BAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

HOTEL RESORT DI HULU SUNGAI PEUSANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

OCEANARIUM DI KAWASAN PANTAI KARTINI JEPARA

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN TEPIAN TELUK GILIMANUK SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB III GEOGRAFI SUMBER (ATRAKSI) WISATA

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kepariwisataan menjadi suatu industri yang populer karena manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara dengan kekayaaan alam yang sangat melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini dikarenakan secara geografis dan kenampakan alam indonesia adalah negara archipelago (kepulauan) dan juga memiliki iklim tropis. Keberagaman landscape daratan Indonesia dan laut yan terbentang sangat luas menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan wisata yang cukup potensial. Indonesia terdiri dari banyak pulau dari sabang sampai meruake, serta banyaknya pulau secara otomatis Indonesia memiliki garis pantai yang cukup panjang yaitu sekitar 95.181 km. Dengan garis pantai yang panjang tentu saja Indonesia memiliki potensi wisata pantai dan laut yang cukup banyak. Selain itu keberagaman kenampakan dan hayati setiap pantai pun beragam, serta budaya di sekitar pantai pun berbeda pula, semua itu menambah kekayaan Indonesia di bidang pariwisata. Pemanfaatan pantai bermula pada jaman penjajahan, umumnya pantaipantai di daerah jajahan di gunakan sebagai pusat-pusat perdagangan yang mendorong munculnya kota pantai seperti semarang dan batavia (jakarta). Akan tetapi kota pantai yang di landaskan faktor tersebut tidak menjamin pantai tersebut layak di jadikan obyek wisata. Wisata pantai umumnya hanya sebatas menikmati keindahan alam, mandi, surfing dan kegiatan lain yang bersifat konvensional. Hal ini tak lepas dari bagaimana sebuah obyek wisata itu di kembangkan, pemanfaatan obyek wisata pantai biasanya di titik beratkan pada pengembangan amenitas, seperti 1

pembangunan hotel dan sarana lain seperti yang terjadi di Bali. Hal ini di rasa kurang begitu memberikan nilai lebih pada suatu obyek wisata pantai, serta pengembangan fasilitas terkadang mamberi dampak buruk dan merusak ekosistim dan keasrian pantai itu sendiri. Seperti di beberapa obyek wisata pantai di Bali, pembangunan hotel yang secara terus menerus berkibat pada menurunnya nilai eksotisme wisata pantai itu sendiri. Selain itu dampak dari munculnya hotel-hotel baru akan mengakibatkan persaingan harga yang tidak sehat, dengan harga yang lebih murah memang akan memacu para wisatawan datang ke Indonesia, akan tetapi secara logika wisatawan yang kurang berkualitas akan datang ke Indonesia. Hal ini mengakibatkat degadrasi destinasi wisata itu sendiri. Pentingnya pengembangan obyek wisata pantai akan berpengaruh pada keberlanjutan obyek wisata pantai tersebut. Dalam kosep pariwisata berkelanjutan harus memenuhi syarat ekonomi, sosial dan budaya, dan lingkungan itu sendiri. Dengan kosep keberlanjutan ini ekowisata bisa di jadikan acuan dalam pengembangan suatu obyek wisata pantai. Menurut TIES (The Interntional Ecotourism Society) pada awal tahun 1990, definisi ekowisata seperti berikut : Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat. Dari definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa ekowisata mengandung unsur dan selaras dengah konsep pariwisata berkelanjutan yaitu dengan memperhatikan aspek Ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. 2

1.1.1. Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara Kota Manado merupakan kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Dengan luas wilayah daratannya sebesar 15.726 hektar, kota ini dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa yang terletak diutara. Kota ini tidak hanya mencakup daratan, tetapi juga wilayah perairan dengan pulaunya yang meliputi Pulau Bunaken, Pulau Siladen dan Pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter dan Pulau Manado Tua merupakan pulau gunung dengan ketinggian ± 750 meter. Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua. Sebagai ibukota provinsi, kota Manado memiliki peran yang sangat strategis sebagai kota utama dengan fungsi sebagai pusat jasa dan perdagangan di Sulawesi Utara dan sekitarnya. Kondisi ini ditunjang pula dengan posisi geografisnya di Pasific Rim yang strategis sebagai pintu masuk (entry point) ke kawasan ekonomi global di regional Asia Pasifik. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Selain Taman Nasional Bunaken yang terkenal karena taman lautnya yang indah, banyak juga terdapat objek-objek wisata yang menarik lainnya yang banyak didatangi wisatawan dalam maupun luar negeri. Selain itu, keunggulan pariwisata kota Manado adalah 3

letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di luar kota, khususnya di Minahasa yang dapat dijangkau dalam waktu 1 sampai dengan 3 jam dari kota Manado. Karena potensi wisata yang besar tersebut maka industri pariwisata di kota Manado telah semakin tumbuh dan berkembang yang antara lain ditandai dengan cukup banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sebagai kota pantai tentunya terdapat lokasi wisata atau rekreasi pantai yang menjadi favorit warga kota yakni pantai malalayang II yang hingga kini menjadi semakin ramai, terlebih setelah diadakannya kegiatan pemecahan rekor dunia selam yang diikuti sebanyak 2.800 lebih penyelam dari berbagai daerah dan mancanegara dalam rangka memeriahkan acara World Ocean Conference (Konferensi Kelautan Dunia) dan Coral Triangle Initiative Summit tahun 2009 di Manado. 1.1.2. Daya Tarik Kawasan Pantai Malalayang II. Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Tepian pantai dapat juga merupakan awal pertumbuhan permukiman yang merupakan embrio sebuah kota, banyak aktivitas dalam denyut nadi sebuah kota di tepian pantai, mulai dari kegiatan ekonomi, kegiatan adat istiadat hingga kegiatan pariwisata. Pantai Malayayang II ini sejak dahulu sudah menjadi tempat rekreasi warga dalam maupun luar kota. Tepi pantainya yang alami dan sebagian besar berbatu justru menjadi daya tarik tersendiri, ditunjang dengan rindangnya pepohonan dan indahnya pemandangan Pulau Manado Tua, Bunaken serta tepian 4

kota Manado, menjadikan tempat rekreasi ini makin ramai dikunjungi. Posisinya yang strategis jauh dari pusat kota dan keramaian pemukiman penduduk tetapi masih dapat dengan mudah diakses dengan kendaraan umum atau pribadi. Jalan yang dilewati di pantai ini merupakan jalan utama menuju ke luar kota (gerbang selatan kota) dengan tujuan Gorontalo, Palu hingga Makassar (jalur trans Sulawesi). Gambar 1.1. Lokasi Kawasan pada peta Kota Manado. Sumber : RTRW Kota Manado 2006 2016. Dasar tepian pantai ini melandai dengan kedalaman ±2 meter pada jarak antara 15-20 meter dengan kondisi di bibir pantai yang berbatu sedang hingga kecil, tetapi di dasar pantainya didominasi oleh pasir hitam. Posisi pantai yang masih berada dilingkup teluk Manado, membuat pantai ini kurang didatangi gelombang atau ombak besar kecuali pada bulan-bulan tertentu. Hal ini yang membuat pengunjung tertarik untuk melakukan pemandian/renang pantai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada pantai Malalayang II ini juga sering diadakan atraksi budaya oleh masyarakat suku Bantik (suku asli Manado) yang dulunya bermukim tepi pantai ini. Atraksi budaya tersebut bernama Gocefa yang merupakan ritual adat 5

memanjatkan doa bagi kelangsungan hidup masyarakat pesisir yang bergantung pada laut. a b c Gambar 1.2. Gambaran Pantai Malalayang II. (a) pemandangan ke arah Pulau Manado Tua dan Bunaken. (b) pantai yang ramai oleh pengunjung. (c) ritual adat setempat. Sumber: http://allv14nt.blogspot.com 1.2. Rumusan Permasalahan Melihat daya tarik kawasan yang kuat dan adanya perencanaan pemerintah Kota Manado tentang pengembangan wilayah pesisir pantai Malalayang II (dari terminal sampai dengan batas kota), menjadi kawasan tempat wisata pantai (Laporan Akhir RTRW 2006-2016 Kota Manado:2005), mengindikasikan pentingnya arahan penataan pada kawasan ini. Pada awal tahun 2013 ini, kawasan ini telah dilakukan pengembangan, namun masih terdapat banyak kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut. kondisi ruang kawasan yang masih sempit (sangat minimnya area tepi pantai, ruang pejalan kaki/pedestrian dan parkir). minimnya taman dan area duduk yakni hanya sebesar 4,9% (884,7m 2 ) dibanding dengan luas warung makan sebesar 16,25% (2.912m 2 ) dan luas ruang terbuka (termasuk area tepi pantai dan pedestrian) sebesar 78,94% (14.232,3 m 2 ) dari total area kawasan seluas 18.029 m 2. zona fungsi belum teratur dan fasilitas yang belum menunjang, identitas dan batas kawasan belum jelas, 6

karakter waterfront sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan air belum kuat, jalan yang ada merupakan jalur padat kendaraan (jalur utama kedalam dan keluar Kota) yang tidak diimbangi dengan ruang jalan yang mencukupi (ruang jalan yang sempit). Melihat dari beberapa permasalahan tersebut, pengembangan yang ada dinilai masih jauh dari perencanaan yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan arahan yang diinginkan sebagai tempat rekreasi publik masyarakat Kota Manado, kawasan pantai Malalayang II ini terlihat masih sangat lemah. Dibutuhkan penguatan terhadap nilai tempat pada kawasan tersebut. Sehingga penulis menarik kesimpulan utama yaitu penguatan place (tempat) sebagai tempat rekreasi pantai dan place sebagai kawasan waterfront merupakan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kondisi place di kawasan pantai Malalayang-II Manado? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penguat place sebagai tempat rekreasi pantai kota? 3. Bagaimana konsep penataan yang diusulkan sebagai arahan pengembangan selanjutnya? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Menemukan faktor-faktor penguat kawasan rekreasi pantai sebagai dasar acuan penataan pengembangan kawasan. 7

2. Menganalisis faktor-faktor tersebut dan merumuskan design guidelines sebagai arahan rekomendasi penataan yang baru dalam upaya peningkatan kualitas kawasan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Mengoptimalkan kawasan tepi pantai Malalayang II ini sebagai kawasan rekreasi publik pantai yang lebih representatif terhadap warga Kota Manado pada khususnya. 2. Menjadi masukan bagi penentu kebijakan perencana dan perancang kota dalam rangka upaya konservasi terhadap lingkungan baik segi fisik maupun sosial budaya. 3. Studi mengenai penataan kawasan tepi pantai ini sebagai salah satu acuan pendekatan perancangan pada kawasan-kawasan tepi pantai lainnya di Kota Manado. 8

1.6. Keaslian Penelitian Penulisan proposal penelitian ini berjudul : Konsep Placemaking di Kawasan Waterfront Pantai Malalayang II Manado ini membahas tentang penguatan kualitas place dan waterfront di kawasan rekreasi pantai. Tabel 1.1. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti Indah Pujiyanti, 09/292857/PTK/06234 1. 2. Judul Fokus Lokus Hasil Konsolidasi Karakter Kawasan Teluk Penyu Cilacap. Mengetahui karakter kawasan Teluk Penyu dan faktor apa saja yang dapat memperkuat karakter kawasan Teluk Penyu. Kawasan Teluk Penyu, Cilacap. Tidak ada connection antara tiap fungsi kawasan yang dapat memperkuat karakter kawasan Teluk Penyu dan faktor yang mempengaruhi karakter kawasan Teluk Penyu antara lain: fungsi, variasi ruang, aktifitas pendukung, vegetasi dan Tema. Peneliti Fuji Amalia, 09/295464/PTK/6621 Judul Fokus Lokus Hasil Arahan Penataan Kawasan Ulu dan Ilir Tepian Musi Palembang (Kawasan Ampera) Dintinjau dari Karakter Fisik Spasial. Menganalisis karakter kawasan Ulu dan Ilir kawasanampera, menemukan elemenn-elemen penentu yang memperkuat karakter fisik kawasan Ulu dan Ilir tepian sungai Musi, serta faktor yang mempengaruhi karakter kawasan. Kawasan Ulu dan Ilir Tepian Musi, Palembang Terdapat elemen fisik dan non fisik yang menjadi penentu penguat karakter fisik Ulu dan Ilir sebagai satu kesatuan utuh kawasan Ampera. Peneliti Asrun Safiuddin, 10/295470/PTK/06624 3. 4. Judul Fokus Lokus Hasil Revitalisasi Kawasan Tepian Air, Studi Kasus: Kota Lama, Kendari. Melestarikan keberadaan Kota Lama dan meningkatkan kondisi fisik lingkungan, sosial, dan ekonomi kawasan. Kota Lama, Kendari. Kondisi fisik elemen pembentuk kawasan Kota Lama tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kawasan. Peneliti Taufik Tinumbia, 10/310716/PTK/7325 Judul Fokus Lokus Konsep Placemaking di Kawasan Waterfront Pantai Malalayang II Manado Menganalisis kondisi dan faktor-faktor penguat kawasan berdasarkan kajian Placemaking dan Waterfront Kawasan Pantai Malalayang II Manado Terdapat faktor-faktor Place-Waterfront yang menjadi penguat kawasan Hasil sebagai tempat rekreasi pantai Kota. Sumber: Daftar Tesis Program Pasca Sarjana Magister Desain Kawasan Binaan dan Perpustakaan Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM, 2013. 9

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian tentang kajian placemaking kawasan waterfront dengan lokasi di Manado, belum pernah dilakukan. 1.7. Kerangka Pikir Eksisting Pantai Malalayang II Manado Potensi Kelemahan Kawasan Rekreasi Publik Permasalahan : Penguatan place-waterfront sebagai tempat rekreasi pantai Place WaterFront Identifikasi Kawasan Variabel Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan Konsep dan Rekomendasi Gambar 1.3. Kerangka Pikir Penelitian. (Analisa, 2013). 10