BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dipelopori oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Strategi pemasaran merupakan salah satu awal dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia boleh dikatakan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Harfiah Baitul Maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti. perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. koperasi di indonesia merupakan bagian dari bagian usaha nasional secara keseluruhan. Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

DAFTAR PUSTAKA. Amir, M. Taufiq, Dinamika Pemasaran Jelajahi dan Rasakan, Jakarta: PT Raja

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. 1 Lembaga sektor keuangan sangat dibutuhkan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. ini, telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan system usaha

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. pesat, baik bisnis yang bergerak di bidang manufaktur maupun di bidang jasa. Pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang di hadapi dunia Islam

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yaitu untuk mendapatkan laba (profit). Di samping itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang dalam aktifitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil seiring dengan dinamika ekonomi islam yang bertumbuh sangat pesat di Indonesia banyak lembaga keuangan syariah yang bermunculan, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan BMT (baitul Mal Wat Tamwil) serta lain sebagainya. Di indonesia istilah BMT berawal dari berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai sentral perekonomian yang bernuansa islam, timbul peluang untuk mendirikan lembaga keuangan syariah lainnya, sehingga secara otomatis sistem perekonomian syariah, telah mendapatkan tempat dalam kancah perekonomian di Indonesia. BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secara harfiah/lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya islam, dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tanwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. 1 Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus didorong agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial lain, dan 1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII Pres, cet-ke 1, 2004, h. 126 1

2 upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU Nomor 38 tahun 1999). Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkan kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan. Sebagaimana diketahu, bahwa BMT memiliki dua fungsi utama 1 yakni funding atau penghimpunan dana dan financing atau pembiayaan. Dua fungsi ini memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keterkaitan ini terutama berhubungan dengan rencana penghimpunan dana supaya tidak menimbulkan terjadinya dana menganggur (idle money) di satu sisi dan rencana pembiayaan untuk menghindari terjadi kurangnya dana/likuiditas (illiquid) saat dibutuhkan di sisi yang lain. Upaya penghimpunan dana ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk menjadi anggota di BMT. Prinsip utama dalam manajemen funding ini adalah kepercayaan. Dalam keseharian, kita mengenal istilah pemasaran dan penjualan yang terkadang pengertiannya dianggap sama. Padahal kedua istilah tersebut berbeda dari sisi orientasi dan konsep yang digunakan. Penjual berorientasi produk yang telah ada dan berusaha agar barang tersebut dapat terjual sebanyak mungkin. Sedangkan pemasaran berpangkal pada kebutuhan pembeli yang belum terpenuhi dalam hal produk, kualitas, harga kemudahan mendapat sparepart dan sebagainya. Produk bukan satusatunya penjamin kepuasan konsumen, akan tetapi ada beberpa variabel lain yang sangat mempengaruhi kepuasan konsumen yakni harga produk, lokasi, distribusi dan sebagainya. Apabila konsumen merasa puas, maka ia

3 akan kembali dan tetap bertahan dengan produk kita dan memberitahu pihak lain untuk membeli dari kita. 2 Strategi peningkatan yang digunakan baitul maal wattamwil (BMT) untuk mengembangkan produk-produknya yaitu dengan memasuki pasarpasar dan sekolah serta lingkungan sekitar. Baitul maal wattamwil (BMT) harus terus membandingkan produk promosinya dengan pesaing dekatnya. Dengan cara ini ia dapat menentukan bidang dimana ia memiliki keuntungan dan kelemahan kompetitif. 3 Koperasi Jasa Keuangan (KSPPS) BMT Al Hikmah merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi di tingkat mikro yang berbeda dan hukum koperasi yang di dalamnya menerapkan prinsip-prinsip syariah. Di KSPPS BMT Al Hikmah terdapat beberapa produk penghimpunan dana salah satunya simpanan pelajar (SIMPEL). Dalam simpanan pelajar ini akad yang digunakan yaitu akad wadiah. Akad wadiah yaitu titipan atau simpanan, di mana barang yang dititipkan dapat diambil pada waktu kenaikan kelas, pihak yang menerima jasa dapat meminta jasa untuk keamanan dan pemeliharaan. 4 Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. 5 Produk simpanan pelajar ini dirancang untuk membantu para orang tua agar dapat menyisihkan dana yang mereka punya untuk di tabungkan guna biaya anak sekolah. Dengan ditabungnya uang untuk sekolah dapat 2 Muhammad, Manajemen Bank Syari ah, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, cet-1 2002, h.223 3 Philip Kolter dan A.B SUSANTO, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 1999, h. 92 4 Gita Danupranta, Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2013, h. 89 5 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syari ah Suatu Pengenalan Umum, diterbitkan atas kerja sama Tazkia Institute, h. 205

4 menghindari kesulitan di suatu saat membutuhkan biaya yang besar untuk anak sekolah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini ditandai dengan makin tajamnya persaingan. Oleh karena itu, peranan pemasaran semakin penting dan merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan usaha suatu perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya. Pemasaran merupakan kunci keberhasilan usaha perusahaan. 6 Tidak sedikit dari lembaga keuangan lainnnya yang mempunyai produk yang sama seperti simpanan pelajar ini. Untuk menghindari persaingan yang ada harus dilakukan strategi pemasaran untuk menarik minat nasabah sesuai prosedur dan ketentuan yang telah dibuat oleh pihak BMT Al Hikmah. Dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji lebih mendalam mengenai produk penghimpunan dana simpanan pelajar untuk strategi yang diterapkan di KSPPS BMT Al-Hikmah agar masyarakat dapat mengetahui salah satu produk yang ditawarkan oleh KSPPS BMT Al- Hikmah Ungaran. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH PRODUK PENGHIMPUNAN DANA SIMPANAN PELAJAR (SIMPEL) DI KSPPS BMT AL HIKMAH KANTOR CABANG BANDUNGAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah jelaskan diatas yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini, penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu: Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh BMT untuk meningkatkan jumlah nasabah pada simpanan pelajar di KSPPS BMT Al Hikmah? 6 Sofjan Assuri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Rajawali Pers, cet-ke 11, 2011, h. 1

5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh KSPPS BMT Al Hikmah untuk meningkatkan jumlah nasabah pada simpanan pelajar di KSPPS BMT Al Hikmah. b. Manfaat - Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan strategi pemasaran untuk meningkatkan jumlah nasabah produk simpanan pelajar. - Bagi Lembaga Keuangan Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan produk simpanan pelajar. - Bagi Fakultas Sebagai tambahan informasi dan referensi yang bermanfaat bagi pembaca yang berkepentingan sebagai salah satu sumber refrensi bagi kepentingan keilmuan dalam mengatasi masalah yang sama. D. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan kajian-kajian terdahulu yang digunakan sebagai tinjauan penulisan tugas akhir ini diantara lain: 1. Dalam tugas akhir yang berjudul Strategi Pemasaran Produk Simpanan Pendidikan (SIRENCANA) di BMT Hutamana Semarang yang ditulis oleh Dzikiri Hafidzhuddin NIM: 132503071 Prodi D3 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2016. 7 7 Dzikiri Hafidzhuddin, TA Strategi Pemasaran Produk Simpanan Pendidikan (SIRENCANA) di BMT Hutamana Semarang, Semarang, Walisongo 2016

6 2. Dalam tugas akhir yang berjudul Strategi Pemasaran Produk Penghimpunan Dana Tabungan Taharah di BPRS PNM Binama yang ditulis oleh Muhammad Zulfa Habib NIM: 132503045 Prodi D3 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2016. 8 3. Dalam tugas akhir yang berjudul Strategi Peningkatan Nasabah Produk SIRELA di KJKS BMT Al Hikmah Ungaran yang ditulis oleh Musyafa ah NIM: 102503050 Prodi D3 Perbankan Syari ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2013. 9 E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan meneliti secara langsung dapat di peroleh data-data dari lapangan yang di teliti. 2. Sumber data a. Data primer Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pimpinan dan pegawai yang dilakukan dengan cara wawancara secara langsung. b. Data sekunder Data sekunder di peroleh setelah mendapatkan data primer. Data yang di peroleh dari data sekunder yaitu data tertulis seperti buku, proposal, dokumen pribadi. 3. Metode pengumpulan data a. Observasi Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu 8 Muhammad Zulfa Habib, TA Strategi Pemasaran Produk Penghimpunan Dana Taharah di BPRS PNM Binama, Semarang, Walisongo. 2016 9 Musyafa ah, TA Strategi Peningkatan Nasabah Produk SIRELA di KJKS BMT Al Hikmah Ungaran, Semarang, Walisongo. 2013

7 dengan panca indra lainnya. 10 Observasi yang dilakukan penulis yaitu dengan mengamati secara langsung pada objek yang di teliti. b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai. 11 Metode pengumpulan data dengan cara berdialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh suatu informasi mengenai objek yang sedang di teliti. c. Dokumentasi Dengan metode dokumentasi penulis dapat lebih mudah apabila dalam datanya ada yang salah maupun yang keliru. F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang pembahasan mengeai teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Bab ini membahas tentang definisi strategi, definisi pemasaran, definisi strategi pemasaran, konsep pemasaran, segmentasi pasar, sasaran pasar, bauran pemasaran, akad yang digunakan. BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL HIKMAH UNGARAN Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum di BMT Al Hikmah yang terjadi meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, produk yang ditawarkan. 10 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, h. 111 11 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, h. 118

8 BAB IV BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini adalah hasil penelitian nyata untuk menjawab permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, yang akan dibahas pada bab ini meliputi strategi pemasaran dalam meningkatkan jumlah nasabah simpanan pelajar yang di lakukan oleh BMT Al Hikmah. PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, saran/rekomendasi, penutup yang didapatkan dari penelitian tersebut. DAFTAR PUSTAKA LAMPURAN-LAMPIRAN