINDIKASI RUGIKAN KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan resiko dan perwujudan Good Corporate Governance untuk

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Istilah good corporate governance atau dikenal dengan GCG menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA)

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik manajer, karyawan maupun akuntan. Ketepatan dan keefesienan

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar bisnisnya tetap bertahan di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.


BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Didalam mengelola sebuah perusahaan secara profesional, terdapat prinsipprinsip dalam dunia usaha yang perlu diperhatikan dan diterapkan, yaitu Good Corporate Governance. Prinsip-prinsip Good Corpotrate Governance dapat menjadi bagian dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Apabila peraturan Good Corporate Governance dalam UUPT tersebut ditegakan dengan baik karena tidak ada gunanya peraturan yang baik tanpa penegakan hukum yang tegas. Peraturan atau pedoman Good Corporate Governance dapat dilaksanakan dengan baik oleh pelaksananya (Direksi/Komisaris), sehingga memperoleh hasil yang baik, peraturan atau pedoman Good Corporate Governance yang baik dengan pelaksana yang kurang baik hasilnya dapat dipastikan tidak baik. Peraturan atau pedoman Good Corporate Governance yang diberlakukan dapat memberi efek positif ganda, yaitu pada satu sisi harus memberikan keleluasaan pada direksi untuk mengelola perusahaan dengan sebaik mungkin (Sutedi, 2011). Sutedi (2011), Governance yang terjemahannya adalah peraturan yang dalam konteks Good Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh bagian dari perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Komisaris dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai 1

2 pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan para stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilainilai etika. BUMN telah berhasil melakukan penerbitan sejak tahun 1995 dan itu menjadikannya fleksibel. Dilihat dari struktur organisasi, BUMN merupakan sebuah bentuk organisasi semi swasta yang didalamnya penuh dengan unsur prosedur, tata cara dan birokrasi. Jadi semua tertib dan teratur, termasuk fungsi pengawasannya. Namun kita belum mengetahui sebenarnya bagaimana penerapan Good Corporate Governance tersebut dalam keandalan laporan keuangannya. Bila ternyata Good Corporate Governance berperan, ini berarti ada dukungan dari dalam BUMN itu sendiri untuk segera terwujud (Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-Mbu/2002). Corporate Governance meskipun bukanlah suatu konsep yang baru, tetapi dalam tahun 1990 an, menjadi suatu isu kepentingan global. Semakin tinggi kesadaran tentang kebutuhan Corporate Governance yang sehat merupakan bagian tanggapan terhadap sejumlah kegagalan korporat (corporate failures) yang besar. Kesadaran tentang Good Corporate Governance juga karena persepsi yang berubah tentang hubungan antara suatu perusahaan dengan stakeholdersnya. Tidaklah cukup hanya menilai keberhasilan suatu perusahaan dengan hanya mengaitkan dengan kinerja keuangan historinya dan peningkatan dalam nilai pemegang saham (stakeholder value) saja. Pada saat ini, semakin penting mempertimbangkan seberapa baik Corporate Governance diterapkan (Sjahputra, 2002).

3 Good Governance juga sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2009). Setiap perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku, pada suatu periode harus melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Pelaporan keuangan menjadi wahana bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Informasi akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya guna pengambilan keputusan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut (Standar Akuntansi Keuangan, 2010). Dewasa ini, masyarakat sangat menuntut transparansi atas pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan pemerintah (BUMN/BUMD). Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah termasuk juga dengan perusahaan publik. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

4 kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2009). Tetapi pada realitasnya semua itu belum memenuhi standar yang berlaku dalam pengelolaan keuangannya. Kooridnator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran Uchok Sky Khadafi mengatakan bahwa berdasarkan analisis hasil audit BPK tahun 2005-2011, ditemukan 24 BUMN yang berpotensi sebagai lembaga negara yang korup. "Dan, potensi kerugian negara yang bisa disebabkan adalah Rp4,9 trilyun dan US$305 Juta" ujar Uchok dalam materi yang dikirimkan kepada Tempo, Ahad, 15 Juli 2012. Uchok melanjutkan, dari 24 perusahaan pelat merah tersebut, perusahaan yang paling tinggi potensi terkorupnya adalah PT. Telekomunikasi Indonesia. Berdasarkan analisis FITRA (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran), potensi penyimpangan anggaran yang merugikan negara oleh PT. Telekomunikasi Indonesia mencapai Rp12 milyar dan US$ 130 juta. Di bawah PT. Telekomunikasi Indonesia, ada PT Rajawali Nusantara Indonesia. Fitra mengungkapkan, PT. Rajawali Nusantara memiliki potensi penyimpangan anggaran senilai Rp904,85 milyar. Sementara itu, di posisi ketiga, ada perusahaan publik PT Jasa Marga dengan potensi penyimpangan sebesar Rp605 milyar. Uchok melanjutkan, potensi-potensi penyimpangan tersebut terjadi karena sejumlah faktor. Namun, faktor yang terkuat adalah kelemahan sistem pengendalian internal, sistem pengendalian akuntansi, dan pelaporan catatan

5 keuangan yang tidak akurat.»penyusunan laporan keuangan kadang juga tidak sesuai ketentuan, ujarnya singkat. Faktor lainnya yang menurut Uchok memunculkan potensi korup atau tindakan merugikan negara adalah kelemahan kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran perusahaan dan kelemahan struktur pengendalian intern. "Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai dalam BUMN. SOP juga tak jarang tidak ditaati. Berikut daftar 24 BUMN yang memiliki catatan kasus yang potensial merugikan keuangan negara: 1. PT Telekomunikasi Indonesia (Rp12 milyar, US$130 juta) 2. PT Rajawali Nusantara Indonesia (Rp904,8 milyar) 3. PT Jasa Marga (Rp605,4 milyar) 4. PT Bahana PUI (Rp237,8 milyar, US$39,5 juta) 5. PT PLN (Rp556,5 milyar) 6. PT Pembangunan Perumahan (Rp330,6 milyar) 7. PT Hutama Karya (Rp300,6 milyar, US$940 ribu) 8. PT Pertamina (US$ 32,4 juta) 9. PT Danareksa (US$ 28,1 juta) 10.PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Rp154 milyar, US$12,7 juta) 11. PT Wijaya Karya (Rp129 milyar, US$11,4 juta) 12. PT PPA (US$25 juta) 13. PT Taspen (Rp165,7 milyar) 14. PT Nindya Karya (Rp144,2 milyar)

6 15. PT Adhi Karya (Rp130,4 milyar) 16. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Rp125,9 milyar) 17. Perum Bulog (Rp117 milyar) 18. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (US$12,7 juta) 19. PT Kereta Api Indonesia (Rp110,8 milyar) 20. PT Industri Kapal Indonesia (US$12,2 juta) 21. PT Wijaya Karya (US$11,4 juta) 22. Perum Perhutani (Rp88,8 milyar, US$758,6 ribu) 23. PT Asuransi Jawisraya (Rp90,4 milyar, US$6 ribu) 24. PT PANN Multi Finance (US$4,6 juta). (Tempo.co) Ditambah lagi baru-baru ini terdapat fenomena jika PT Pertamina merugikan Negara sebesar 1,3 Triliun dengan cara menggelapkan Bahan Bakar Minyak yang dilakukan dari tahun 2008 hingga tahun 2013. Praktik ini melibatkan karyawan Pertamina Region I Tanjung Uban Riau. Transaksi Rp1,3 triliun tersebut merupakan hasil dari buangan BBM subsidi Pertamina dari kapal tanker yang akan didistribusikan. Kejadian ini melibatkan oknum PNS Kota Batam dan juga oknum aparat. Dapat dilihat dari fenomena-fenomena yang ada bahwa penerapan pengawasan didalam maupun diluar perusahaan masih sangat minim dilakukan. Bayangkan saja, dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2013 fenomena tersebut baru terungkap pada Bulan September 2014. Dapat dilihat bahwa pedoman good corporate governance belum dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan BUMN yang meliputi transparansi dalam hal penerimaan tender lalu bukti-bukti transaksi yang tidak bisa dikatakan

7 valid sehingga laporan keuangan perusahaan yang disajikan masih belum akurat atas informasi yang diberikan, pertanggungjawaban dalam segi pengelolaan dan pengoperasian kegiatan perusahaan masih belum sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya Di Indonesia dan juga segi independensi dimana masih adanya benturan kepentingan antara pihak perusahaan dan staff karyawan yang melakukan kecurangan dengan cara menggelapkan Bahan Bakar Minyak (Suhendi, 2014). Dengan banyaknya fenomena mengenai buruknya pengelolaan sumber daya keuangan di perusahaan pemerintah, jelas mengurungkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan BUMN. Keinginan masyarakat terhadap perusahaan BUMN adalah transparansi dalam hal pelaporan keuangan yang memberikan informasi sesuai dengan keadaan atau realita perusahaan atau pun sesuai dengan sifat Good Corporate Governance. Sekarang ini banyak masyarakat yang lebih percaya dengan perusahaan swasta dan bersifat terbuka dibandingkan dengan perusahaan BUMN. Karena melihat fenomena yang terjadi saat ini dalam perusahaan BUMN. Disayangkan sekali dengan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan BUMN (Istianur, 2014). Berdasarkan uraian diatas maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Penyajian Laporan Keuangan.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka tersusun identifikasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan prinsip good corporate governance pada 3 (tiga) perusahaan BUMN? 2. Bagaimana penyajian laporan keuangan pada 3 (tiga) perusahaan BUMN? 3. Seberapa besar pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap penyajian laporan keuangan pada 3 (tiga) perusahaan BUMN? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance terhadap penyajian laporan keuangan pada 3 (tiga) Perusahaan BUMN yang berlokasi di Kota Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance pada 3 (tiga) perusahaan BUMN. 2. Untuk mengetahui penyajian laporan keuangan pada 3 (tiga) perusahaan BUMN. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap penyajian laporan keuangan pada 3 (tiga) perusahaan BUMN.

9 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis Dengan melakukan penelitian ini penulis mendapat tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap penyajian laporan keuangan. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran, masukan dan perbaikan kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap penyajian laporan keuangan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan referensi dan informasi yang bermanfaat, khususnya mengenai topik pengaruh penerapan prinsipprinsip good corporate governance terhadap penyajian laporan keuangan, dengan penelitian ini apabila ada yang bermaksud untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

10 1.5 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif (exploratory study) dilakukan karena tidak banyak hal yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Dalam kasus tersebut, studi awal yang ekstensif perlu dilakukan untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena situasi, dan memahami apa yang terjadi sebelum kita membuat sebuah model dan menyusun design ketat untuk investigasi menyeluruh. Studi eksploratif juga dilakukan ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak informasi untuk menyusun kerangka teoritis yang kukuh (Sekaran, 2003). Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang dilkukan adalah sebagai berikut: 1. Field Research (Studi Lapangan) Yaitu penelitian secara langsung yang dilakukan dengan cara penelitian meliputi observation (Penelitian) yaitu dengan melihat dengan mengamati secara langsung ke lokasi penelitian bagian keuangan dan perencanaan corporate dengan cara menyebarkan kuisioner secara tertutup kepada responden yang menjadi sampel untuk mengetahui tanggapan mengenai Good Corporate Governance dan penyajian laporan keuangan. 2. Library Research (Studi Pustaka), adapun buku-buku yang digunakan sebagai bahan referensi adalah Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, Good Corporate Governance, Good

11 Governance dan Good Corporate Governance, Memahami Laporan Keuangan, Intermediate accounting, Metodologi Penelitian. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian yang dilakukan di Bandung, yaitu pada 3 (tiga) perusahaan BUMN. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.