I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Beberapa negara eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya.burung puyuh sebagai salah satu alternatif usaha yang dinilai cukup menguntungkan, ini karena burung puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) lebih dikenal sebagai unggas penghasil telur. Ada tiga jenis warna bulu burung puyuh petelur yaitu putih, hitam, dan coklat. Ketiga warna bulu tersebut produksi telur warna bulu hitam dan coklat lebih baik daripada warna bulu putih. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan performa puyuh sebagai petelur, salah satunya melalui persilangan. Kenyataannya bibit puyuh masih menjadi kendala dalam pengembangan peternakan usaha ternak puyuh karena terbatasnya ketersediaan bibit puyuh secara komersial seperti pada ayam sehingga bibit yang didapat peternak adalah hasil dari pembibitan sendiri secara tradisional yang dalam melakukan pembibitannya tidak menerapkan suatu program yang jelas karena kurangnya pengetahuan mengenai syarat breeding farm yang benar. Akibat keterbatasan pengetahuan yang dimiliki peternak, banyak dari mereka yang mengawinkan antara individu individu yang lebih dekat kekerabatannya sehingga terjadi inbreeding. Usaha untuk memperoleh bibit puyuh yang berkualitas, disarankan untuk mengawinkan
2 puyuh dengan puyuh lain yang tidak sedarah, hal ini dapat dilakukan dengan persilangan puyuh warna bulu hitam dan coklat. Upaya yang dapat dilakukan dalam perbaikan mutu genetik adalah dengan cara persilangan antar jenis puyuh yang berbeda untuk mendapatkan bibit puyuh yang berkualitas. Persilangan dilakukan untuk menghindari inbreeding, karena jika terjadi perkawinan sedarah atau inbreeding akan merangsang sifat sifat resesif yang akan menjadikan kualitas puyuh menjadi kurang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari inbreeding adalah persilangan puyuh petelur antara warna bulu hitam dan warna bulu coklat. Upaya ini diharapkan dapat memperbaiki mutu bibit, khususnya melihat karakteristik telur tetas meliputibobot telur, bentuk telur, hatching egg, dan fertilitas. Puyuh tidak dapat mengerami telurnya sendiri sehingga perlu dilakukan penetasan menggunakan mesin tetas. Penetasan menggunakan mesin tetas merupakan salah satu teknologi bantuan manusia yang dapat dilakukan untuk mempercepat perkembangan populasi puyuh. Telur tetas yang baik dapat menghasilkan bibit puyuh dengan produktivitas dan pertumbuhan yang baik. Latar belakang tersebut menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan Warna Bulu Hitam dan Coklat di Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran. 1.2. Identifikasi Masalah Bagaimana karakteristik telur tetas meliputi bobot telur, bentuk telur, hatching egg, dan fertilitas dari hasil persilangan puyuh berdasarkan warna bulu antara jantan bulu hitam dan betina bulu coklat.
3 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik telur tetas berupa bobot telur, bentuk telur, hatching egg, dan fertilitas dari hasil persilangan puyuh berdasarkan warna bulu antara jantan bulu hitam dan betina bulu coklat. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi insan akademis dan masyarakat umum tentang evaluasi telur tetas puyuh petelur silangan warna bulu hitam dan coklat. Penelitian ini juga diharapkan mampu mendukung penelitian selanjutnya tentang puyuh petelur silangan warna bulu hitam dan coklat. 1.5. Kerangka Pemikiran Puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica) merupakan puyuh yang banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produktivitas telurnya tinggi sekitar 250 300 butir per ekor per tahun dengan bobot rata rata 10 gram. Puyuh betina sudah mampu bertelur kurang lebih pada umur 42 hari. Sifat sifat tertentu dari puyuh, seperti kemampuannya untuk menghasilkan 3-4 generasi pertahun (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Puyuh yang tersebar dan berkembang di seluruh Indonesia adalah puyuh puyuh hasil persilangan antar keturunannya. Upaya tersebut tidak diiringi dengan suatu program yang tepat dan terarah sehingga diperkirakan akan terjadinya inbreeding. Inbreeding pada akhirnya akan menghasilkan bibit dengan kualitas rendah karena dapat memunculkan sifat sifat resesif. Persilangan puyuh (Coturnic coturnix japonica) jantan bulu hitam dan betina bulu coklat dapat menjadi salah satu upaya dalam menghindari kejadian inbreeding. Persilangan
4 adalah satu alternatif untuk membentuk keturunan yang diharapkan akan memunculkan efek komplementer (pengaruh saling melengkapi) (Warwick. 1990). Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh jantan. Telur yang tidak dibuahi oleh sel jantan disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. Untuk mendapatkan hasil tetas yang baik maka perlu dilakukan hal-hal yang menunjang keberhasilan dalam menetaskan seperti karakteristik telur tetas yang akan ditetaskan. Bobot telur merupakan sifat yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan, faktor lingkungan yang mempengaruhi diantaranya adalah pakan salah satunya kandungan protein dalam ransum tersebut. Setelah hidup pokok terpenuhi maka energi dan protein yang dikonsumsi digunakan untuk produksi, dengan demikian bobot telur akan meningkat sesuai dengan peningkatan umur puyuh per periode bertelur. Hasil penelitian menunjukan bahwa bobot telur puyuh petelur galur warna bulu coklat memiliki rataan bobot telur sebesar 10,884 ±1,21 gram sedangkan bobot telur puyuh petelur galur warna bulu hitam memiliki rataan bobot telur 10,738 ±1,06 gram (Sujana dkk, 2014). Bobot telur tidak hanya berpengaruh terhadap daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terhadap bobot tetas. Bobot telur tetas yang baik untuk burung puyuh berkisar 11 gram (Butcher dkk, 2004).
5 Bentuk telur dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karena nutrisi, genetik, dan lingkungan sekitar. Dikenal ada 3 bentuk telur unggas yaitu bulat, lonjong dan oval atau normal. Cara untuk menentukan bentuk telur dapat dilihat dari nilai shape index telur tersebut, dimana bentuk bulat memiliki nilai > 77, normal atau oval 69-77, dan lonjong < 69. Bentuk yang baik untuk dijadikan telur tetas adalah oval karena menghasilkan daya tetas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk bentuk lainnya (Yuwanta, 2004). Hasil penelitian menunjukan bahwa shape index telur puyuh petelur galur warna bulu coklat memiliki rataan shape index sebesar 81,933 ±3,16 gram sedangkan shape index puyuh petelur galur warna bulu hitam memiliki rataan shape index sebesar 82,378 ±3,14 gram (Sujana dkk, 2014). Hatching egg merupakan persentase telur yang layak atau memenuhi syarat untuk ditetaskan. Telur yang memenuhi syarat untuk ditetaskan antara lain memiliki bobot berkisar 10-13 gram, memiliki warna terang atau tidak gelap, telur tidak retak dan tidak kotor (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Hatching egg dalam proses breeding sangatlah penting, karena dengan dilakukannya hatching egg maka daya tetas pun diperkirakan meningkat karena telur-telur yang ditetaskan sudah layak untuk ditetaskan. Fertilitas merupakan persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang ditetaskan. Perhitungan fertilitas pada telur tetas puyuh dapat dilakukan dengan mengamati telur yang fertil dan infertil dengan cara memecahkan telur-telur yang tidak menetas di akhir periode penetasan. Hasil penelitian yang melaporkanbahwa fertilitas puyuh persilangan (86,33%) lebih baik dari puyuh asli yang tidak disilangkan dengan rataan fertilitas (79,87%) (Kaharuddin dan Kususiyah, 2006).
6 Karakteristik telur puyuh galur warna bulu hitam dan coklat memiliki kualitas yang baik, sehingga hasil persilangan puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica) jantan warna bulu hitam dan betina bulu coklat diharapkan dapat menghasilkan bobot tetas, bentuk telur tetas, fertilitas dan hatching egg yang lebih baik dari tetuanya. 1.6. Waktu dan Lokasi Percobaan Penelitian ini dilakukan mulai Februari sampai Maret 2016. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran.